Hi Urbie’s!
Kalau kamu berpikir Danau Toba hanya soal pemandangan indah dan udara sejuk, tunggu sampai kamu tahu apa yang baru saja dilakukan Kementerian Pariwisata (Kemenpar). Melalui program Familiarization Trip alias Fam Trip yang digelar pada 22–26 Juli 2025, Kemenpar sukses menunjukkan sisi lain dari Danau Toba—yakni kekayaan budaya dan cita rasa gastronomi lokal yang benar-benar memanjakan lidah.
Fam Trip ini melibatkan pelaku industri pariwisata, seperti agen perjalanan, media nasional, fotografer profesional, dan influencer terpilih. Tujuannya jelas: menjadikan Danau Toba bukan hanya sebagai destinasi visual, tapi juga sebagai pengalaman penuh cita rasa dan cerita.
Erwita Dianti, Asisten Deputi Pemasaran Pariwisata Nusantara, menjelaskan bahwa langkah ini merupakan bagian dari kampanye nasional “Bangga Berwisata di Indonesia (BBWI)” sekaligus strategi promosi destinasi prioritas nasional. Danau Toba, menurut Erwita, adalah tempat yang menyentuh semua indera—termasuk indera pengecap.
Selama lima hari penuh, para peserta diajak menjelajah tiga kabupaten: Humbang Hasundutan, Samosir, dan wilayah sekitarnya. Dari geosite dan hutan pinus di Sipinsur Park yang menyuguhkan pemandangan ikonik Danau Toba, hingga kunjungan penuh makna ke The Kaldera, Huta Siallagan, Menara Pandang Tele, Bukit Holbung, dan Air Terjun Efrata—semuanya dirangkai untuk memperlihatkan bahwa kekuatan Danau Toba bukan hanya soal alamnya, tapi juga nilai-nilai budaya yang mendalam.
Namun, highlight dari Fam Trip ini tentu saja ada di pengalaman gastronominya. Peserta berkesempatan mencicipi kopi lokal dari Piltik Coffee sambil menikmati suasana alam yang tenang dan sejuk. Tak hanya itu, mereka juga menjelajahi kebun kopi Pardosir di Samosir, menyaksikan sendiri proses dari biji hingga secangkir kopi.
Baca Juga:
- Roblox Dianggap Berbahaya Bagi Anak SD, Ini Penjelasan Mendikdasmen!
- Kolaborasi Pokémon dan PSSI: Saat Dunia Bola Ketemu Pikachu!
- Rahasia Rambut Lembut dan Mudah Diatur ala Perempuan Jepang
Sensasi berlanjut di Palito Coffee Waterfront City dan Tepi Coffee, tempat di mana kopi disajikan dengan pendekatan modern. Puncaknya, peserta hadir di Festival Kopi Tanah Para Raja yang menjadi perayaan besar bagi para petani, pelaku industri kopi, dan pecinta kopi dari seluruh penjuru.
Tentu saja, makanan tradisional khas Batak juga jadi daya tarik tersendiri. Dari Ikan Arsik, Ayam Napindar, Sambal lokal, hingga Ombus-ombus yang legit, semuanya hadir sebagai bagian dari eksplorasi rasa yang tak terlupakan. Bahkan, peserta juga sempat mencoba hidangan ekstrem di RM Putra Pribumi Dolok Sanggul—pengalaman autentik yang jarang bisa ditemui di tempat lain.
Kegiatan ini ditutup dengan kunjungan ke pusat oleh-oleh yang menjual berbagai kerajinan dan makanan khas Danau Toba. Bukan cuma memperkenalkan wisata, tapi juga mendorong ekonomi lokal agar tumbuh bersama.
Yang menarik, Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana menekankan bahwa promosi semacam ini sejalan dengan program prioritas nasional yang dijalankan bersama Presiden Prabowo Subianto dan Wapres Gibran Rakabuming Raka. Pemerintah tengah mendorong masyarakat untuk mengelola destinasi pariwisata berbasis koperasi. Koperasi Merah Putih dan Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) diharapkan menjadi ujung tombak dalam pengelolaan destinasi berbasis komunitas.
“Pariwisata bukan sekadar mendatangkan wisatawan, tapi tentang kesejahteraan masyarakat. Dengan kekuatan alam, budaya, dan masyarakat, kita bisa wujudkan pariwisata Indonesia yang berkelanjutan,” ujar Menteri Widiyanti.
Dengan keberhasilan Fam Trip ini, besar harapan bahwa Danau Toba akan semakin dikenal bukan hanya sebagai danau terbesar di Indonesia, tapi juga sebagai ikon wisata lengkap—dari lanskap, budaya, hingga kuliner—yang bisa membawa Indonesia menuju 1,08 miliar perjalanan wisatawan nusantara di tahun 2025.
 melalui program Familiarization Trip alias Fam Trip yang digelar pada 22–26 Juli 2025, Kemenpar sukses menunjukkan sisi lain dari Danau Toba){kind=link}