Hi Urbie’s! Ketupat atau yang juga dikenal sebagai kupat adalah salah satu kuliner khas Indonesia yang identik dengan perayaan Idul Fitri. Dibuat dari beras yang dibungkus dengan anyaman daun kelapa muda (janur), ketupat bukan sekadar makanan, tetapi juga memiliki makna filosofis yang dalam bagi masyarakat Indonesia.
Ketupat telah menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi Lebaran, tersaji bersama opor ayam, rendang, dan berbagai hidangan khas lainnya. Namun, tahukah Urbie’s bahwa ketupat juga memiliki sejarah panjang yang berkaitan dengan penyebaran Islam di Nusantara?
Sunan Kalijaga dan Tradisi Ketupat
Salah satu tokoh Walisongo, Raden Mas Sahid atau yang lebih dikenal sebagai Sunan Kalijaga, memperkenalkan ketupat sebagai bagian dari akulturasi budaya Islam di Indonesia. Sunan Kalijaga menggunakan ketupat untuk mengajarkan nilai-nilai Islam kepada masyarakat dengan pendekatan yang lebih dekat dengan budaya lokal.
Ketupat dalam ajaran Sunan Kalijaga melambangkan empat makna penting:
- Ketupat atau kupat berasal dari bahasa Jawa ‘ngaku lepat’, yang berarti mengakui kesalahan. Ini mencerminkan esensi Idul Fitri sebagai momen saling memaafkan dan kembali ke fitrah.
- Anyaman ketupat melambangkan kompleksitas kehidupan manusia. Seperti benang-benang janur yang saling terkait, kehidupan manusia penuh dengan dinamika dan hubungan antarindividu.
- Bentuk ketupat yang segi empat melambangkan keseimbangan antara empat unsur kehidupan: lahir, batin, dunia, dan akhirat.
- Ketupat yang dibuka memperlihatkan nasi putih, melambangkan hati yang bersih setelah melewati bulan suci Ramadan.
Melalui filosofi ini, Sunan Kalijaga berhasil menjadikan ketupat sebagai bagian dari perayaan Lebaran yang tak hanya lezat, tetapi juga memiliki nilai spiritual yang kuat.
Baca juga:
- Lebaran di Ladang Minyak: Kisah Para Pekerja Hulu Migas yang Mengabdi Tanpa Libur
- BPOM Klarifikasi Isu Penutupan Pabrik Skincare PT. Ratansha Purnama Abadi
- Nvidia Perkenalkan Groot N1: AI Canggih untuk Robot Humanoid
Ketupat dan Variasi di Berbagai Daerah
Sebagai kuliner khas Indonesia, ketupat memiliki banyak variasi di berbagai daerah. Di Jawa, ketupat sering disajikan dengan opor ayam atau sambal goreng ati. Sementara itu, di Sumatra, ketupat lebih sering ditemukan dalam hidangan lontong sayur dengan kuah santan kental.
Di daerah Betawi, ada ketupat sayur yang menjadi menu sarapan favorit, terdiri dari ketupat yang dipadukan dengan sayur labu, tahu, dan kerupuk. Sedangkan di Bali, ketupat disebut juga sebagai tipat, yang menjadi bagian dari ritual keagamaan Hindu.
Tradisi Kupatan Setelah Idul Fitri
Selain menjadi sajian utama saat Lebaran, beberapa daerah di Indonesia juga memiliki tradisi unik yang berkaitan dengan ketupat, seperti tradisi Lebaran Ketupat atau Kupatan. Tradisi ini biasanya dilaksanakan satu minggu setelah Idul Fitri, sebagai simbol perayaan kemenangan setelah berpuasa enam hari di bulan Syawal.
Di Jawa dan Madura, masyarakat menggelar pesta rakyat dengan menyajikan ketupat dalam jumlah besar, yang dibagikan kepada keluarga, tetangga, dan fakir miskin sebagai wujud kebersamaan. Tradisi ini juga sering disertai dengan doa bersama dan pertunjukan seni budaya.
Ketupat: Warisan Budaya yang Harus Dilestarikan
Sebagai kuliner khas yang sarat akan makna dan sejarah, ketupat bukan sekadar makanan, tetapi juga bagian dari identitas budaya Indonesia. Keberadaannya dalam perayaan Lebaran menunjukkan bagaimana masyarakat Indonesia mampu mengharmoniskan tradisi lokal dengan nilai-nilai agama.
Di era modern ini, ketupat tetap bertahan sebagai salah satu simbol Lebaran yang tak tergantikan. Oleh karena itu, menjaga dan melestarikan tradisi ketupat adalah bentuk penghormatan terhadap warisan leluhur yang telah diwariskan secara turun-temurun.
Jadi, Urbie’s, saat menyantap ketupat Lebaran nanti, jangan lupa untuk mengingat filosofi mendalam di balik anyaman janurnya, ya!