Home Lifestyle Mother Wound: Ketika Pelukan yang Kita Butuhkan Justru Menyakitkan

Mother Wound: Ketika Pelukan yang Kita Butuhkan Justru Menyakitkan

95
0
Ilustrasi Mother Wound: Ketika Pelukan yang Kita Butuhkan Justru Menyakitkan, Foto: Freepik
Ilustrasi Mother Wound: Ketika Pelukan yang Kita Butuhkan Justru Menyakitkan, Foto: Freepik
Urbanvibes

Hi Urbie’s! Pernah nggak sih kamu ngerasa ada yang kosong, bahkan sejak kecil? Seperti ada luka yang nggak kelihatan, tapi terasa dalam setiap hubungan, keputusan, bahkan cara kamu melihat diri sendiri? Kalau iya, mungkin kamu sedang mengalami mother wound.

Fenomena mother wound mulai banyak dibicarakan, khususnya di media sosial. Tapi ini bukan cuma sekadar istilah viral. Luka dari ibu, begitu kita bisa menyebutnya, adalah dampak emosional yang muncul dari hubungan yang kurang sehat dengan sosok ibu.

Baca Juga:

Bukan berarti ibumu jahat, tapi bisa jadi ada ekspektasi, perlakuan, atau kata-kata yang nggak pernah kamu sadari ternyata membekas hingga sekarang.

Buat generasi muda, khususnya Urbie’s yang berusia 18 sampai 25 tahun, fase hidup ini jadi masa paling krusial. Kita sedang mencari jati diri, mengejar mimpi, dan membentuk hubungan yang sehat. Tapi gimana kalau ternyata luka masa kecil masih nyangkut di situ?

Apa sih sebenarnya mother wounds itu?

Mother wound bukan cuma soal ibu yang kasar atau suka memarahi. Ini bisa berupa ibu yang terlalu menuntut, terlalu mengontrol, atau bahkan terlalu sibuk sampai kita merasa invisible. Akibatnya, kita tumbuh dengan rasa nggak cukup baik, terus-menerus butuh validasi, dan sulit percaya pada orang lain termasuk diri sendiri.

Luka ini sering muncul dalam bentuk overthinking, takut gagal, atau bahkan susah membangun relasi yang stabil. Kita jadi terlalu keras sama diri sendiri karena merasa harus “sempurna” supaya layak dicintai, padahal itu semua bersumber dari luka lama yang belum sembuh.

Kenapa kita baru sadar sekarang?

Dulu, kita diajarkan untuk hormat dan patuh pada orang tua tanpa banyak bertanya. Tapi seiring berkembangnya pemahaman soal kesehatan mental, kita jadi lebih berani melihat ulang relasi yang ada, termasuk dengan ibu.

Media sosial juga punya peran besar. Banyak konten kreator mulai membahas soal generational trauma, hubungan toksik dalam keluarga, dan pentingnya inner child healing. Ini membuat kita lebih sadar kalau luka dari ibu bukan aib, tapi sesuatu yang bisa kita pahami dan sembuhkan.

Apa yang bisa kita lakukan?

Validasi perasaanmu
Nggak apa-apa kok merasa marah, sedih, atau kecewa. Itu bukan bentuk durhaka, tapi langkah awal untuk sembuh.

Kenali pola yang terbentuk
Mulai dari cara kamu mencintai, cara kamu memandang diri sendiri, sampai keputusan hidup yang kamu ambil—semua bisa dipengaruhi oleh relasi dengan ibu.

Cari bantuan profesional
Nggak ada salahnya konseling atau ikut healing group. Support system yang sehat bisa bantu kamu menyembuhkan luka itu perlahan.

Bangun batasan yang sehat
Kalau hubungan dengan ibu masih berlangsung, belajar berkata “tidak” dan menjaga jarak dengan cara yang sehat itu penting.

Mother wound bukan tentang menyalahkan ibu, tapi tentang menyadari bahwa kita pantas punya hidup yang lebih damai tanpa dibayangi luka masa kecil. Memang butuh waktu, butuh keberanian, dan nggak jarang terasa menyakitkan. Tapi proses memahami luka dari ibu bisa jadi kunci untuk mencintai diri sendiri dengan lebih utuh.

Kamu nggak sendiri, Urbie’s. Luka boleh datang dari masa lalu, tapi penyembuhannya bisa kamu mulai hari ini.

Urban Vibes

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here