Home Lifestyle Naik Jabatan Lewat Lidah? Fenomena Penjilat di Dunia Kerja yang Bikin Gerah

Naik Jabatan Lewat Lidah? Fenomena Penjilat di Dunia Kerja yang Bikin Gerah

513
0
Ilustrasi Naik Jabatan Lewat Lidah? Fenomena Penjilat di Dunia Kerja yang Bikin Gerah. Foto: Freepik
Ilustrasi Naik Jabatan Lewat Lidah? Fenomena Penjilat di Dunia Kerja yang Bikin Gerah. Foto: Freepik
ohbeauty.id

Hi Urbie’s! Di balik meja kantor yang terlihat tenang, ada drama yang tak kalah seru dari serial “The Office”, salah satunya adalah fenomena si “penjilat”. Istilah ini tentu bukan hal baru di dunia kerja, terutama bagi generasi muda yang baru terjun ke dunia profesional. Tapi apa sebenarnya makna dari perilaku menjilat, dan mengapa ia masih saja eksis di era kerja modern?

Siapa Bilang Cuma Kerja Keras yang Penting?

Di usia 20-an, banyak anak muda masuk ke dunia kerja dengan idealisme tinggi seperti asal kerja bagus, pasti dihargai. Namun, realita di lapangan sering berkata lain. Di beberapa kantor, promosi jabatan atau perhatian atasan justru lebih cepat diraih oleh mereka yang pandai “mencari muka”.

Mulai dari memuji atasan secara berlebihan, ikut-ikutan opini bos meski berbeda pendapat, hingga mengambil alih kerjaan orang lain lalu menjualnya sebagai hasil pribadi.

Baca juga:

Tak jarang, orang-orang seperti ini justru tampak “bersinar” di mata manajemen. Ini memunculkan pertanyaan besar: apakah menjilat adalah strategi karier yang sah?

Antara Strategi dan Manipulasi

Dalam perspektif psikologi kerja, perilaku menjilat bisa jadi bentuk impression management, yaitu upaya seseorang untuk membentuk citra positif di hadapan orang lain. Tapi saat dilakukan secara manipulatif, mengorbankan rekan kerja lain demi pencitraan pribadi, itulah saat batas etika dilanggar.

Fenomena ini bisa merusak kultur kerja sehat. Rekan kerja jadi enggan percaya satu sama lain, kerja tim terganggu, dan yang paling parah: meritokrasi menjadi kabur. Bayangkan jika seorang yang sebenarnya tidak kompeten dipromosikan hanya karena pandai menjilat, dampaknya bukan hanya ke produktivitas, tapi juga moral tim secara keseluruhan.

Mengapa Masih Banyak yang Melakukannya?

Generasi muda yang ambisius terkadang merasa terjebak dalam sistem yang menghargai “kedekatan” dibanding “kapasitas”. Ketika melihat rekan penjilat lebih dulu naik jabatan, muncul rasa frustrasi. Beberapa akhirnya memilih ikut-ikutan agar tak tertinggal. Dunia kerja yang kompetitif memang bisa membuat prinsip bergeser.

Namun penting diingat: kesuksesan jangka panjang tak dibangun dari sandiwara, tapi dari integritas.

Jalan Tengah: Profesional Tanpa Menjilat

Lalu, apakah berarti kita harus pasif, tak boleh dekat dengan atasan? Tentu tidak. Yang dibutuhkan adalah keseimbangan antara profesionalisme dan komunikasi yang sehat. Sampaikan ide dengan percaya diri, jangan takut berbeda pendapat, dan tunjukkan hasil kerja yang nyata. Jika ingin membangun relasi dengan atasan, lakukan dengan cara yang elegan, tanpa merendahkan diri atau menjatuhkan orang lain.

Fenomena penjilat memang belum akan hilang dalam waktu dekat. Tapi generasi muda bisa menjadi agen perubahan dengan membawa nilai transparansi, kolaborasi, dan integritas ke tempat kerja.

Jadilah pekerja yang dihargai karena kualitas, bukan karena pujian kosong. Karena pada akhirnya, kantor bukanlah panggung drama, tapi tempat bertumbuh menjadi versi terbaik dari diri sendiri.

Novotel Gajah Mada

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here