Hi Urbie’s! Di tengah gempuran inovasi teknologi dan urgensi menjaga bumi tetap lestari, satu brand terus membuktikan bahwa keduanya bisa berjalan beriringan—yakni Xiaomi. Tahun 2024 menjadi tahun penting bagi Xiaomi untuk menunjukkan komitmennya tak hanya sebagai raksasa teknologi global, tetapi juga sebagai pelopor tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Lewat peluncuran Laporan Environmental, Social, and Governance (ESG) ketujuhnya, Xiaomi membuka lembaran baru tentang bagaimana perusahaan ini tidak hanya membuat teknologi yang canggih, tapi juga inklusif dan berkelanjutan. Yuk, kita intip lebih dalam!
Teknologi Inti yang Menyeluruh
Hi Urbie’s, di ajang COP29 (29th Conference of the Parties) yang digelar November lalu, Xiaomi memperkenalkan pendekatan ESG barunya: membangun masa depan berbasis core technology. Dengan strategi “Human x Car x Home”, Xiaomi membangun ekosistem pintar yang tidak hanya canggih, tapi juga berempati pada lingkungan dan manusia.
Gak main-main, investasi R&D Xiaomi mencapai Rp55,21 triliun tahun lalu. Mereka bahkan menargetkan lebih dari Rp230 triliun selama separuh dekade ini untuk pengembangan teknologi masa depan. Lebih dari 42.000 paten telah diajukan, dan hampir separuh karyawan Xiaomi adalah tim riset. Ini bukan cuma ambisi—ini dedikasi.
Dengan dua pabrik baru—Xiaomi Smart Factory dan Xiaomi EV Factory—perusahaan ini sudah memimpin otomasi industri. Tingkat otomatisasinya mencapai 81%, jauh di atas rata-rata industri. Kuncinya? Penggunaan teknologi AI dan cloud-edge-device yang dikembangkan secara in-house.
Teknologi yang Ramah dan Inklusif
Apa gunanya teknologi jika tidak bisa diakses semua orang? Xiaomi menjawab ini dengan langkah nyata. Tahun 2024, mereka meluncurkan fitur-fitur aksesibilitas yang membantu pengguna dengan disabilitas, seperti text extraction, real-time subtitle, dan gesture-motion control.
Contohnya, TalkBack kini semakin canggih dengan dukungan AI dan OCR dari Xiaomi HyperOS. OCR ini bisa membaca teks dalam gambar dan langsung membacakannya—bikin pengalaman “membaca” jadi menyenangkan buat penyandang tunanetra.
Xiaomi HyperOS 2 juga hadir dengan subtitle real-time yang akurat hingga 93%, dan bisa mengenali suara melalui teknologi Xiaomi Sound Recognition Function. Bahkan, Xiaomi kini merancang teknologi yang lebih ramah lansia lewat kolaborasi dengan berbagai institusi—membuktikan bahwa inklusivitas bukan cuma slogan.
Baca Juga:
- “Daredevil: Born Again” Musim 2 Tayang Maret 2026! Siap-Siap Nonton Aksi Matt Murdock Lagi!
- Kartini di Ladang Migas, Ketika Perempuan Menjadi Energi Baru Indonesia
- Viral Azan dari Hawaii, Harmoni Islam di Negeri Aloha
Xiaomi Beraksi Hadapi Perubahan Iklim
Xiaomi juga sadar, membangun masa depan artinya harus menjaga bumi. Maka dari itu, mereka menetapkan target pengurangan emisi karbon tidak hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk seluruh rantai pasoknya.
Mulai 2024, semua pemasok harus mengurangi emisi karbon setidaknya 5% per tahun dan menggunakan 25% energi terbarukan. Target besarnya? 100% energi terbarukan di tahun 2050. Xiaomi bahkan sudah mengukur jejak karbon 18 produk utama, termasuk smartphone, wearable, dan perangkat smart home.
Langkah-langkah lain? Mereka sudah memperoleh sertifikasi ISO 50001 Energy Management System, mengalihkan logistik ke laut dan kereta api, dan berhasil mengurangi 3.378 ton emisi karbon dalam setahun.
Xiaomi Daur Ulang Jadi Budaya, Bukan Wacana
Salah satu aspek ESG paling menarik dari Xiaomi adalah bagaimana mereka memperlakukan sampah elektronik. Sejak 2022, Xiaomi menargetkan mendaur ulang 38.000 ton limbah elektronik, dan pada akhir 2024, mereka sudah mencapai 95,94% dari target itu!
Program trade-in berhasil mengumpulkan lebih dari 1,3 juta perangkat bekas di Tiongkok, dan ribuan lainnya di sembilan negara lain. Tak hanya itu, 130.000 perangkat berhasil diperbaiki dan dihidupkan kembali tahun lalu. Produk seperti laptop, monitor, bahkan proyektor kini masuk dalam bisnis refurbishment Xiaomi.
Yang paling keren, Xiaomi Smart Factory sudah mencapai 99,35% tingkat pengalihan limbah dan mendapat sertifikasi tertinggi global dari TÜV Rheinland. Bahkan, mereka sudah mulai menggunakan material daur ulang di produknya—seperti residu lemon di backdoor Xiaomi 14T Lemon Green!
Jadi, Apa Artinya Buat Kita, Hi Urbie’s?
Laporan ESG Xiaomi ini bukan sekadar laporan korporat—ini adalah cermin dari bagaimana masa depan teknologi bisa sejalan dengan keberlanjutan. Dari investasi besar dalam inovasi, aksesibilitas untuk semua, pengurangan emisi, hingga pendekatan zero-waste, Xiaomi menunjukkan bahwa mereka serius membangun dunia yang lebih baik.
Sebagai generasi digital, kita tidak hanya butuh teknologi cepat dan canggih, tapi juga etis, inklusif, dan bertanggung jawab. Xiaomi sudah membuktikan bahwa semua itu bukan mimpi, melainkan misi.