Sebuah topi bicorne yang pernah dikenakan langsung oleh Napoleon Bonaparte akan segera dilelang dan diprediksi akan menarik perhatian kolektor kelas dunia. Bukan sembarang topi, benda ini merupakan simbol kuat dari gaya kepemimpinan dan kepribadian sang Kaisar Prancis yang melegenda. Topi ini dibuat oleh pembuat topi resmi Napoleon, Poupard, dan dikenakan dengan cara khas yang menjadi ciri khas sang pemimpin militer besar itu—dengan tanduk menghadap ke bahu, bukan ke depan dan belakang seperti lazimnya.
Topi tersebut awalnya diberikan kepada Jenderal Mouton, salah satu jenderal kepercayaan Napoleon yang turut bertempur dalam Pertempuran Aspern-Essling pada Mei 1809. Uniknya, ada kisah menarik yang menyertai topi ini. Konon, setelah melihat seekor domba yang digunakan dalam pertempuran, Napoleon berujar, “Dombaku seperti singa,” menunjukkan betapa pentingnya simbolisme dalam militer era kekaisaran.
Topi ini diperkirakan akan terjual dengan harga fantastis, yakni mencapai 800.000 euro atau sekitar Rp13,6 miliar. Namun topi tersebut hanyalah salah satu dari banyak barang peninggalan Napoleon yang akan dilelang.
Harta Karun dari Masa Kekaisaran
Lelang yang digelar oleh rumah lelang bergengsi Sotheby’s ini juga akan memamerkan berbagai artefak pribadi Napoleon lainnya. Di antaranya, sebuah pedang dan tongkat kerajaan yang digunakan dalam acara penobatannya di Katedral Notre Dame Paris pada tahun 1804. Dua benda tersebut diperkirakan masing-masing akan mencapai harga hingga 400.000 euro (sekitar Rp6,8 miliar). Tak ketinggalan, segel pribadi Napoleon berwarna emas dan hitam, yang nilainya ditaksir bisa mencapai 250.000 euro (sekitar Rp4,25 miliar).
Selain senjata dan simbol kerajaan, benda-benda personal seperti stoking usang dan tempat tidur portabel milik Napoleon juga akan dilelang. Benda-benda inilah yang dianggap mampu menghadirkan “kehadiran nyata” sang pemimpin besar, menurut Marine de Seigneval, Kepala Penjualan Perak Sotheby’s Paris. Ia menyebut, “Napoleon meraih status bintang rock. Kehidupan dan prestasinya terus memikat imajinasi dunia, bahkan sampai hari ini.”
Baca Juga:
- Island Hopping Seru di Pulau Harapan: Surga Tropis yang Wajib Kamu Kunjungi!
- Warkop DKI Reborn Akan Disulap Jadi Horror-Comedy! Falcon Pictures Gaet Sutradara “Shutter” Asal Thailand
- Dari Forum UN Tourism hingga Diplomasi Rasa: Wamenpar Promosikan Indonesia di Madrid
Pierre-Jean Chalençon, Sang Kolektor Fanatik
Semua barang berharga ini berasal dari koleksi Pierre-Jean Chalençon, seorang kolektor asal Prancis yang telah mengabdikan hidupnya untuk mengumpulkan segala hal yang berkaitan dengan Napoleon. Chalençon membeli artefak pertamanya di usia 18 tahun, dan sejak saat itu obsesinya tak pernah surut. Ia bahkan pernah menyebut dirinya sebagai “sekretaris pers Napoleon.”
Dari tahun 2006 hingga 2019, Chalençon menjalankan perusahaan bernama Chalençon Empire yang fokus pada jual beli artefak era Napoleon. Pada 2015, ia membeli sebuah rumah mewah di Rue Vivienne, Paris, seharga 6 juta euro dan menamainya Istana Vivienne. Dengan nilai sekitar Rp102 miliar, bangunan ini dipenuhi lebih dari 1.000 artefak koleksi Napoleon, menjadikannya surga bagi para penggemar sejarah Kekaisaran Prancis.
Namun, di balik gemerlap koleksinya, terselip kabar kurang sedap. Pada Maret lalu, media melaporkan bahwa Chalençon tengah kesulitan membayar pinjaman sebesar 10 juta euro (sekitar Rp170 miliar) kepada Swiss Life Bank Privé. Meski demikian, ia membantah adanya masalah keuangan dengan mengatakan kepada media Le Parisien: “Kami tidak terlilit utang. Kami baik-baik saja.”
Minat Terhadap Napoleon Terus Meningkat
Menurut Marine de Seigneval, minat publik terhadap Napoleon sedang berada di puncaknya. Hal ini terbukti dari penjualan pedang Napoleon pada 22 Mei lalu yang laku seharga 4,6 juta euro, atau sekitar Rp78,2 miliar, jauh melampaui estimasi awal sebesar 700.000–1 juta euro (sekitar Rp11,9 miliar hingga Rp17 miliar). Ini menunjukkan bahwa warisan Napoleon masih sangat hidup dalam ingatan dan imajinasi banyak orang.
Sebelum resmi dilelang, koleksi Chalençon akan dipamerkan terlebih dahulu di Sotheby’s Hong Kong pada 23–27 Mei dan di Sotheby’s New York pada 5–11 Juni. Bagi para kolektor, ini adalah momen langka untuk memiliki sepotong sejarah besar Prancis, langsung dari tangan kolektor terkemuka.
Seperti yang dikatakan Seigneval, “Ini adalah kesempatan fantastis bagi siapa pun yang ingin memiliki bagian dari sejarah Prancis.”