
Hi Urbie’s! Di tengah tren parenting modern yang penuh aturan, target tumbuh kembang, dan ribuan webinar tentang “best parenting”, muncul satu gaya pengasuhan yang justru tampil beda, yaitu French parenting. Konsep ini mulai banyak diperbincangkan oleh para orang tua muda Gen Z dan milenial yang merasa lelah dengan pola asuh penuh tekanan. Tapi apa sebenarnya yang membuat French parenting begitu menarik dan banyak diadopsi?
Fenomena ini pertama kali booming sejak buku Bringing Up Bébé karya Pamela Druckerman menjadi best-seller. Sebagai seorang ibu asal Amerika yang tinggal di Paris, Druckerman mengamati bahwa anak-anak Prancis terlihat lebih tenang di restoran, tidak rewel, dan bisa bermain sendiri tanpa harus diawasi setiap detik. Ia menyimpulkan bahwa rahasianya ada pada gaya pengasuhan yang lebih rileks tapi tetap tegas.
Tidak Panik Saat Anak Menangis
Salah satu ciri khas dari French parenting adalah sikap observatif, bukan reaktif. Alih-alih langsung buru-buru menenangkan bayi saat menangis, orang tua Prancis terbiasa menunggu sebentar. Tujuannya? Memberi kesempatan pada bayi untuk belajar menenangkan dirinya sendiri. Konsep ini disebut le pause.
Baca Juga:
- Sir Beckham! David Beckham Resmi Sandang Gelar Kehormatan dari Raja Charles
- The Oakbar: Destinasi Tersembunyi Bergaya Speakeasy & Coffee Lounge di Tengah Jakarta
- Punya Rumah Dekat Kota Kini Mungkin! Ini Dia Rumah Subsidi Tipe 18 m²
Bagi para orang tua muda di Indonesia, terutama yang hidup di era instan dan serba responsif, metode ini awalnya terasa asing. Tapi ternyata, membiarkan anak belajar mengenali emosinya justru jadi pondasi awal membentuk anak yang lebih tangguh secara emosional.
Batasan yang Jelas Tapi Tidak Otoriter
French parenting juga menekankan pentingnya batasan, tapi bukan dengan cara keras. Anak-anak diberikan ruang untuk mengeksplorasi, namun dengan batasan yang jelas dan konsisten. Mereka boleh mengekspresikan diri, selama tidak melanggar norma atau merugikan orang lain.
Kunci dari metode ini adalah keseimbangan. Anak-anak tidak dituntut menjadi sempurna, tapi mereka diajak untuk bertanggung jawab atas pilihannya. Orang tua bertindak sebagai pembimbing, bukan pengatur mutlak.
Makan Bersama adalah Pendidikan
Budaya makan keluarga di Prancis juga sangat berdampak pada pola pengasuhan. Anak-anak diajak makan bersama sejak usia dini, bukan hanya sekadar menyuapi, tapi mengajarkan tata krama, rasa syukur, dan mengenalkan rasa-rasa baru. Mereka diajarkan menikmati makanan dengan kesadaran, bukan sambil nonton atau bermain gadget.
Ini menjadi catatan penting bagi para orang tua muda, yang sering tergoda menyuapi anak sambil menyalakan YouTube agar makan cepat selesai.
Kenapa Gaya Ini Mulai Dilirik Anak Muda Indonesia?
French parenting terasa relevan bagi anak muda yang mulai membentuk keluarga di era serba cepat. Mereka ingin jadi orang tua yang tetap terkoneksi dengan dunia luar, tanpa kehilangan kendali atas pengasuhan. Gaya ini menawarkan alternatif yang lebih manusiawi, tanpa harus kehilangan esensi kedisiplinan.
Bagi generasi muda yang tengah memikirkan masa depan keluarga atau sekadar penasaran dengan tren parenting, French parenting bisa jadi inspirasi menarik. Terutama untuk kamu yang percaya bahwa membesarkan anak tidak harus melelahkan, tapi bisa jadi proses yang penuh kesadaran dan kehangatan.
Kalau kamu penasaran ingin mencoba gaya ini, mulailah dari hal kecil seperti memberi waktu untuk le pause, ajak anak makan bareng tanpa distraksi, dan bangun aturan yang konsisten tapi penuh cinta. Karena menjadi orang tua bukan soal sempurna, tapi soal hadir dengan cara yang bijak.