Hi Urbie’s! Pernah nggak sih, lagi santai ngobrol sama teman, tiba-tiba ada yang nyeletuk, “Duh, gue lagi nyari pasangan yang marriage material nih”?
Fenomena “marriage material” ini kayaknya lagi rame banget diobrolin, khususnya buat kita yang ada di rentang usia muda. Sekarang, standar pasangan bukan cuma yang asyik diajak nongkrong, tapi juga yang kelihatan siap buat diajak hidup bareng. Tapi, kenapa ya tren ini makin ramai?
Apa Itu Marriage Material?
Biar satu frekuensi, marriage material itu istilah buat seseorang yang punya kriteria cocok untuk diajak menikah. Bukan cuma cakep atau kaya doang, tapi lebih ke hal-hal seperti tanggung jawab, komunikasi yang sehat, kesetiaan, bahkan nilai-nilai hidup yang sejalan.
Di era sekarang, banyak dari kita yang mulai sadar: hubungan tuh bukan cuma soal vibes atau butterflies in stomach. Setelah lihat kanan-kiri, mungkin ada yang udah capek sama drama hubungan yang ujung-ujungnya bikin galau. Makanya, cari pasangan yang marriage material jadi self-defense untuk masa depan.
Kenapa Tren Ini Muncul?
Salah satu faktornya, tentu aja media sosial. Kita dibanjiri konten soal pernikahan impian, couple goals, bahkan curhatan tentang toxic relationship. Secara nggak sadar, semua itu ngasih kita checklist baru soal pasangan seperti harus suportif, stabil emosinya, pekerja keras, dan punya visi hidup yang jelas.
Belum lagi tekanan dari lingkungan sekitar. Banyak dari kita yang mulai lihat teman-teman satu geng udah tunangan, ada yang udah nikah muda, atau malah udah punya anak. Akhirnya, muncul deh pemikiran, “Gue juga harus mulai mikirin pasangan yang serius.”
Marriage Material: Checklist Baru Anak Muda?
Kalau dulu mungkin standar kita sebatas “yang penting nyambung”, sekarang makin banyak yang mikir dua kali. Apakah dia punya goals hidup? Gimana dia memperlakukan keluarganya? Apakah dia bisa support karier kita? Semua itu jadi pertimbangan.
Yang menarik, definisi marriage material tiap orang bisa beda-beda. Ada yang fokus ke kestabilan finansial, ada yang lebih cari kecocokan emosional. Intinya, setiap orang punya hak buat nentuin kriteria mereka sendiri. Asal sadar, nggak ada manusia yang 100% sempurna.
Bahaya Terjebak Label
Walaupun mencari marriage material itu sah-sah aja, jangan sampai kita malah terlalu perfeksionis. Kadang, saking pengennya cari pasangan ideal, kita jadi menutup pintu buat orang-orang yang sebenarnya bisa tumbuh bareng kita.
Ingat, hubungan yang sehat itu dibangun bareng-bareng. Bukan tentang nemu orang yang udah jadi paket lengkap, tapi gimana kita sama-sama mau berkembang dan belajar.
Realistis Tapi Tetap Romantis
Fenomena marriage material nunjukin kalau anak muda zaman sekarang udah makin dewasa dalam mikirin hubungan. Bukan berarti kita harus buru-buru, tapi penting untuk tetap realistis sambil menjaga sisi romantis kita.
Karena di akhirnya, cinta itu bukan cuma tentang siapa yang paling “siap”, tapi tentang siapa yang mau jalan bareng kita melewati proses hidup ups and downs-nya.
So, kamu sendiri udah tahu belum, marriage material versi kamu seperti apa?