Hi Urbie’s! Di tengah ketidakpastian ekonomi global yang terus mengguncang, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati kembali mengingatkan pentingnya fondasi ekonomi yang kokoh dan adaptif. Lewat unggahan Instagram terbarunya, ia membagikan semangat optimisme dan fokus kebijakan ekonomi pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto yang mulai membentuk arah baru Kabinet Merah Putih.
Saat Dunia Berguncang, Indonesia Harus Tetap Kuat
Dalam unggahannya, Sri Mulyani menyampaikan bahwa turbulensi ekonomi global bukan sekadar kabar dari luar negeri—melainkan realita yang bisa berdampak langsung pada lapangan kerja, harga kebutuhan pokok, dan daya beli masyarakat. Karena itu, Indonesia tak boleh lengah. Fokus utama saat ini adalah memperkuat fondasi ekonomi domestik, bukan hanya untuk bertahan, tapi juga untuk terus tumbuh.
“Presiden Prabowo menginstruksikan tim ekonomi Kabinet Merah Putih bekerja sinergis melakukan langkah deregulasi untuk memperbaiki dan menyederhanakan aturan birokrasi dan lingkungan berusaha,” tulis Sri Mulyani.
Deregulasi dan Debirokratisasi: Kunci Pemulihan Ekonomi
Urbie’s, kamu pasti sering dengar keluhan tentang rumitnya urusan izin usaha, regulasi yang tumpang tindih, dan proses birokrasi yang melelahkan, kan? Nah, pemerintah saat ini tengah menggenjot langkah deregulasi dan debirokratisasi sebagai upaya nyata untuk memperbaiki iklim usaha.
Langkah ini bukan cuma soal “mempermudah bisnis”, tapi juga bagian dari strategi menghadapi tekanan global: meringankan beban pelaku usaha, membuka lapangan kerja baru, dan menggenjot pertumbuhan sektor riil. Semangatnya? Pro-rakyat, pro-UMKM, dan tentu saja pro-keberlanjutan.
Pangan, Energi, dan Hilirisasi: Menuju Ekonomi yang Berdaulat
Masih dari unggahan Instagramnya, Sri Mulyani menegaskan bahwa Indonesia harus terus memperkuat kedaulatan pangan dan energi, dua hal vital yang terbukti sangat krusial saat krisis melanda. Kita semua tentu ingat bagaimana pandemi dan perang global sempat membuat harga-harga melonjak tak terkendali.
Dalam konteks ini, hilirisasi—terutama di sektor pertambangan dan pertanian—menjadi senjata utama. Dengan mengolah sumber daya alam di dalam negeri, bukan hanya ekspor bahan mentah, Indonesia bisa menciptakan nilai tambah yang lebih besar, membuka lapangan kerja, dan memperkuat posisi tawar di kancah global.
Baca juga:
- Lebaran di Ladang Minyak: Kisah Para Pekerja Hulu Migas yang Mengabdi Tanpa Libur
- BPOM Klarifikasi Isu Penutupan Pabrik Skincare PT. Ratansha Purnama Abadi
- Nvidia Perkenalkan Groot N1: AI Canggih untuk Robot Humanoid
Sri Mulyani APBN Lincah tapi Tetap Prudent
Lalu, bagaimana dengan keuangan negara? Tenang, Urbie’s. Kementerian Keuangan memastikan bahwa APBN tetap sehat dan kredibel, namun dengan pendekatan yang fleksibel. Istilah kerennya, “lincah tapi prudent”—anggaran negara harus bisa menyesuaikan tantangan tanpa kehilangan prinsip kehati-hatian.
Melalui koordinasi antara kebijakan fiskal dan moneter, pemerintah terus menjaga stabilitas ekonomi, kepercayaan investor, dan tentu saja pertumbuhan kesejahteraan masyarakat.
Kolaborasi: Pemerintah & Masyarakat Bergerak Bersama
Dalam sebuah sarasehan ekonomi yang juga dihadiri oleh Presiden Prabowo, Sri Mulyani menggambarkan pentingnya sinergi antara pemerintah dan semua elemen bangsa. Acara ini mempertemukan berbagai pihak—pelaku usaha, ekonom, buruh, akademisi, hingga media—dalam satu ruang diskusi.
Pesannya jelas: pemulihan dan pembangunan ekonomi tidak bisa berjalan sendiri. Diperlukan kerja kolektif, dialog yang terbuka, dan keberanian untuk berinovasi dari seluruh pihak.
Menuju Indonesia yang Tangguh dan Sejahtera
Dalam penutup unggahannya, Sri Mulyani menegaskan komitmen Kementerian Keuangan untuk terus menjaga keuangan negara secara profesional dan akuntabel, sembari melayani masyarakat dan mengelola anggaran dengan integritas tinggi.
Apa artinya ini buat kita, Urbie’s? Artinya, meskipun dunia sedang tidak baik-baik saja, Indonesia memilih untuk berani melangkah, memperkuat fondasi, dan berbenah dari dalam. Dengan strategi yang jelas dan semangat kolaboratif, bukan tidak mungkin Indonesia justru akan keluar dari krisis ini sebagai negara yang jauh lebih kuat.
