Home Lifestyle Resign Setelah THR: Tren Musiman atau Tanda Ketidakpuasan Kerja?

Resign Setelah THR: Tren Musiman atau Tanda Ketidakpuasan Kerja?

53
0
ilustrasi resign setelah THR - sumber gambar FREEPIK
ilustrasi resign setelah THR - sumber gambar FREEPIK
Urban Vibes

Setelah euforia Lebaran mereda, gelombang pengunduran diri karyawan kerap terjadi. Fenomena ini bukan hal baru, tetapi setiap tahunnya, tren ini kembali mencuat. Banyak pekerja memilih bertahan hanya demi mendapatkan Tunjangan Hari Raya (THR), lalu segera mengajukan surat resign begitu saldo rekening mereka terisi.

Apa sebenarnya yang mendorong fenomena ini? Apakah ini hanya strategi cerdas karyawan, atau ada masalah yang lebih dalam terkait kepuasan kerja?

THR: Jeda Sebelum Keputusan Besar

Bagi sebagian besar pekerja di Indonesia, THR menjadi penyelamat finansial menjelang Lebaran. Bonus tahunan ini bukan hanya sekadar tambahan gaji, tetapi juga modal untuk mudik, berbagi dengan keluarga, hingga melunasi utang. Namun, bagi banyak karyawan, THR juga menjadi “batas akhir” bertahan di pekerjaan yang sudah tidak lagi memberikan kenyamanan.

“Sebulan sebelum Lebaran, saya sudah tahu akan resign. Tapi saya bertahan dulu buat THR”, ujar Adi (25), seorang karyawan swasta di Jakarta. Baginya, keputusannya untuk resign bukan hanya soal uang, tetapi juga tentang mencari lingkungan kerja yang lebih sehat.

Fenomena ini semakin sering terjadi karena banyak pekerja merasa terjebak dalam rutinitas yang tidak lagi memberi mereka motivasi. THR menjadi semacam hadiah terakhir sebelum mereka berpindah ke tempat yang lebih baik.

Faktor-Faktor Pemicu Resign Pasca-Lebaran

Ketidakpuasan Karier
Banyak pekerja muda merasa stuck dalam pekerjaan yang tidak memberi ruang berkembang. Gaji stagnan, lingkungan kerja yang toksik, hingga jam kerja yang tidak seimbang sering menjadi pemicu utama resign.

Peluang Baru Setelah Libur Lebaran
Momen Lebaran sering kali menjadi waktu refleksi. Berinteraksi dengan keluarga dan teman yang punya pekerjaan lebih baik bisa menjadi pemicu seseorang untuk berpikir ulang tentang kariernya.

Baca juga

Strategi Finansial
Bagi sebagian karyawan, bertahan hingga THR masuk adalah strategi finansial. Dengan tambahan dana ini, mereka bisa lebih leluasa mencari pekerjaan baru tanpa khawatir keuangan.

Keinginan Berwirausaha
Generasi muda kini lebih berani mengambil risiko. Banyak yang menggunakan uang THR sebagai modal awal untuk memulai bisnis kecil-kecilan.

Dampak bagi Perusahaan

Gelombang resign setelah Lebaran tentu menjadi tantangan bagi perusahaan. Banyaknya karyawan yang keluar secara bersamaan dapat mengganggu operasional. Tak jarang, HRD harus bekerja ekstra keras mencari pengganti dalam waktu singkat.

Namun, di sisi lain, fenomena ini juga menjadi tamparan bagi perusahaan untuk lebih memperhatikan kesejahteraan karyawannya. Perusahaan yang memiliki sistem kesejahteraan yang baik cenderung lebih bisa mempertahankan karyawan dalam jangka panjang.

Solusi untuk Karyawan dan Perusahaan

Bagi karyawan, penting untuk memastikan bahwa resign bukan keputusan emosional. Sebelum keluar, pastikan sudah memiliki rencana ke depan, entah itu pekerjaan baru atau usaha yang siap dijalankan.

Sementara bagi perusahaan, evaluasi terhadap sistem kerja dan kesejahteraan karyawan menjadi kunci untuk mengurangi angka resign. Kenaikan gaji, jenjang karier yang jelas, serta lingkungan kerja yang sehat bisa menjadi solusi jangka panjang.

Fenomena resign setelah THR bukan hanya soal uang, tetapi juga tentang kepuasan kerja dan pencarian makna dalam karier. Bagi karyawan, keputusan resign harus dibarengi dengan perencanaan matang. Sementara bagi perusahaan, memahami alasan di balik fenomena ini bisa menjadi langkah awal menciptakan tempat kerja yang lebih baik.

Jadi, apakah resign setelah THR masih dianggap tren musiman, atau ini pertanda ada sesuatu yang harus diperbaiki dalam dunia kerja?

Urban Vibes

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here