
Hi Urbie’s! Di era serba cepat ini, Gen Z hidup dalam dinamika hubungan yang tidak lagi hitam-putih. Salah satu fenomena yang kerap terjadi tapi jarang dibahas secara serius adalah backburner relationship, atau dalam bahasa santainya: “simpan cadangan dulu, siapa tahu nanti butuh”.
Istilah backburner sendiri merujuk pada seseorang yang secara sadar atau tidak, tetap dipertahankan dalam lingkaran komunikasi meski bukan pasangan utama. Mereka ada di “kompor belakang”, tidak dimasak sekarang, tapi dijaga suhunya agar tetap hangat.
Fenomena ini makin kentara di kalangan Gen Z. Media sosial, aplikasi chatting, dan dating app seperti Tinder atau Bumble membuat komunikasi lintas waktu dan tempat jadi mudah. Tapi, di balik kemudahan itu, muncul pola hubungan yang manipulatif dan kadang menyakitkan.
Cinta Tanpa Kepastian
Backburner bukan sekadar ghosting atau friendzone. Ini lebih halus, lebih dalam. Kamu mungkin sedang talking stage dengan seseorang, merasa ada koneksi, bahkan sudah saling flirting, tapi tak pernah benar-benar diajak naik level. Lalu, saat kamu mulai menjauh, dia kembali muncul dengan sapaan klasik, “Lagi sibuk, ya?”.
Menurut survei dari University of Indiana, sekitar 70% orang mengaku pernah menyimpan seseorang sebagai cadangan, bahkan ketika sedang menjalin hubungan utama. Gen Z, yang dibesarkan di tengah budaya multitasking dan opsi tak terbatas, secara tidak sadar membawa pola pikir ini ke dalam relasi percintaan.
Baca Juga:
- “Daredevil: Born Again” Musim 2 Tayang Maret 2026! Siap-Siap Nonton Aksi Matt Murdock Lagi!
- Kartini di Ladang Migas, Ketika Perempuan Menjadi Energi Baru Indonesia
- Viral Azan dari Hawaii, Harmoni Islam di Negeri Aloha
Kenapa Gen Z Rentan Terjebak?
FOMO (Fear of Missing Out)
Takut kehilangan yang lebih baik membuat banyak orang tetap mempertahankan opsi-opsi lama. Meski tahu hubungan itu tak sehat, tetap dijaga demi “jaga-jaga”.
Digital Closeness
Satu DM atau story reply saja bisa memunculkan ilusi kedekatan. Padahal, bisa jadi kamu hanya sekadar pelarian saat dia sedang bosan.
Ambiguitas dalam Komunikasi
Gen Z terbiasa dengan komunikasi yang cepat tapi seringkali tidak jelas. Banyak relasi yang berjalan tanpa label, membuat ruang abu-abu untuk fenomena backburner ini tumbuh subur.
Korban Tanpa Nama
Menjadi backburner menyakitkan karena kamu tak pernah tahu posisimu. Harapan yang dipelihara, waktu yang dihabiskan, perhatian yang diberikan, semuanya bisa jadi tidak berarti. Kamu hanya “opsi”, bukan “pilihan”.
Hal ini berdampak serius pada kesehatan mental. Rasa tidak dihargai, bingung akan status, hingga hilangnya kepercayaan pada relasi bisa muncul. Tak sedikit dari mereka yang akhirnya menutup diri atau malah menjadi pelaku backburner baru sebagai bentuk balas dendam.
Jalan Keluar: Komunikasi dan Kesadaran Diri
Solusinya? Tegas sejak awal. Tanyakan intensi sejak dini, berani mengatakan tidak pada relasi yang tidak jelas, dan sadari bahwa cinta bukan tentang “yang terbaik dari sekian banyak”, tapi tentang komitmen pada satu pilihan.
Fenomena backburner mencerminkan realitas percintaan modern yang penuh ketidakpastian. Tapi Gen Z juga punya kekuatan untuk mengubah narasi. Mulai dari komunikasi yang jujur, kesadaran diri, hingga keberanian untuk melepaskan yang menggantung.
Karena kamu layak dicintai sepenuhnya, bukan hanya ketika dia kesepian.





















































