Hi Urbie’s! Lembaga Manajemen Kolektif Nasional (LMKN) kembali menyoroti upaya sejumlah pelaku usaha layanan publik—terutama kafe dan restoran—yang mencoba menghindari pembayaran royalti musik. Salah satu cara yang kini tengah jadi sorotan adalah dengan mengganti musik berhak cipta menjadi suara alam, seperti gemericik air, kicauan burung, atau deru angin hutan.
Ketua LMKN, Dharma Oratmangun, menyampaikan bahwa praktik seperti ini tidak secara otomatis menghapus kewajiban pembayaran royalti. Menurutnya, penggunaan suara alam sebagai pengganti musik yang lazim diputar di ruang publik tidak serta-merta membebaskan pelaku usaha dari tanggung jawab hukum yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
Bayangkan kamu lagi nongkrong di sebuah kafe estetik, berharap disambut alunan jazz atau musik indie yang menenangkan. Tapi yang terdengar justru… suara hujan hutan Amazon. Bukan karena ingin tampil “eco-friendly”, tapi karena si pemilik kafe ogah bayar royalti. Sounds absurd? Tapi ini nyata terjadi!
Belakangan, makin banyak kafe dan tempat usaha lain yang mencari celah untuk menghindari biaya tambahan dari pemutaran musik berlisensi. Sebagai gantinya, mereka memutar rekaman suara alam dengan harapan bisa menciptakan suasana tenang tanpa harus membayar royalti. Tapi tunggu dulu, ternyata ini tidak semudah itu.
Dharma menjelaskan bahwa setiap penggunaan karya cipta—termasuk musik—untuk kepentingan komersial di ruang publik tetap memiliki nilai ekonomis. Bahkan jika pelaku usaha memilih untuk memutar suara alam, harus dipastikan dulu bahwa suara tersebut benar-benar bebas hak cipta. Banyak yang tidak menyadari bahwa bahkan suara alam yang diunduh dari platform digital juga bisa memiliki lisensi tersendiri.
“Kalau mereka memutar suara alam dari YouTube atau streaming platform tanpa izin atau lisensi, itu pun tetap masuk kategori penggunaan karya cipta. Jadi tetap harus bayar royalti,” kata Dharma.
Baca Juga:
- Roblox Dianggap Berbahaya Bagi Anak SD, Ini Penjelasan Mendikdasmen!
- Kolaborasi Pokémon dan PSSI: Saat Dunia Bola Ketemu Pikachu!
- Rahasia Rambut Lembut dan Mudah Diatur ala Perempuan Jepang
LMKN sebagai badan yang mewakili kepentingan para pencipta lagu, musisi, dan produser rekaman memiliki tugas untuk memastikan hak-hak mereka terlindungi. Royalti yang dibayarkan oleh pelaku usaha akan disalurkan kembali kepada para pencipta sebagai bentuk apresiasi atas karya mereka yang diputar secara komersial.
Masalahnya, banyak pelaku usaha yang merasa pembayaran royalti adalah beban. Padahal, royalti justru bisa dilihat sebagai investasi untuk membangun suasana dan pengalaman pelanggan yang lebih baik. Musik bukan sekadar hiburan, tapi juga elemen penting dalam membentuk karakter tempat usaha.
Tren suara alam ini memang terlihat sebagai solusi instan. Tapi dalam praktiknya, tidak semua suara alam bebas digunakan secara komersial. Banyak rekaman profesional yang memiliki lisensi, dan penggunaannya tanpa izin tetap bisa dianggap sebagai pelanggaran.
LMKN mengimbau para pelaku usaha untuk lebih bijak dan memahami aturan yang berlaku. Jika ingin benar-benar bebas dari kewajiban royalti, mereka harus memastikan konten yang diputar benar-benar bebas lisensi—misalnya melalui database musik bebas royalti yang tersedia secara legal. Alternatif lainnya, mereka bisa bekerja sama langsung dengan LMK (Lembaga Manajemen Kolektif) untuk mendapatkan lisensi resmi yang sesuai dengan kebutuhan usaha mereka.
Buat Urbie’s yang punya rencana buka coffee shop atau ruang kreatif, jangan remehkan urusan musik, ya! Selain jadi penentu mood pengunjung, pemilihan musik juga menyangkut etika dan legalitas. Kita semua tentu ingin menciptakan ruang yang nyaman tanpa merugikan pihak lain, terutama para pencipta yang telah bekerja keras menciptakan karya-karya luar biasa.
Di era digital seperti sekarang, di mana akses terhadap karya sangat mudah, kesadaran akan hak cipta harus semakin ditingkatkan. Yuk, jadi pelaku usaha (atau konsumen) yang lebih peduli dan menghargai karya orang lain. Karena suara alam boleh menenangkan, tapi musik juga punya jiwa yang membuat tempat lebih hidup!