Hi Urbie’s! Pernah nggak sih kamu ngebayangin gimana jadinya kalau Vinland Saga, Blue Lock, atau Akira diangkat jadi film live-action dengan kualitas setara film Hollywood? Atau kalau Attack on Titan akhirnya dapat adaptasi live-action yang worth watching? Nah, mimpi itu mungkin sebentar lagi jadi kenyataan, Urbie’s!
Raksasa penerbit manga asal Jepang, Kodansha, baru saja mengumumkan langkah bersejarah dengan mendirikan Kodansha Studios — entitas baru yang berbasis di Hollywood dan secara khusus didedikasikan untuk menghidupkan manga dan novel Jepang ke dalam bentuk film dan serial live-action.
Dari Tokyo ke Hollywood: Saatnya Kodansha Naik Level
Selama puluhan tahun, Kodansha dikenal sebagai rumah bagi sederet manga legendaris seperti Attack on Titan, Blue Lock, Vinland Saga, Akira, hingga That Time I Reincarnated as a Slime. Kini, mereka nggak cuma mau dikenal sebagai penerbit, tapi juga sebagai pemain global di industri hiburan dunia.
Lewat Kodansha Studios, perusahaan ini ingin memastikan adaptasi live-action manga Jepang digarap dengan sentuhan sinematik Hollywood namun tetap menjaga jiwa dan filosofi orisinalnya. Bukan sekadar menayangkan cerita Jepang di dunia barat, tapi menjadikannya karya global yang bisa dinikmati semua orang tanpa kehilangan akar budaya.
Yang lebih menarik, Kodansha nggak main-main dalam langkah ini. Mereka menunjuk Chloé Zhao, sutradara pemenang Oscar di balik Nomadland dan Eternals, sebagai Chief Creative Officer, serta Nicolas Gonda, produser kawakan sekaligus pendiri Book of Shadows, sebagai President & COO. Duo ini sudah punya chemistry kreatif yang kuat, dan kini mereka siap membawa dunia manga ke level baru.
Membangun Jembatan Antara Dunia Barat dan Timur
Dalam wawancara dengan Deadline, Zhao mengatakan,
“I love being a part of the fandoms, and I feel a deep sense of belonging with people around the world who share their love for these characters and stories.”
Ia menambahkan bahwa bersama Gonda, mereka berambisi untuk menghubungkan para pembuat film internasional dengan para penulis manga Jepang, agar setiap adaptasi terasa tulus, akurat, dan tetap menghormati karya aslinya.
Sementara itu, Yoshinobu Noma, CEO Kodansha, menyebut langkah ini sebagai “momen penting dan babak baru dalam hubungan antara penerbit Jepang dan Hollywood.” Kodansha memang dikenal sebagai salah satu penerbit tertua dan paling berpengaruh di Jepang, sejajar dengan Shueisha dan Kadokawa yang mendominasi pasar manga global.
Dengan langkah besar ini, Kodansha tidak hanya membawa budaya Jepang ke panggung dunia, tapi juga membuka pintu kolaborasi lintas budaya yang bisa memperkaya dunia perfilman internasional.
Baca Juga:
- Rasakan Dunia Pixar di Dunia Nyata, Mundo Pixar Experience Siap Dibuka di London
- Nginep Wajib Sarapan! Ini Tren Baru Traveler Indonesia
- Ternyata Uban Bukan Sekadar Tanda Tua, Urbie’s! Ilmuwan Jepang Ungkap Hubungannya dengan Perlindungan dari Kanker
Dari Vinland Saga ke Blue Lock: Dunia Siap Menyambut Adaptasi Epik Live-Action
Buat para fans, kabar ini jelas bikin deg-degan. Bayangin aja Vinland Saga versi live-action — kisah epik Makoto Yukimura tentang dendam, kebebasan, dan perjuangan hidup di abad ke-11 Eropa — digarap dengan standar sinematik Vikings tapi dengan kedalaman karakter khas manga Jepang.
Atau Blue Lock, kisah psikologis dan penuh adrenalin tentang dunia sepak bola modern, yang bisa dengan mudah jadi drama sport paling intens versi live-action. Belum lagi Akira, legenda cyberpunk Jepang yang sampai sekarang dianggap impossible to adapt properly — mungkin akhirnya bisa direalisasikan dengan tangan dingin Chloé Zhao.
Zhao sendiri dikenal karena kemampuannya menyatukan emosi manusia, lanskap visual, dan filosofi dalam satu bingkai sinema. Kalau dia bisa menangani Eternals yang penuh karakter dan dunia kompleks, bayangin apa yang bisa dia lakukan dengan Attack on Titan atau Vinland Saga!
Menepis Bayang-Bayang Kegagalan Adaptasi
Memang, adaptasi live-action dari manga sering kali punya reputasi buruk. Siapa, sih, yang nggak mau menghapus Dragon Ball Evolution dari ingatan? Tapi sejak Netflix membuktikan lewat One Piece bahwa adaptasi manga bisa sukses secara kritik dan komersial, peluang terbuka lebar.
Kodansha bahkan melangkah lebih jauh dengan membangun studio mereka sendiri — bukan cuma menyerahkan lisensi ke pihak luar. Artinya, semua proses kreatif, mulai dari naskah, casting, sampai produksi, akan dikontrol langsung oleh Kodansha dan tim kreatifnya.
Dengan begitu, mereka bisa memastikan hasil akhirnya tetap setia pada semangat asli manga, bukan hanya mengejar keuntungan box office.
Live-Action Hollywood Meets Manga: Era Baru Dimulai
Menariknya lagi, selain proyek bersama Kodansha, Chloé Zhao juga sedang mengerjakan reboot dari “Buffy the Vampire Slayer” berjudul Buffy the Vampire Slayer: New Sunnydale, yang rencananya akan rilis pada 2026. Proyek ini menunjukkan betapa Zhao sedang berada di puncak kariernya sebagai sutradara yang mampu menjembatani cerita klasik dan visi modern — sesuatu yang sangat sejalan dengan visi Kodansha Studios.
Dengan berdirinya Kodansha Studios di Hollywood, dunia siap memasuki era baru di mana manga tidak hanya dibaca dan ditonton sebagai anime, tapi juga dihidupkan lewat layar lebar dengan standar global.
Jadi, Urbie’s, siap-siap aja. Karena mungkin beberapa tahun lagi, kamu bakal nonton Vinland Saga versi live-action yang bikin merinding, Blue Lock yang penuh semangat kompetitif, atau Attack on Titan yang akhirnya terasa “real.”
Dan kalau semua berjalan sesuai rencana, langkah Kodansha ini bisa jadi awal dari revolusi baru antara manga Jepang dan dunia sinema internasional.


















































