Home Highlight Sudah Balas Chat atau Baru Bayangin? Mengupas Fenomena ‘Phantom Texting’ yang Bikin...

Sudah Balas Chat atau Baru Bayangin? Mengupas Fenomena ‘Phantom Texting’ yang Bikin Salah Paham

248
0
Sudah Balas Chat atau Baru Bayangin? Mengupas Fenomena 'Phantom Texting' yang Bikin Salah Paham
Ilustrasi foto: freepik
Mercure

Hi Urbie’s! Pernah nggak sih kamu merasa sudah membalas chat teman di WhatsApp, tapi ternyata setelah dicek… belum dikirim sama sekali? Rasanya aneh sekaligus memalukan, apalagi kalau yang mengirim pesan sedang menunggu jawaban penting. Fenomena ini ternyata punya nama keren, yaitu “phantom reply” atau “phantom texting”.

Phantom reply terjadi ketika otak kita merasa sudah mengeksekusi sesuatu, padahal yang terjadi baru sebatas di pikiran. Sederhananya, kamu sudah membaca pesan, memikirkan jawaban, bahkan membayangkan mengetiknya, tapi realitanya jempolmu belum pernah menyentuh tombol “send”. Ini sering terjadi karena otak kita memproses percakapan digital hampir seperti percakapan langsung. Saat membaca pesan, internal dialogue atau dialog batin otomatis berjalan, membuat kita merasa sudah berinteraksi.

Menurut studi dari University of Michigan pada tahun 2019, sekitar 33% orang mengaku sering mengalami hal ini. Angka ini bukan cuma menunjukkan bahwa fenomena ini nyata, tapi juga makin sering terjadi di era overload digital. Bayangkan, dengan begitu banyak aplikasi komunikasi—WhatsApp, Instagram, Telegram, email, sampai notifikasi kerjaan—otak kita dipaksa untuk mengelola terlalu banyak percakapan sekaligus.

Salah satu penyebabnya adalah multitasking. Ketika pesan masuk, kita mungkin sedang mengerjakan hal lain: mengetik laporan, memasak, atau sekadar scrolling media sosial. Otak mencatat niat untuk membalas, tapi tanpa disadari, niat itu tertinggal di “to-do list mental” yang sering kali tidak kita periksa lagi. Hasilnya? Chat tetap tak terbalas, dan kita baru sadar saat orang di ujung sana mengirim “halo?” atau “udah dibaca belum?”.

Baca Juga:

Fenomena phantom reply juga punya kaitan erat dengan cara memori bekerja. Dalam dunia psikologi, hal ini disebut prospective memory—kemampuan untuk mengingat rencana atau niat di masa depan. Prospective memory rentan gagal ketika kita terganggu oleh stimulus lain. Misalnya, kamu sudah memutuskan untuk membalas chat setelah rapat, tapi setelah rapat selesai, otakmu sudah sibuk dengan tugas baru, dan balasan itu lenyap dari ingatan.

Kalau dipikir-pikir, phantom reply bisa bikin salah paham. Teman atau pasangan mungkin mengira kita mengabaikan pesan mereka, padahal kita hanya “korban” bias kognitif otak sendiri. Di sisi lain, fenomena ini menunjukkan betapa komunikasi digital membawa tantangan baru—di dunia nyata, kamu jarang merasa sudah menjawab pertanyaan seseorang padahal belum bicara sama sekali, tapi di dunia digital, hal ini jadi sangat mungkin.

Lalu, gimana cara mengatasinya? Beberapa ahli komunikasi menyarankan untuk langsung membalas pesan jika memungkinkan, meskipun jawabannya singkat. Kalau sedang sibuk, buat catatan atau reminder, agar niat balas pesan tidak hilang begitu saja. Mengurangi notifikasi juga bisa membantu, karena otak tidak akan kewalahan dengan informasi yang masuk bertubi-tubi.

Jadi, kalau Urbie’s sering merasa “loh, bukannya udah dibalas?”, jangan langsung menyalahkan diri sendiri. Kamu tidak sendirian, dan fenomena phantom reply ini memang bagian dari tantangan hidup di era digital yang serba cepat. Yang penting, kita belajar mengelolanya supaya komunikasi tetap lancar, tanpa drama salah paham.

Novotel Gajah Mada

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here