Home Business Kolaborasi untuk Masa Depan: Summit di Bali Bahas Pariwisata Inklusif dan Bertanggung...

Kolaborasi untuk Masa Depan: Summit di Bali Bahas Pariwisata Inklusif dan Bertanggung Jawab

412
0
Path to Sustainable Growth 2025 Summit di Bali Bahas Pariwisata Inklusif dan Bertanggung Jawab - sumber foto Istimewa
Path to Sustainable Growth 2025 Summit di Bali Bahas Pariwisata Inklusif dan Bertanggung Jawab - sumber foto Istimewa
ohbeauty.id

Hi Urbie’s! The Apurva Kempinski Bali kembali menunjukkan komitmennya terhadap pembangunan berkelanjutan dengan menjadi tuan rumah Path to Sustainable Growth 2025, sebuah summit tahunan yang mempertemukan pemangku kepentingan lintas sektor. Mengangkat tema Shaping the Future of Responsible, Inclusive and Profitable Tourism, acara ini mengundang para pakar keberlanjutan global, pemimpin bisnis, pembuat kebijakan, hingga penggiat komunitas untuk berdiskusi dan berkolaborasi mencari solusi atas tantangan lingkungan, sosial, dan ekonomi dalam industri pariwisata.

Bali bukan cuma tentang pantai, matahari, dan budaya. Tahun ini, pulau dewata juga jadi pusat diskusi masa depan pariwisata berkelanjutan lewat summit spektakuler yang berlangsung di The Apurva Kempinski Bali. Dengan empat sesi panel diskusi yang dikurasi secara mendalam, summit ini membuka jalan baru bagi industri pariwisata Indonesia—yang tak hanya menarik secara ekonomi, tapi juga bertanggung jawab terhadap lingkungan dan masyarakat.

Acara dibuka dengan pidato kunci dari Drs. Amnu Fuadiy, M.A., selaku Asisten Deputi Menteri Bidang Pariwisata Berkelanjutan dari Kementerian Pariwisata RI. Dalam paparannya, beliau menegaskan dukungan penuh pemerintah terhadap lima program prioritas pariwisata berkelanjutan: gerakan wisata bersih, digitalisasi pemasaran, promosi daya tarik wisata berbasis minat khusus, penyelenggaraan event budaya, serta pengembangan desa wisata sebagai motor pertumbuhan ekonomi.

Empat Panel Diskusi, Satu Tujuan: Masa Depan Berkelanjutan

Diskusi pertama membahas Blueprint for Building Sustainable Destinations. Di sini, Alistair Speirs membawakan master plan pengembangan destinasi yang tangguh terhadap tantangan keberlanjutan. Wenda Ramadya Nabiel menekankan pentingnya keseimbangan antara lingkungan, sosial, dan nilai ekonomi. Sementara itu, Jelle Therry memperkenalkan desain ekosistem regeneratif yang mengedepankan ketahanan air, keanekaragaman hayati, dan penggunaan material berkelanjutan.

Panel kedua mengangkat tema Coexistence Between Community and Tourism. Dr. Yoga Iswara berbicara tentang aksi kolektif menuju Bali sebagai destinasi net-zero. Ida Bagus Agung Gunarthawa berbagi pandangan tentang pariwisata berbasis komunitas, dan Amanda Marcella memaparkan solusi pengelolaan sampah menuju zero-waste. John Higson dari Eco Solutions Lombok menunjukkan bagaimana agroforestry bisa jadi solusi win-win bagi lingkungan dan ekonomi masyarakat.

Baca Juga:

Pariwisata dan Biodiversitas: Kunci Ketahanan Masa Depan

Di panel ketiga bertema Sustainable Hospitality and Biodiversity, Helianti Hilman menyoroti kekayaan hayati kuliner Indonesia sebagai bagian dari warisan budaya yang perlu dilestarikan. Nicolas Perez membahas pentingnya konservasi air dalam praktik perhotelan. Dr. Stefan Phang memperkenalkan program Linen for Life dan Soap for Life, sementara Tobias Wilson membahas dampak limbah organik terhadap emisi karbon. Yuki Susanto dari PT Suparma Tbk menutup sesi dengan studi kasus tentang efisiensi produksi dan manajemen limbah di sektor industri.

Diskusi terakhir bertajuk Measuring and Mastering Sustainability menyentuh aspek penting: pengukuran sebagai dasar aksi nyata. Shane Dalke dari Bjarke Ingels Group berbagi pengalaman membangun Gelephu Mindfulness City yang harmonis dengan alam. Maurice Adema menyoroti solusi energi terbarukan, dan Gayan Wejesiriwardana menjelaskan pentingnya sertifikasi agar keberlanjutan bisa diukur dan dipercaya. Desak Intan menutup sesi dengan strategi jangka panjang The Apurva Kempinski Bali dalam melestarikan budaya, melindungi lingkungan, dan memberdayakan lokalitas.

Menuju Netral Karbon, The Apurva Kempinski Bali Jadi Pelopor

Tidak hanya wacana, summit ini juga mengukur jejak karbon acara secara transparan: total emisi mencapai 6.537,75 kgCO2e, mencakup akomodasi, konsumsi, dan transportasi. Untuk menyeimbangkan angka ini, diperlukan penanaman sekitar 725 pohon mangrove atau 98 pohon nangka selama tiga tahun. Sebagai bagian dari komitmen jangka panjang, The Apurva Kempinski Bali menargetkan menjadi hotel pertama di Indonesia yang netral karbon.

General Manager, Vincent Guironnet menyampaikan, “Kami bangga menjadi tuan rumah bagi komunitas yang berbagi visi dan komitmen untuk masa depan berkelanjutan. Lewat kolaborasi ini, kami berharap bisa menginspirasi lebih banyak pelaku industri untuk bergerak bersama menuju pertumbuhan yang bertanggung jawab.”

Urbie’s, kalau kamu peduli dengan masa depan bumi dan industri pariwisata yang adil serta inklusif, inilah saatnya kamu terlibat. Karena bicara soal traveling, masa depan itu nggak cuma soal destinasi—tapi juga tentang bagaimana kita sampai ke sana, dan apa yang kita tinggalkan di belakang.

Novotel Gajah Mada

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here