Hi Urbie’s, kamu tim suara jernih atau cukup asal bisa dengar? Buat kamu yang ngaku audiophile (atau setidaknya pengen sok jadi satu), pasti pernah dengar istilah DAC. Singkatnya, DAC itu singkatan dari Digital to Analog Converter, alat kecil yang katanya bisa bikin kualitas musik kamu naik level dari sekadar “ya, kedengeran” jadi “woah, ini dia suara aslinya!”
Tapi pertanyaannya: worth it gak sih dengerin musik pakai DAC, terutama buat kita yang masih muda, dompet tipis, tapi selera tinggi?
Kenalan Dulu Sama DAC
DAC sebenarnya bukan teknologi alien. Bahkan, smartphone kamu udah punya DAC bawaan. Tapi kualitasnya… ya standar. Buat dengerin lagu di Spotify, TikTok, atau YouTube, mungkin cukup. Tapi kalau kamu mulai masuk ke dunia Hi-Res Audio, suara yang dihasilkan DAC bawaan sering nggak bisa ngimbangin detail suara yang seharusnya keluar.
Baca juga:
- Lebaran di Ladang Minyak: Kisah Para Pekerja Hulu Migas yang Mengabdi Tanpa Libur
- BPOM Klarifikasi Isu Penutupan Pabrik Skincare PT. Ratansha Purnama Abadi
- Nvidia Perkenalkan Groot N1: AI Canggih untuk Robot Humanoid
DAC eksternal hadir sebagai penyelamat. Alat ini bisa bantu mengubah sinyal digital dari lagu-lagu kesayanganmu jadi suara analog yang lebih tajam, luas, dan bertekstur. Hasilnya? Suara vokal jadi lebih empuk, bass lebih nendang, dan instrumen jadi berasa kayak live concert mini di telinga kamu.
Worth It atau Nggak?
Jawabannya tergantung kamu ada di sisi mana. Kalau kamu:
- Suka musik banget, bahkan dengerin album full dari awal sampai akhir.
- Pakai earphone/headphone yang mumpuni (bukan yang 15 ribuan).
- Udah mulai bisa bedain suara MP3 128 kbps sama FLAC.
Maka jawabannya: YES, DAC bisa jadi investasi audio yang gak bakal kamu sesali.
Tapi kalau kamu:
- Cuma dengerin lagu buat nemenin ngopi atau nugas.
- Gak terlalu peduli detail suara.
- Lebih fokus ke lirik atau vibe-nya doang.
Mungkin DAC akan terasa kayak beli mobil sport cuma buat ke minimarket. Bisa sih, tapi buang-buang potensi.
Harga = Kualitas?
Nggak juga. Ada DAC portable kayak FiiO, iBasso, sampai Moondrop Dawn yang harganya masih masuk akal buat anak kuliahan atau first jobber. Di kisaran Rp300 ribu sampai Rp1 juta, kamu udah bisa dapet pengalaman audio yang beda jauh dari colok langsung ke HP.
Tapi ingat, DAC bukan sihir. Kalau kamu pakai earphone murahan, kualitas lagu jelek, atau sinyal internet ngadat, suara tetap bakal biasa aja. DAC itu ibarat lensa kamera, kamera bagus perlu lensa bagus buat maksimalin hasilnya.
Jadi, Gimana Nih?
Kalau kamu mulai tertarik eksplor dunia audio lebih dalam, DAC bisa jadi gerbang awal yang pas. Apalagi buat kamu penyuka genre jazz, lo-fi, akustik, atau instrumental di situlah DAC bener-bener unjuk gigi.
Tapi kalau kamu masih nyaman dengerin musik sambil scrolling TikTok, ya nggak usah dipaksain. Musik itu soal rasa, bukan sekadar spesifikasi.
Nggak ada cara paling “benar” buat menikmatinya. Tapi kalau kamu penasaran gimana rasanya dengerin lagu favorit dengan detail yang belum pernah kamu denger sebelumnya, mungkin udah waktunya coba nge-DAC.
Siapa tahu, telinga kamu ternyata lebih peka dari yang kamu kira.
, pasti pernah dengar istilah DAC. Singkatnya, DAC itu singkatan dari Digital to Analog Converter, alat kecil yang katanya bisa bikin kualitas musik kamu naik level dari sekadar “ya, kedengeran” jadi “woah, ini dia suara aslinya!”){kind=link}