Hi Urbie’s!
Pangan bukan cuma soal makan setiap hari, tapi tentang bagaimana kita memastikan semua orang punya akses yang cukup, aman, dan bergizi. Itulah misi yang tengah dibawa oleh Global Environmental Facility Small Grant Program (GEF SGP) Indonesia, yang beroperasi di bawah dukungan Yayasan Bina Usaha Lingkungan (YBUL). Rabu (6/8/2025) lalu, mereka bertemu dengan Kementerian Koordinator Bidang Pangan (Kemenko Bapan) untuk menjajaki kolaborasi memperkuat ketahanan pangan nasional.
Pertemuan ini mempertemukan Direktur Eksekutif YBUL, Yani Witjaksono, dan Koordinator Nasional GEF SGP Indonesia, Sidi Rana Menggala, dengan Staf Ahli Menteri Koordinator Bidang Pangan Bidang Manajemen Konektivitas, Prayudi Syamsuri. Di meja diskusi, GEF SGP Indonesia memaparkan program-program berbasis masyarakat dan lingkungan yang sudah mereka jalankan sejak lama.
Sebagai informasi, YBUL telah menjadi pelaksana GEF SGP di Indonesia sejak 1993. Program ini mendukung proyek di 125 negara, dan Indonesia menjadi salah satu penerima manfaat terbesar dan terlama. Fokusnya mencakup pertanian berkelanjutan, pengelolaan limbah, energi terbarukan, dan ekowisata—dengan sentuhan langsung ke masyarakat di daerah.
Saat ini, GEF SGP Indonesia sedang menjalankan fase ketujuh (OP7) di Sulawesi, Jawa Tengah, dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Proyek-proyek yang mereka dukung sangat beragam, mulai dari penguatan pangan lokal seperti lontar di Sabu Raijua, kakao di Gorontalo, hingga kopi dan aren di Jawa Tengah serta Sulawesi Selatan.
Nah, salah satu inisiatif yang menarik adalah pendirian bank pangan lokal di NTT dan Sulawesi Barat. Ide ini muncul sebagai respons terhadap tingginya angka stunting di kedua wilayah tersebut. Menurut Sidi Rana Menggala, fokusnya adalah memberdayakan petani sebagai pusat penggerak. Model ini memungkinkan petani untuk menyetorkan hasil panennya, yang kemudian dapat didistribusikan ke masyarakat melalui sistem pembelian, penjualan, atau bahkan tabungan pangan.
Baca Juga:
- Belum Tayang Season 2, Netflix Resmi Umumkan ‘One Piece’ Lanjut ke Season 3
- TasteAtlas Nobatkan Bubur Ayam Indonesia sebagai Porridge Terbaik di Dunia 2025
- Friendzone atau Bestie? Bisakah Cowok dan Cewek Temenan Tanpa Baper
Bank pangan ini tidak sekadar soal distribusi, tapi juga mencakup pembangunan gudang pangan, pemberdayaan petani, dan edukasi masyarakat mengenai pentingnya ketahanan pangan. Dengan begitu, petani tidak hanya menjadi produsen, tapi juga bagian dari rantai distribusi yang berdaya dan berkelanjutan.
Prayudi Syamsuri dari Kemenko Bapan menyambut hangat gagasan ini. Menurutnya, kunci kolaborasi ada pada sinergi dengan program pemerintah, khususnya untuk memperkuat Koperasi Desa (Kopdes). Ia menekankan pentingnya mendorong Kopdes agar tidak hanya berperan sebagai konsumen, tapi juga produsen yang terkoneksi dengan pasar lebih luas.
Menariknya, Prayudi memberikan masukan strategis: kolaborasi sebaiknya difokuskan pada pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan penyediaan modal usaha bagi Kopdes pemula, dibanding hanya membangun infrastruktur yang berpotensi tidak produktif. Dengan langkah ini, Kopdes bisa tumbuh menjadi motor penggerak ekonomi desa sekaligus mendukung ketahanan pangan nasional.
Jika rencana ini berjalan, kolaborasi GEF SGP Indonesia dan Kemenko Bapan tidak hanya akan membantu petani dan masyarakat di daerah terpencil, tapi juga bisa menjadi model penguatan pangan nasional yang berkelanjutan. Urbie’s, kita semua tentu berharap sinergi ini membawa dampak positif, terutama di wilayah dengan tingkat kerentanan pangan tinggi. Karena pada akhirnya, ketahanan pangan bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau lembaga tertentu—ini adalah kerja bersama demi masa depan yang lebih aman, sehat, dan berkelanjutan untuk semua.






















































