Urbie’s, ada kabar menarik nih dari Denmark! Negara ini berencana untuk melarang penggunaan smartphone di sekolah demi kesejahteraan anak-anak. Wah, gimana ceritanya? Yuk, simak selengkapnya!
Bye-bye Smartphone di Sekolah!
Pada 25 Februari, Menteri Anak dan Pendidikan Denmark, Matthias Tesfaye, mengumumkan bahwa pemerintah akan melarang penggunaan ponsel di sekolah. Rencana ini bukan sekadar wacana, lho! Pemerintah sudah bersiap untuk merevisi undang-undang guna mewujudkan kebijakan ini.
Meski aturan pastinya belum ditetapkan, Tesfaye menegaskan bahwa penggunaan ponsel dan tablet di sekolah tidak akan diizinkan saat jam pelajaran maupun istirahat. Jadi, nggak ada lagi yang sibuk main game atau scroll media sosial saat di sekolah!
Baca juga:
- Foresthree Coffee & Kitchen, Franchise dengan Filosofi Pohon Kehidupan
- Ini yang Harus di Lakukan Anak Muda Agar Tidak Ikut-Ikutan Tren #KaburAjaDulu
- Erspo Rilis Jersey Tandang Timnas Indonesia, Tampil Elegan dengan Ornamen Garuda di Bahu
Kenapa Harus Dilarang?
Alasan utama kebijakan ini cukup jelas: melindungi masa kecil anak-anak dari dampak negatif layar digital. Menteri Kebudayaan Denmark, Jakob Engelschmidt, menekankan bahwa terlalu banyak waktu di depan layar bisa menghilangkan esensi masa kecil.
Selain itu, kebijakan ini sejalan dengan rekomendasi Komite Kesejahteraan Pemuda, yang menyarankan pembatasan penggunaan smartphone bagi anak usia 13 tahun ke atas.
Ketua komite, Rasmus Meyer, juga mengungkapkan bahwa kehadiran smartphone di kamar anak-anak dapat menjadi pusat perhatian yang berlebihan. Bahkan, ia menyebutkan bahwa smartphone bisa merusak harga diri dan kebahagiaan anak.
Dampaknya Buat Pelajar?
Buat para pelajar di Denmark, kebijakan ini bisa jadi tantangan tersendiri. Nggak bisa lagi update status atau nonton video viral saat istirahat. Tapi di sisi lain, ini juga bisa bikin mereka lebih fokus belajar, berinteraksi langsung dengan teman-teman, dan menikmati masa kecil tanpa gangguan teknologi.
Gimana menurut urbie’s? Kalau aturan ini diterapkan di Indonesia, kira-kira setuju nggak?