Kabar tentang 14 siswa SMA di Daerah Ota, Tokyo, yang harus dilarikan ke rumah sakit karena makanan pedas keripik kentang ekstra pedas pada tanggal 16, menjadi sorotan internasional. Fenomena lonjakan minat terhadap makanan sangat pedas sedang mencuat di seluruh dunia, termasuk di kalangan pengusaha terkenal seperti Elon Musk.
Pada tanggal 17, Musk menanggapi berita tersebut melalui media sosial dengan menyarankan untuk mengurangi tingkat kepedasannya, menciptakan diskusi hangat di platform tersebut.
Menurut laporan BBC, keripik kentang yang disantap para siswa mengandung Bhut Jolokia, cabai dari timur laut India yang terkenal sebagai cabai terpedas di dunia. Di Amerika Serikat, ketertarikan terhadap cabai ini bahkan mendorong penyelenggaraan kontes makan dengan harapan masuk dalam Guinness Book of World Records.
Namun, popularitas makanan sangat pedas ini juga menimbulkan keprihatinan serius. Pada bulan September tahun lalu, seorang siswa di Massachusetts meninggal karena serangan jantung setelah mengonsumsi makanan pedas serupa. Kasus ini memicu tuntutan hukum terhadap produsen.
Baca juga:
- Liburan Hemat dengan Miles & Point: Tips Jitu untuk Traveler Cerdas!
- Mau Liburan ke Pantai? Ini Top List Pantai Terindah di Indonesia!
- Pulau Komodo: Surga Tersembunyi di Timur Indonesia yang Wajib Dikunjungi!
Di Denmark, Badan Pangan setempat baru-baru ini mengeluarkan peringatan terhadap mie instan sangat pedas buatan Korea, mengingat risiko keracunan akut yang dapat ditimbulkan. Meskipun pemerintah telah memutuskan untuk kembali memperbolehkan penjualan produk ini setelah pemeriksaan lebih lanjut, kekhawatiran tetap ada setelah laporan adanya konsumen yang mengeluhkan gejala sakit perut dan muntah.
Fenomena “video tantangan” yang menampilkan orang-orang mencoba makanan sangat pedas dan merekam reaksi wajah mereka juga semakin populer di media sosial, menambah kompleksitas dari tren ini.
Dengan peningkatan minat global terhadap makanan pedas, muncul pula tantangan untuk memastikan keselamatan dan kesehatan konsumen. Diskusi tentang regulasi dan perlindungan konsumen pun menjadi semakin relevan di tengah maraknya tren makanan ini.
Sumber: Sankei