Home Highlight Di Balik Gemerlap Korea, Tingkat Bunuh Diri Peringkat Tertinggi Tapi Harapan Hidup...

Di Balik Gemerlap Korea, Tingkat Bunuh Diri Peringkat Tertinggi Tapi Harapan Hidup Tetap Tinggi

441
0
Di Balik Gemerlap Korea, Tingkat Bunuh Diri Peringkat Tertinggi Tapi Harapan Hidup Tetap Tinggi
Foto ilustrasi: freepik
ohbeauty.id

Hi Urbie’s,
Di balik gemerlap K-pop, drama Korea, dan kemajuan teknologi yang mendunia, Korea Selatan menyimpan fakta pilu yang telah berlangsung selama dua dekade. Korea tercatat memiliki tingkat kematian akibat bunuh diri tertinggi di antara negara-negara anggota OECD selama 20 tahun berturut-turut, meskipun angka harapan hidup penduduknya termasuk yang paling tinggi.

Data ini diumumkan oleh Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Korea Selatan pada 30 Juli lalu, setelah menganalisis laporan terbaru OECD Health Statistics 2025. Pada tahun 2022, tercatat ada 23,2 kematian akibat bunuh diri per 100.000 orang. Bandingkan dengan rata-rata OECD yang hanya 10,7 — angka Korea Selatan lebih dari dua kali lipat.

Namun, bukan berarti tidak ada perbaikan. Angka ini menurun signifikan dibanding tahun 2012 yang sempat menyentuh 30,3 per 100.000. Dalam satu dekade terakhir, tingkat kematian akibat bunuh diri di Korea turun sebesar 23,4%, lebih cepat dari penurunan rata-rata OECD yang hanya 16,4%. Ini menjadi sinyal positif bahwa meskipun masih memimpin dalam statistik yang mengkhawatirkan, Korea Selatan sedang bergerak ke arah yang lebih baik.

Pemerintah Korea juga menunjukkan upaya aktif dalam mengatasi krisis ini. Salah satunya adalah kampanye hotline pencegahan bunuh diri nasional “109” yang diluncurkan oleh Kementerian Kesehatan dan Yayasan Harapan Hidup Korea pada Maret lalu. Mereka menempatkan pelampung besar berbentuk angka “109” di sepanjang Sungai Han di Seoul, sebagai simbol penyelamatan dan ajakan untuk berbicara.

Baca Juga:

Ironisnya, di saat angka bunuh diri tinggi, harapan hidup di Korea Selatan justru sangat tinggi. Tahun 2023, penduduk Korea diperkirakan memiliki harapan hidup hingga 83,5 tahun, jauh di atas rata-rata OECD yang hanya 81,1 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa dari sisi akses terhadap layanan kesehatan dan kualitas pengobatan, Korea Selatan berada di jalur yang baik.

Lebih lanjut, angka kematian yang dapat dihindari — yakni kematian yang bisa dicegah dengan layanan kesehatan memadai — juga tergolong rendah. Pada 2022, hanya tercatat 151 kematian per 100.000 penduduk, jauh lebih rendah dibanding rata-rata OECD sebesar 228,6. Ini menjadi indikator kuat bahwa perawatan kesehatan preventif di Korea cukup efektif.

Namun, persoalannya bukan semata-mata soal layanan medis. Tingginya angka bunuh diri lebih banyak dipengaruhi oleh kesehatan mental, tekanan sosial, budaya kompetitif, hingga kesepian yang meningkat di tengah kemajuan teknologi dan urbanisasi. Dalam masyarakat yang menempatkan standar kesuksesan secara ekstrem, beban psikologis bisa menjadi terlalu berat, terutama bagi generasi muda.

Urbie’s, masalah ini bukan hanya urusan satu negara. Ini adalah pengingat bahwa dalam mengejar kemajuan, perhatian terhadap kesehatan mental dan kualitas hidup menjadi sangat penting. Semoga langkah-langkah yang telah diambil pemerintah Korea dapat terus berkembang dan menjadi contoh bagi negara lain, termasuk Indonesia.

Novotel Gajah Mada

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here