
Hi Urbie’s! pernah nggak sih kamu merasa, “Ah, yang ini beda kok”, tapi ujung-ujungnya sakitnya masih sama? Beda wajah, beda nama, beda gaya ngomong, tapi luka yang kamu rasain seperti salinan dari kisah lama. Fenomena ini ternyata bukan sekadar kebetulan.
Banyak anak muda terjebak di lingkaran hubungan yang sama, hanya berganti pemeran. Kalau nggak belajar dari hubungan sebelumnya, kamu akan ketemu orang berbeda, tapi dengan luka yang sama. Kenapa bisa begitu?
Pola yang Tak Disadari
Bayankan hubungan itu seperti cermin. Pasangan yang kamu pilih sering kali memantulkan luka lama yang belum sembuh. Misalnya, kalau di hubungan sebelumnya kamu nggak berani mengungkap perasaan karena takut ditinggal, kamu cenderung ketemu orang yang bikin kamu merasa harus menahan diri lagi.
Baca Juga:
- The Batman 2 Mulai Produksi, Siap Tayang Oktober 2027!
- Tissa Biani Tunjukkan Kedewasaan Emosional Lewat Single “Tegar”, Kolaborasi Spesial Bareng…
- Jangan Asal Connect! Bahaya Tersembunyi di Wi-Fi Publik Bandara
Psikolog menyebut ini “repetition compulsion”, yaitu dorongan bawah sadar untuk mengulang pengalaman masa lalu dengan harapan hasilnya akan berbeda. Masalahnya, kalau pola pikir dan batasan kamu belum berubah, ending-nya mungkin bakal sama persis.
Luka Lama, Cerita Baru
Banyak Urbie’s yang bilang, “Tapi dia kan beda orang, nggak mungkin sama”. Memang beda, tapi luka emosional bekerja seperti magnet. Luka yang belum sembuh akan menarik orang yang secara tak sadar “pas” untuk mengulang pelajaran yang belum kamu tuntaskan.
Contoh, kalau kamu punya trauma karena mantan dulu cuek dan nggak hadir secara emosional, tanpa sadar kamu akan merasa nyaman dengan tipe orang yang sama. Bukan karena kamu suka disakiti, tapi otakmu menganggap “familiar” itu aman, padahal belum tentu sehat.
Belajar, Bukan Sekadar Move On
Move on itu bukan cuma soal berhenti mikirin mantan, tapi juga mengevaluasi diri. Tanya ke diri sendiri:
- Apa yang bikin hubungan sebelumnya gagal?
- Pola apa yang sering terulang?
- Apa batasan yang belum kamu buat atau jaga?
Kalau kamu cuma pindah ke orang baru tanpa evaluasi, itu sama saja seperti pindah rumah tapi membawa semua sampah lama. Cepat atau lambat, bau busuknya akan muncul lagi.
Berani Mengubah Pola
Perubahan dimulai dari kesadaran. Kamu harus berani bilang “cukup” pada kebiasaan memilih pasangan hanya karena nyaman di awal. Belajar mengenali red flag sejak awal, jaga batasan diri, dan jangan takut untuk menetapkan standar.
Memang nggak ada hubungan yang sempurna, tapi hubungan yang sehat harusnya bikin kamu tumbuh, bukan mengulang trauma.
Kamu bisa ganti pasangan sebanyak apapun, tapi kalau belum belajar dari luka lama, kamu cuma akan menulis ulang cerita dengan karakter baru tapi plot yang sama. Jadi, sebelum mencari orang baru, pastikan kamu sudah menyembuhkan dirimu sendiri. Karena hubungan yang sehat dimulai dari hati yang sehat.