Home Lifestyle Semakin Ketat, Semakin Nekat? Ini Alasan Anak Jadi Pembohong karena Strict Parenting

Semakin Ketat, Semakin Nekat? Ini Alasan Anak Jadi Pembohong karena Strict Parenting

147
0
Ilustrasi Semakin Ketat, Semakin Nekat? Ini Alasan Anak Jadi Pembohong karena Strict Parenting, Foto: Freepik
Ilustrasi Semakin Ketat, Semakin Nekat? Ini Alasan Anak Jadi Pembohong karena Strict Parenting, Foto: Freepik
Urbanvibes

Hi Urbie’s! Di balik nilai rapor sempurna dan sikap “manis” di depan orang tua, ada rahasia besar yang seringkali tersembunyi yaitu kebohongan. Fenomena ini bukan terjadi tanpa sebab. Banyak anak muda yang mengaku memilih untuk berbohong demi menghindari hukuman dari orang tua yang terlalu ketat, sebuah gaya pola asuh yang dikenal dengan istilah strict parenting.

Buat kamu yang sekarang berusia muda, mungkin istilah ini terdengar akrab. Bisa jadi kamu sendiri pernah merasakannya, atau justru sedang menjalani dampaknya. Tapi, apa benar strict parenting justru membuat anak jadi pembohong?

Apa Itu Strict Parenting?

Strict parenting atau pola asuh ketat adalah pendekatan pengasuhan yang menekankan disiplin tinggi, aturan yang kaku, serta hukuman yang keras ketika anak melanggar. Orang tua dengan gaya ini sering percaya bahwa kedisiplinan adalah kunci keberhasilan anak.

Namun, yang sering luput dari perhatian adalah bagaimana anak merespons tekanan tersebut. Dalam banyak kasus, ketakutan akan dihukum atau dimarahi justru membuat anak memilih jalan pintas yaitu berbohong.

Fakta Psikologis: Ketakutan Melahirkan Kebohongan

Menurut psikolog, anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang sangat ketat cenderung memiliki keterampilan berbohong yang lebih baik. Mereka belajar untuk menyembunyikan kesalahan dan menutupi perilaku mereka demi menghindari konsekuensi.

Alasannya sederhana, ketika berkata jujur justru membawa hukuman, maka kebohongan menjadi alat bertahan. Lama-kelamaan, ini bukan hanya jadi kebiasaan, tapi juga membentuk karakter dan kepribadian.

Baca Juga:

Dampaknya Bisa Panjang dan Dalam

Kebiasaan berbohong sejak dini bisa membawa dampak hingga usia dewasa. Anak yang terbiasa membohongi orang tuanya mungkin kesulitan membangun hubungan yang jujur dan terbuka dengan orang lain, termasuk pasangan, teman, hingga rekan kerja.

Selain itu, mereka cenderung memiliki tingkat stres yang lebih tinggi, karena terus hidup dalam tekanan untuk terlihat “sempurna”. Rasa percaya diri pun bisa menurun, sebab mereka tidak pernah merasa cukup baik di mata orang tua.

Dalam sebuah survei kecil di kalangan mahasiswa, mayoritas menyatakan bahwa mereka lebih nyaman berbicara jujur kepada orang tua yang bersikap terbuka dan suportif, dibandingkan yang mudah marah atau menghakimi. Ini menegaskan bahwa komunikasi dua arah lebih efektif daripada tekanan sepihak.

Menjadi Orang Tua yang Didengar, Bukan Ditakuti

Fenomena ini membuka mata kita bahwa pengasuhan bukan soal siapa yang paling berkuasa, tapi bagaimana membangun kepercayaan. Anak bukan robot yang bisa diatur dengan aturan tanpa ruang bicara. Mereka butuh didengarkan, diberi kepercayaan, dan dibimbing, bukan ditakut-takuti.

Strict parenting mungkin punya niat baik, yaitu mendisiplinkan anak demi masa depan mereka. Tapi ketika pendekatannya terlalu keras, yang lahir justru generasi yang pandai menyembunyikan luka di balik senyum. Mungkin sudah waktunya beralih ke pola asuh yang lebih hangat, yang mengutamakan komunikasi, kepercayaan, dan rasa aman agar anak merasa cukup nyaman untuk jujur, dan cukup percaya untuk terbuka.

Urban Vibes

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here