Di tengah pemandangan romantis Paris yang ikonik, sebuah fenomena mengejutkan mengungkap betapa ekstremnya perubahan iklim yang kini melanda Eropa. Menara Eiffel, simbol megah Kota Cahaya, dilaporkan mengalami perubahan bentuk hingga 20 sentimeter akibat gelombang panas yang melanda Prancis. Kejadian ini bukanlah kisah fiksi ilmiah, melainkan fakta ilmiah yang dijelaskan langsung oleh para ahli.
Menurut laporan surat kabar harian Le Parisien pada 30 Juni waktu setempat, suhu ekstrem di Paris menyebabkan struktur baja Menara Eiffel mengalami ekspansi termal, yaitu fenomena di mana bahan logam mengembang saat terkena panas. Menara yang menjulang setinggi 330 meter itu rupanya cukup sensitif terhadap suhu, terutama karena ia dibangun dari sekitar 7.300 ton baja yang sangat peka terhadap perubahan temperatur.
Sejarawan sekaligus arsitek Prancis, Bertrand Lemoin, menjelaskan bahwa sisi menara yang langsung terkena sinar matahari akan mengembang, sementara sisi lainnya yang berada dalam bayangan cenderung menyusut. Hal ini menciptakan tekanan tidak merata dan menyebabkan struktur menara terlihat melengkung. Namun, jangan panik dulu, karena proses ini sangat bertahap dan hampir tidak terlihat dengan mata telanjang. Saat malam tiba dan suhu turun, Menara Eiffel akan perlahan kembali ke bentuk semula.
Baca Juga:
- Kamila Andini Resmi Gabung Academy Awards, Perempuan Indonesia Pertama di Daftar Bergengsi Ini!
- Lelah Doomscrolling? Yuk, Coba Jalan Kaki! Ini Alasannya Amygdala di Otakmu Bakal Berterima Kasih
- Swiss-Belexpress Kuta Kenalkan Cita Rasa Nusantara Lewat Cooking Class
“Ini adalah reaksi fisik alami yang terjadi pada logam di bawah tekanan suhu tinggi. Tidak berbahaya, tapi cukup unik,” ujar Lemoin dalam wawancaranya.
Fenomena ekspansi termal ini tidak hanya terjadi di musim panas. Di musim dingin, baja pada Menara Eiffel bisa menyusut hingga 10 sentimeter karena suhu yang sangat rendah. Namun musim panas tahun ini menghadirkan situasi yang luar biasa. Suhu di Paris sempat tercatat 33 derajat Celsius, tetapi suhu yang dirasakan tubuh manusia bisa mencapai 38 derajat atau lebih. Bahkan, peringatan gelombang panas dikeluarkan untuk 84 dari 96 wilayah administratif Prancis.
Pemerintah Prancis pun meningkatkan status peringatan dari oranye menjadi merah untuk 16 wilayah, termasuk wilayah ibu kota, menandakan risiko serius terhadap kesehatan masyarakat. Meteo-France memperkirakan gelombang panas dengan suhu lebih dari 40 derajat akan terus berlanjut hingga pertengahan minggu. Tak hanya Prancis, negara-negara lain di Eropa Selatan seperti Italia, Portugal, dan Spanyol juga ikut merasakan dampaknya.
Di Spanyol, suhu di kota Huelva, Andalusia, bahkan melonjak hingga 46,2 derajat Celsius pada 28 Juni lalu—memecahkan rekor tertinggi bulan Juni yang sebelumnya dipegang oleh Seville dengan 45,2 derajat pada tahun 1965. Keadaan ini memperkuat sinyal bahwa gelombang panas bukan lagi kejadian langka, tetapi menjadi pola iklim baru yang mengkhawatirkan.
Menara Eiffel yang selama ini berdiri kokoh sebagai lambang cinta dan keabadian Paris kini menjadi saksi bisu dari perubahan iklim yang semakin ekstrem. Meski lengkungannya tak terlihat jelas, ia memberi pesan bahwa dunia sedang memanas—dan kita tidak bisa mengabaikannya.