Home Highlight Mengenal Setsubun, Tradisi Unik Jepang Menolak Bala di Pergantian Musim

Mengenal Setsubun, Tradisi Unik Jepang Menolak Bala di Pergantian Musim

147
0
ilustrasi setsubun tradisi jepang - sumber foto Istock
ilustrasi setsubun tradisi jepang - sumber foto Istock
Urban Vibes

Hi Urbie’s! Indonesia dan Jepang, dua negara yang kaya akan budaya dan tradisi, memiliki cara unik dalam menyambut pergantian musim. Jika di Indonesia dikenal berbagai ritual dan perayaan untuk menyambut musim panen atau musim hujan, di Jepang ada tradisi Setsubun yang dirayakan setiap tahun untuk mengusir roh jahat dan membawa keberuntungan di musim semi.

Setsubun: Antara Mitos dan Tradisi

Setsubun, yang secara harfiah berarti “pembagian musim”, adalah perayaan yang menandai berakhirnya musim dingin dan dimulainya musim semi. Perayaan ini biasanya jatuh pada tanggal 3 Februari, namun tahun ini, Setsubun jatuh pada tanggal 2 Februari.

Tradisi mengusir roh jahat bukan sekadar perayaan biasa. Di balik tradisi ini, terdapat mitos dan kepercayaan yang diwariskan secara turun-temurun. Masyarakat Jepang percaya bahwaSetsubun adalah waktu yang tepat untuk mengusir roh jahat atau oni yang membawa penyakit dan malapetaka.

Ritual Melempar Kacang: Menolak Bala, Meraih Keberuntungan

Salah satu ritual yang paling dikenal saat Setsubun adalah mamemaki, yaitu melempar kacang kedelai ke luar rumah sambil berteriak “Oni wa soto! Fuku wa uchi!” yang berarti “Setan keluar! Keberuntungan masuk!”.

Kacang kedelai dipercaya memiliki kekuatan untuk mengusir roh jahat. Setelah melempar kacang, orang-orang akan memungut kacang yang berserakan dan memakannya sesuai dengan usia mereka. Konon, dengan melakukan ini, mereka akan terhindar dari penyakit dan mendapatkan keberuntungan sepanjang tahun.

Ehomaki: Gulungan Sushi Pembawa Rezeki

Selain mamemaki, tradisi lain yang juga populer saat Setsubun adalah makan ehomaki, yaitu gulungan sushi panjang yang berisi tujuh macam bahan makanan. Ehomaki melambangkan tujuh dewa keberuntungan dalam mitologi Jepang.

Saat makan ehomaki, orang-orang harus menghadap ke arah Eho, yaitu arah keberuntungan pada tahun tersebut. Mereka juga harus makan dalam diam dan tidak boleh berbicara sampai ehomaki habis. Konon, dengan melakukan ini, mereka akan mendapatkan rezeki dan kebahagiaan.

Baca juga:

Setsubun di Era Modern

Meskipun tradisi ini sudah berumur ratusan tahun, Setsubun tetap relevan dan dirayakan oleh masyarakat Jepang hingga saat ini. Perayaan Setsubun tidak hanya dilakukan di rumah-rumah, tetapi juga di kuil-kuil dan tempat-tempat umum.

Di era modern, Tradisi mengusir roh jahat menjadi momen yang menyenangkan bagi keluarga dan teman-teman untuk berkumpul dan merayakan pergantian musim. Selain ritual mamemaki dan makan ehomaki, orang-orang juga menikmati berbagai makanan dan minuman khas Setsubun, seperti fukucha (teh keberuntungan) dan amazake (minuman manis dari beras).

Setsubun: Jembatan Antara Tradisi dan Modernitas

Tradisi mengusir roh jahat adalah contoh bagaimana tradisi dan modernitas dapat berjalan beriringan. Di satu sisi, Setsubun adalah warisan budaya yang kaya akan makna dan simbol. Di sisi lain, Setsubun juga menjadi bagian dari gaya hidup modern masyarakat Jepang, yang terus beradaptasi dengan perkembangan zaman.

Setsubun adalah perayaan yang unik dan menarik. Tradisi ini tidak hanya menjadi momen untuk bersenang-senang, tetapi juga untuk merenungkan makna kehidupan dan mengharapkan keberuntungan di masa depan.

Urban Vibes

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here