Urbie’s, Casatopia Cafe, Cipete, Jakarta Selatan kembali menjadi rumah bagi skena musik independen lewat gelaran Main-Main di Cipete Vol. 34 pada Senin, 10 November 2025. Acara yang dimulai pukul 19.00 WIB ini menghadirkan lima musisi lintas genre yang membawakan karya terbaru mereka dalam suasana hangat dan intim.
Dipandu oleh Eno Suratno Wongsodimedjo dan Qenny Alyanno, Main-Main di Cipete terus menjadi ruang alternatif bagi para musisi lokal untuk tampil, bereksperimen, dan terhubung dengan audiens yang antusias. Edisi ke-34 ini sekaligus menjadi bagian dari rangkaian menuju perayaan satu tahun Main-Main di Cipete yang akan digelar pada 24 November mendatang.
Unit pop-folk asal Jakarta, Tavisha, membuka malam dengan lagu-lagu bertema penyembuhan dan perjalanan batin, termasuk “Rana” dan “Sembuh Bersama Waktu”. Dengan vokal lembut dan aransemen intim, mereka berhasil membangun hubungan emosional dengan para penonton.
Penampilan kedua datang dari Ajojing, grup EDM dengan pendekatan Live PA. Mereka membawakan aransemen ulang lagu-lagu Indonesia seperti “Bujangan” dan “Kopi Dangdut”, sekaligus memperkenalkan single baru mereka berjudul “Ghosting” yang baru dirilis secara digital.
Unit pop rock pendatang baru Paman, dipimpin oleh Jack Andie, membawa energi segar ke panggung. Mereka memperkenalkan single perdana berjudul “Kesal”, lagu bercerita tentang usaha maksimal yang berujung diabaikan, dibawakan dengan gaya lugas dan ekspresif.
Suasana makin hidup ketika Rocker Kasarunk, unit pop rock kawakan yang digawangi Ferdy Tahier, naik panggung. Mereka membawakan materi dari album Pop Rock Wave dengan nuansa 70-an yang kental, termasuk lagu terbaru “Aku Sedang Tak Percaya Diri.”
Penutup malam diisi oleh Man Sinner, unit skatepunk asal Jakarta yang kembali tampil setelah tiga tahun vakum. Mereka membawakan lagu-lagu dari album debut “Bumi Menangis”, termasuk “Akhiri Perpecahan”, yang menyerukan solidaritas dan perlawanan.
Main-Main di Cipete Vol. 34 bukan sekadar pertunjukan musik. Ia adalah ruang pertemuan bagi komunitas kreatif, musisi independen, dan para penikmat musik alternatif. Dengan kurasi yang konsisten, atmosfer inklusif, dan penampilan penuh warna, acara ini kembali menegaskan bahwa musik independen Indonesia memiliki ruang luas untuk berkembang dan bersinar.





















































