Hi Urbie’s!
Bayangkan sebuah pulau kecil yang dulu luasnya 45 hektare, kini tinggal 41 hektare saja. Bukan karena pulau itu dijual atau dibagi-bagi, tapi karena laut terus menggerusnya. Itulah yang terjadi di Pulau Pari, salah satu permata Kepulauan Seribu, yang kini berjuang melawan abrasi, kerusakan ekosistem mangrove, eksplorasi berlebihan, hingga dampak perubahan iklim.
Melihat kenyataan ini, ARYADUTA Menteng bersama komunitas Penjaga Laut memilih untuk tidak hanya bicara, tapi bertindak. Pada 9 Agustus 2025, mereka datang ke Pulau Pari membawa harapan dalam bentuk 1.000 bibit mangrove. Aksi ini bukan sekadar simbolis, tapi merupakan langkah nyata yang diyakini bisa melindungi pantai dari abrasi, memulihkan ekosistem, menyerap karbon dioksida, dan menjadi rumah baru bagi biota laut.
Marketing Communication Manager ARYADUTA Menteng, Mohd R. Mohani, mengungkapkan bahwa isu lingkungan tidak bisa selesai hanya dengan wacana. “Diperlukan aksi nyata dan kolaborasi lintas sektor untuk menjaga keberlanjutan alam,” tegasnya.
Hal senada juga disampaikan oleh General Manager ARYADUTA Menteng, Fajar Sukarno, yang menyebut kegiatan ini sebagai kelanjutan dari kolaborasi tahun lalu bersama Penjaga Laut di Tanjung Pasir, Banten. “Ke depannya, kami akan terus mendukung kegiatan ini sebagai bentuk kepedulian hotel terhadap lingkungan,” ujarnya.
Penanaman dilakukan di sisi timur Pulau Pari, tepatnya di Pantai Rengge. Lokasi ini dipilih karena menjadi titik rawan abrasi sekaligus area yang perlu segera dipulihkan.
Menariknya, kegiatan ini juga menjadi bagian dari perayaan ulang tahun ke-51 ARYADUTA Menteng dan menyambut HUT ke-80 Republik Indonesia. Bahkan, sebuah bendera raksasa ikut dikibarkan di lokasi penanaman, seolah menjadi simbol bahwa semangat menjaga alam adalah bagian dari cinta tanah air.
Baca Juga:
- Belum Tayang Season 2, Netflix Resmi Umumkan ‘One Piece’ Lanjut ke Season 3
- TasteAtlas Nobatkan Bubur Ayam Indonesia sebagai Porridge Terbaik di Dunia 2025
- Friendzone atau Bestie? Bisakah Cowok dan Cewek Temenan Tanpa Baper
Tak hanya menanam mangrove, peserta yang berjumlah sekitar 50 orang—terdiri dari karyawan ARYADUTA Menteng dan relawan Penjaga Laut—juga terlibat dalam diskusi seputar sejarah Pulau Pari, melihat langsung kerusakan hutan bakau dengan berkeliling menggunakan sampan, serta mengenal potensi UMKM lokal seperti ikan asin, olahan rumput laut, dan keripik sukun. Kegiatan ini bahkan menggandeng Kelompok Perempuan Pulau Pari serta influencer media sosial @dicapriadi dan @ipulsoedibjoe untuk menyebarkan inspirasi ke masyarakat luas.
Di tengah terik matahari dan suara ombak, bibit-bibit mangrove itu berdiri kokoh di pasir basah. Setiap bibit yang ditanam seperti membawa pesan, bahwa masih ada harapan bagi Pulau Pari untuk kembali hijau.
Menjaga alam bukan pekerjaan sehari, tapi perjalanan panjang yang butuh kebersamaan. “Menjaga lingkungan adalah tanggung jawab kita bersama. Tidak ada pihak lain yang akan melindunginya selain kita sendiri,” tutup Mohani, mengingatkan bahwa bumi ini hanya titipan yang harus kita rawat.
Melalui aksi ini, ARYADUTA Menteng dan Penjaga Laut bukan hanya menanam pohon, tapi menanam kesadaran. Bahwa sekecil apapun langkah yang kita ambil, jika dilakukan bersama-sama, akan membawa dampak besar bagi masa depan bumi.