Hi Urbie’s! Pernahkah kamu merindukan sesuatu begitu dalam hingga rasanya seperti bagian dari dirimu yang hilang? Bukan tentang cinta, bukan juga tentang kenangan masa kecil. Tapi tentang cinta pada sebuah proses, pada detil yang membentuk jati diri. Bagi Che Cupumanik, sosok multitalenta yang kini dikenal sebagai vokalis band grunge asal Bandung, Cupumanik, rindu itu datang dari dunia yang membesarkannya: dunia jurnalisme.
Che Cupumanik Dari Purnawarman ke Dunia Literasi, Seni, dan Fesyen
Kita semua punya masa lalu yang membentuk siapa kita hari ini. Dan bagi Che, tahun 2005 adalah awal dari sebuah perjalanan penting. Mungkin tidak banyak yang tahu, tapi saat itu, ia adalah pemimpin redaksi dari sebuah majalah independen bernama JEUNE MAGAZINE. Sebuah media bulanan yang membahas literasi, seni, dan fesyen dengan sudut pandang muda dan berani. Kantor redaksinya berada di jantung kreativitas Bandung, Jalan Purnawarman.
Selama 29 edisi, Che dan timnya menjalani dinamika khas dunia jurnalistik: rapat redaksi, menentukan tema besar, menggali isu-isu sosial dan budaya, hingga memutuskan siapa yang layak diwawancara. Dunia itu bukan hanya menulis dan mengedit, tapi menyelami cerita—dan membuatnya bermakna bagi para pembaca.
Rindu yang Bukan Sekadar Nostalgia
Namun, semua itu perlahan terhenti di akhir 2008. Tapi, Urbie’s, seperti yang kita tahu, rasa rindu tidak selalu hilang meski waktu terus berjalan. Bahkan, kadang rindu justru bertumbuh.
Che bercerita dalam unggahan Instagramnya, bahwa ia sangat merindukan momen wawancara. Karena wawancara bukan sekadar tugas jurnalis. Di sanalah wawasan langsung dari sumber utama mengalir—membawa perspektif baru, sudut pandang tajam, dan pengalaman mendalam yang tak bisa kamu dapatkan hanya dengan berselancar di internet.
Baca juga:
- Lebaran di Ladang Minyak: Kisah Para Pekerja Hulu Migas yang Mengabdi Tanpa Libur
- BPOM Klarifikasi Isu Penutupan Pabrik Skincare PT. Ratansha Purnama Abadi
- Nvidia Perkenalkan Groot N1: AI Canggih untuk Robot Humanoid
Dalam setiap wawancara, Che merasa seperti murid yang sedang belajar. Menyusun pertanyaan dengan cermat, mencermati setiap jawaban, memilah informasi yang penting, dan menyatukan semuanya dalam tulisan yang seimbang dan berbobot. Itu bukan cuma keterampilan. Itu sebuah proses pembentukan diri.
Talkshow Che Cupumanik: Menyambut Rindu yang Produktif
Dan kini, rindu itu tak lagi disimpan. Che telah menemukan “obatnya”: sebuah acara talkshow miliknya sendiri. Sebuah ruang baru untuk menyapa kembali semangat yang dulu menyala di ruang redaksi. Tapi kali ini, lebih bebas, lebih luas, dan tentu saja lebih intim.
Melalui talkshow ini, Che ingin kembali bertemu dengan para narasumber yang inspiratif, menggali kisah mereka, dan membagikannya kepada publik. Ini bukan hanya proyek pribadi, tapi ruang belajar kolektif, tempat kita semua bisa ikut tumbuh bersama.
Bukan Sekadar Bicara
Talkshow ini akan jadi jembatan antara dunia lama dan dunia baru. Menggabungkan semangat jurnalistik yang otentik dengan format kekinian yang lebih dekat dengan publik. Che tahu bahwa berbicara di depan kamera tidak cukup jika tidak disertai dengan kedalaman. Dan itulah yang akan jadi kekuatan utamanya: konten yang berbobot, perbincangan yang bermakna, dan cerita-cerita yang menginspirasi.
Sebagai seorang musisi yang telah lama dikenal lewat karya-karya penuh kritik sosial bersama band grunge Cupumanik, Che membuktikan bahwa dunia seni dan jurnalisme bisa berjalan beriringan. Dari panggung konser ke panggung wawancara, dari lirik lagu ke pertanyaan tajam—semuanya berakar dari satu hal: rasa ingin tahu dan hasrat untuk memahami.
Hi Urbie’s, Siap Menyimak?
Jadi, tunggu tanggal mainnya ya. Karena rindu tak selamanya harus dipendam. Kadang, ia justru jadi jalan menuju sesuatu yang lebih besar. Seperti yang dilakukan Che Cupumanik—menyalurkan rindu menjadi karya, menjadi ruang, menjadi cerita.
Dan bagi kita, Urbie’s, ini lebih dari sekadar talkshow. Ini adalah kembalinya semangat jurnalisme yang jujur dan tajam, dalam bentuk yang lebih segar dan relevan.
