Hai urbie’s, tahu nggak sih kalau fosil dinosaurus kini jadi barang koleksi favorit orang superkaya, termasuk bintang film ternama? Nama-nama seperti Nicolas Cage, Leonardo DiCaprio, dan Russell Crowe bahkan pernah terlibat perang penawaran buat mendapatkan fosil impian mereka!
Menurut The Wall Street Journal, Cage pernah mengalahkan DiCaprio untuk membeli tengkorak kerabat Tyrannosaurus. Crowe juga nggak mau kalah, ia membeli tengkorak lain langsung dari DiCaprio seharga $35.000 dalam transaksi larut malam yang, katanya, terpengaruh vodka.
Nggak cuma selebritas, miliarder seperti Ken Griffin pun ikut tren ini. Pada Juli lalu, ia membeli fosil Stegosaurus berusia 150 juta tahun seharga $44,6 juta, harga tertinggi untuk sebuah fosil dinosaurus. Melihat antusiasme ini, rumah lelang Sotheby bahkan membuka departemen khusus untuk sains dan budaya populer pada 2021, menjual berbagai barang unik termasuk tulang dinosaurus.
Baca juga:
- YOASOBI dan PlayStation Hadirkan “Project: MEMORY CARD” untuk Rayakan 30 Tahun Nostalgia Gaming
- “Rangga & Cinta” Segera Diproduksi: Kolaborasi Indonesia-Korea yang Membawa Optimisme Baru
- Mengalami Pelecehan Seksual di Kantor? Ini yang Harus Kamu Lakukan!
Cassandra Hatton, kepala departemen tersebut, menduga nostalgia museum masa kecil jadi salah satu alasan orang-orang kaya ini berburu fosil. “Mereka ingin menghidupkan kembali kegembiraan saat berada di museum bersama keluarga,” katanya.
Namun, tren ini bikin para ahli paleontologi gelisah, urbie’s. Thomas Carr, direktur Institut Paleontologi Carthage, mengungkap bahwa pasar fosil pribadi di Amerika yang minim pengawasan justru menghambat penelitian ilmiah. Meski ada fosil yang dipinjamkan ke museum, banyak ilmuwan enggan meneliti koleksi pribadi karena akses di masa depan belum terjamin.
“Apa yang terjadi setelah pemiliknya meninggal?” tanya Carr. Ia khawatir fosil itu bisa berpindah tangan ke kolektor lain, seperti Nicolas Cage, sehingga makin sulit dijangkau untuk penelitian.
Urbie’s, gimana nih menurut kalian? Koleksi keren atau ancaman buat ilmu pengetahuan?