Home Health Studi Ungkap Memori Gula dan Lemak di Otak Jadi Alasan Kamu Susah...

Studi Ungkap Memori Gula dan Lemak di Otak Jadi Alasan Kamu Susah Move On dari Junk Food!

83
0
Peneliti Ungkap Memori Gula dan Lemak di Otak Jadi Alasan Kamu Susah Move On dari Junk Food!
Ilustrasi junkfood, foto: freepik
Urban Vibes

Hai, Urbie’s! Kamu pernah nggak sih, tiba-tiba ngidam burger juicy atau donat manis padahal barusan aja makan? Ternyata itu bukan cuma soal perut kosong, tapi… otakmu yang lagi ‘mengulang memori’ tentang makanan tinggi kalori! Yup, studi terbaru berhasil membongkar sirkuit otak baru yang bikin kita susah move on dari junk food dan makanan ultra-olahan kaya gula dan lemak, meski sebenarnya nggak lapar. Menarik banget kan?

Penelitian yang dimuat di jurnal Nature Metabolism ini dilakukan oleh para ilmuwan di Amerika dan fokus pada sekelompok neuron di otak tikus, tepatnya di bagian hipokampus—pusat memori kita. Mereka menemukan bahwa neuron ini merekam sensasi dan emosi yang muncul saat makan makanan berlemak dan bergula. Jadi, walaupun si tikus nggak lapar, neuron-neuron ini tetap bisa mengaktifkan keinginan makan. Bayangin, Urbie’s, otak kita nyimpen “kenangan rasa” yang bisa memicu nafsu makan kapan aja!

Para peneliti bahkan memberi nama khusus untuk fenomena ini: “rasa lapar yang didorong oleh memori”—beda dari rasa lapar metabolik (karena tubuh butuh energi) dan lapar hedonis (karena tergoda aroma atau tampilan makanan). Nah, yang ini tuh seperti rasa lapar versi ketiga, dan ternyata cukup kuat pengaruhnya.

Yang bikin lebih menarik (atau serem ya?), studi ini juga mengungkap bahwa memori tentang gula dan lemak disimpan di sirkuit otak yang berbeda, dan dua-duanya bisa bikin pelepasan dopamin—hormon bahagia. Jadi kebayang dong, kalau makanan ultra-olahan yang kita makan itu mengandung dua-duanya? Efeknya dobel dan bikin susah lepas!

Baca juga:

Kenapa Kita Susah Move On dari Junk Food?

Psikolog dan ahli saraf Dana Small dari Universitas McGill menjelaskan bahwa manusia zaman purba dulu belajar mengenali makanan tinggi kalori karena mereka butuh bertahan hidup. Otak menyimpan informasi tentang rasa, bau, dan lokasi makanan, lalu menghubungkannya dengan perasaan nyaman. Nah, sistem ini masih aktif sampai sekarang, hanya saja kita hidup di era di mana makanan tinggi kalori gampang banget didapat. Jadi, otak kita kayak masih pakai software zaman batu buat ngadepin dunia modern.

Tapi Tenang, Otak Bisa Dilatih, Kok!

Kabar baiknya, Urbie’s, otak itu adaptif alias bisa dilatih ulang. Amy Egbert, profesor psikologi dari Universitas Connecticut, bilang kalau kita bisa mengidentifikasi penyebab keinginan makan—entah karena emosi, stress, atau cuma kebiasaan—kita bisa mulai mengubah respons otak kita. Terapi pemaparan dan teknik kognitif terbukti ampuh membantu kita ‘putus cinta’ dari junk food secara bertahap.

Ada juga penelitian yang menyebut obat agonis reseptor GLP-1 seperti Ozempic bisa mengurangi sinyal penghargaan otak setelah makan. Tapi, ini bukan solusi jangka panjang, karena obat nggak mengubah akar kebiasaan kita.

Gimana Cara Menolak Junk Food?

Satu langkah awal yang bisa Urbie’s coba adalah sadar akan “memori makanan” yang tertanam. Begitu kamu tahu bahwa craving itu bukan cuma soal lapar, tapi karena otakmu nyimpen kenangan makan enak, kamu bisa lebih siap menghadapi godaan. Misalnya, ganti cemilan tinggi gula dengan buah yang manis alami, atau ubah rutinitas lewat olahraga ringan saat craving melanda.

Ingat, Urbie’s, semakin kamu mengenali pola di otakmu, semakin besar juga peluang kamu buat ‘hack’ sistem itu dan ambil alih kendali atas apa yang kamu makan. Jadi, yuk mulai hari ini lebih sadar akan alasan di balik rasa lapar kita!

Urban Vibes

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here