Home Highlight Ogoh-Ogoh, Dari Simbol Mistis hingga Kontroversi di Bhandana Bhuhkala Festival 2025

Ogoh-Ogoh, Dari Simbol Mistis hingga Kontroversi di Bhandana Bhuhkala Festival 2025

36
0
ogoh-ogoh Bhandana Bhuhkala Festival 2025 - sumber foto Instagram @dewayudis
ogoh-ogoh Bhandana Bhuhkala Festival 2025 - sumber foto Instagram @dewayudis
Urban Vibes

Hi Urbies! Ogoh-ogoh bukan sekadar patung raksasa yang diarak menjelang Nyepi, tetapi juga sebuah mahakarya seni yang kaya akan simbolisme. Namun, siapa sangka bahwa di tahun 2025, karya seni yang seharusnya menjadi bentuk ekspresi ini justru menjadi pusat kontroversi di Bhandana Bhuhkala Festival yang digelar di Kabupaten Badung?

Seni yang Memicu Gelombang Protes Bhandana Bhuhkala Festival

Puluhan anggota Seka Teruna Pratyaksa, Banjar Bualu, Kelurahan Benoa, tidak terima ketika ogoh-ogoh mereka, ‘Tatwating Kalisangara’, hanya meraih Juara Umum 2. Mereka mempertanyakan standar penilaian seni dalam kompetisi ini. Bukan hanya di lokasi acara, protes ini juga bergema di media sosial, memicu perdebatan di kalangan pecinta seni dan budaya.

ogoh-ogoh Bhandana Bhuhkala Festival 2025 - sumber foto Instagram @dewayudis
ogoh-ogoh Bhandana Bhuhkala Festival 2025 – sumber foto Instagram @dewayudis

Dibalik Makna ‘Tatwating Kalisangara’

‘Tatwating Kalisangara’ sendiri merupakan interpretasi unik tentang perlawanan terhadap era kegelapan dan kekacauan. Patung ini menggambarkan perwujudan roh yang haus akan keseimbangan, mencerminkan bagaimana manusia modern harus melawan nafsu dan ambisi yang merusak tatanan kehidupan. Dengan detail ukiran yang menakjubkan dan pewarnaan yang dramatis, ogoh-ogoh ini mendapat banyak pujian dari para pecinta seni.

Namun, apakah sebuah karya seni harus dinilai hanya berdasarkan teknis semata? Ataukah juga harus diukur dari emosi dan pesan yang disampaikan?

Baca juga

Bhandana Bhuhkala Festival Klarifikasi dari Dinas Kebudayaan Badung

Menanggapi kontroversi ini, Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung, Gede Eka Sudarwitha, menjelaskan bahwa tim juri tidak akan mengubah hasil penilaian. Namun, sebagai bentuk apresiasi, ‘Tatwating Kalisangara’ akhirnya diberikan gelar tambahan sebagai Ogoh-Ogoh Terfavorit.

Selain itu, Seka Teruna Pratyaksa juga diberi kesempatan mengajukan dana kegiatan untuk pengembangan komunitas mereka. Dengan demikian, meskipun sempat menimbulkan kekecewaan, karya seni ini tetap mendapatkan tempat di hati banyak orang.

Ketika Ogoh-Ogoh Menjadi Ruang Ekspresi Seniman

Festival ogoh-ogoh tidak hanya tentang kompetisi, tetapi juga merupakan wadah ekspresi bagi para seniman muda. Setiap ukiran, warna, dan gerakan yang ditampilkan bukanlah sekadar dekorasi, melainkan representasi dari mitologi, filosofi, dan kritik sosial.

ogoh-ogoh Bhandana Bhuhkala Festival 2025 - sumber foto Instagram @dewayudis
ogoh-ogoh Bhandana Bhuhkala Festival 2025 – sumber foto Instagram @dewayudis

Dari tahun ke tahun, ogoh-ogoh semakin berkembang dari segi konsep dan teknik pembuatan. Tak jarang, seniman mengangkat tema-tema modern seperti dampak teknologi, isu lingkungan, hingga kritik terhadap budaya konsumtif. Apakah ini saatnya kita mulai menilai ogoh-ogoh sebagai seni modern yang berkembang, bukan sekadar tradisi?

Seni, Identitas, dan Polemik yang Tak Terhindarkan

Kontroversi di Bhandana Bhuhkala Festival 2025 bukan hanya soal menang dan kalah, tetapi juga bagaimana seni harus dinilai dan dihargai. Sebuah mahakarya bisa menyentuh hati banyak orang, bahkan tanpa gelar juara. Mungkin ini saatnya bagi kita untuk melihat ogoh-ogoh bukan hanya sebagai ritual, tetapi juga sebagai seni yang terus berevolusi.

Bagaimana menurut kalian, Urbies? Haruskah penilaian ogoh-ogoh lebih mempertimbangkan nilai seni dan pesan yang ingin disampaikan? Ataukah tetap harus berpegang pada standar teknis yang ada? Yuk, diskusi di kolom komentar!

Urban Vibes

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here