Home Uncategorized “Evergreen” – Lagu Cinta Abadi yang Lahir dari Kehilangan, Karya HYDE yang...

“Evergreen” – Lagu Cinta Abadi yang Lahir dari Kehilangan, Karya HYDE yang Tak Pernah Layu

35
0
HYDE Evergreen di album Roentgen - sumber foto youtube
HYDE Evergreen di album Roentgen - sumber foto youtube
Urbanvibes"

Hi Urbie’s! Bayangkan sebuah lagu yang lembut namun meninggalkan bekas begitu dalam di hati. Suara yang tenang, piano yang lirih, dan lirik yang seolah berbisik tentang cinta, kehilangan, dan keabadian. Itulah “Evergreen”, single pertama dari solo karier HYDE — sang vokalis legendaris L’Arc~en~Ciel — yang dirilis tepat pada 17 Oktober 2001.

Bagi para penggemar musik Jepang, tanggal ini bukan sekadar hari biasa. Itu adalah hari ketika HYDE membuka babak baru dalam kariernya, meninggalkan hingar-bingar rock untuk sejenak menelusuri sisi paling personal dalam dirinya: sisi yang sunyi, sendu, namun sarat makna.

Dari Duka Menjadi Doa

Di balik keindahan “Evergreen”, tersimpan kisah yang memilukan. HYDE menulis lagu ini setelah kehilangan salah satu orang terdekatnya — mantan basis dari band pertamanya, seorang sahabat yang meninggal dunia setelah berjuang melawan penyakit panjang.

Namun, sebelum kepergiannya, sang sahabat sempat menikah dengan wanita yang ia cintai. Peristiwa itu begitu membekas di hati HYDE, hingga ia mencurahkan emosinya ke dalam lagu ini. Dalam liriknya, HYDE membayangkan kata-kata terakhir yang mungkin ingin disampaikan sang sahabat kepada istrinya — pesan cinta yang tak lekang oleh waktu, bahkan setelah kematian memisahkan.

“Evergreen” bukan sekadar lagu duka, Urbie’s. Ia adalah surat cinta abadi, ditulis dengan air mata, lalu dihidupkan kembali lewat nada yang begitu lembut dan melankolis.

Peti Mati yang Menyimpan Kehidupan

Menariknya, Evergreen hadir dalam kemasan yang unik — berbentuk peti mati kecil. Pilihan desain ini bukan tanpa alasan. Bagi HYDE, kematian bukan akhir, melainkan tempat di mana cinta dan kenangan disimpan selamanya.

Peti mati itu menjadi simbol, bukan kesedihan. Melainkan wadah untuk “menyimpan” keindahan cinta yang telah pergi, namun tidak benar-benar hilang. Melodi lagu ini pun terasa seperti bunga putih yang tumbuh di atas pusara — sederhana, lembut, tapi tak bisa diabaikan keindahannya.

Baca Juga:

Melodi yang Menghidupkan Kenangan

Dibandingkan karya-karyanya bersama L’Arc~en~Ciel yang penuh energi dan dinamika, Evergreen terasa seperti napas baru. HYDE memperlihatkan sisi dirinya yang paling rapuh namun jujur. Dengan aransemen minimalis — piano, gesekan biola, dan sedikit gitar akustik — lagu ini membawa pendengarnya masuk ke ruang sunyi di mana kenangan dan doa berpadu.

Nada-nada itu mengalun perlahan, seperti percakapan terakhir yang tak pernah selesai. Setiap kata dalam liriknya terasa tulus, seperti janji cinta yang diucapkan di antara dunia yang berbeda.

Dan di situlah letak keindahan Evergreen: kesederhanaannya justru membuatnya abadi.

“Evergreen”: Simbol Kehidupan yang Tak Pernah Layu

Sejak perilisannya, lagu ini menjadi salah satu karya paling dicintai HYDE dalam karier solonya. Tak sedikit penggemar yang merasakan kedamaian dan kehangatan setiap kali mendengarnya, seolah diingatkan bahwa cinta sejati tak pernah benar-benar berakhir.

Kata “Evergreen” sendiri berarti “selalu hijau” — simbol kehidupan yang terus tumbuh meski waktu berlalu. Dan begitu pula cinta, yang jika tulus, akan selalu menemukan cara untuk hidup kembali.

Melalui lagu ini, HYDE membuktikan bahwa musik bisa menjadi jembatan antara kehidupan dan kematian, antara kehilangan dan penerimaan. Ia tidak hanya menciptakan lagu, tapi juga mengabadikan emosi manusia yang paling dalam: cinta yang bertahan di tengah perpisahan.

Dua Dekade dan Masih Menggema

Kini, lebih dari dua dekade setelah perilisannya, Evergreen tetap menjadi lagu yang menyentuh hati siapa pun yang mendengarnya. Ia bukan sekadar nostalgia, tapi pengingat bahwa di balik setiap duka, selalu ada cinta yang tak mati.

Dan mungkin itulah mengapa HYDE memberi judulnya Evergreen. Karena meskipun waktu berjalan, meskipun mereka yang kita cintai telah pergi — perasaan itu, kenangan itu, akan selalu hijau, tak pernah layu.

Novotel Gajah Mada

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here