Home Lifestyle Right Person, Wrong Time: Cinta yang Tepat di Waktu yang Salah, Kenapa...

Right Person, Wrong Time: Cinta yang Tepat di Waktu yang Salah, Kenapa Sakitnya Nggak Main-Main?

316
0
Ilustrasi Right Person, Wrong Time: Cinta yang Tepat di Waktu yang Salah, Kenapa Sakitnya Nggak Main-Main? - Foto: Freepik
Ilustrasi Right Person, Wrong Time: Cinta yang Tepat di Waktu yang Salah, Kenapa Sakitnya Nggak Main-Main? - Foto: Freepik
ohbeauty.id

Hi Urbie’s! pernah nggak sih kamu ketemu seseorang yang rasanya this is it, dia adalah orang yang tepat, nyambung ngobrolnya, sefrekuensi bercandanya, sampai nyatu mimpinya. Tapi entah kenapa, semesta seperti lagi iseng. Bukan karena nggak saling sayang, tapi karena waktunya nggak berpihak. Inilah fenomena right person, wrong time, cinta yang datang di saat yang salah.

Bayangkan, kamu dan dia seperti dua potongan puzzle yang cocok sempurna. Tapi satu potongan ada di rumah, satu lagi di kafe, dan nggak pernah ketemu di meja yang sama. Perasaan ini nggak seperti cinta bertepuk sebelah tangan, karena rasa itu ada di dua arah. Justru di situlah letak perihnya, kamu tahu dia orang yang tepat, tapi nggak bisa bersama.

Cinta dan Waktu: Dua Hal yang Nggak Selalu Sepakat

Banyak orang mengira, kalau udah ketemu orang yang tepat, semua akan berjalan mulus. Padahal, cinta itu nggak cuma soal siapa, tapi juga soal kapan. Mungkin salah satu dari kalian lagi fokus membangun karier, mengejar studi, atau baru saja keluar dari hubungan yang melelahkan. Bisa juga ada jarak geografis, perbedaan prioritas, atau situasi keluarga yang bikin kalian nggak bisa melangkah.

Baca Juga:

Waktu yang salah bisa merusak peluang yang seharusnya indah. Nggak peduli seberapa besar rasa yang ada, kalau keadaan belum siap, hubungan itu akan berjalan seperti mobil bagus yang kehabisan bensin di tengah jalan.

Kenapa Rasanya Berat Banget?

Fenomena right person, wrong time sering meninggalkan luka yang lebih dalam daripada putus karena tidak cocok.

  • Ada rasa yang terjebak: kamu tahu dia istimewa, tapi harus melepaskan.
  • Pertanyaan “What if?”: akan menghantui, bagaimana kalau ketemunya nanti? Bagaimana kalau saat itu aku nggak menyerah?
  • Kehilangan tanpa kebencian: kamu nggak punya alasan untuk marah, tapi tetap merasa kehilangan.

Menurut psikolog, ini terjadi karena otak menyimpan “versi ideal” dari orang tersebut. Setiap memikirkan masa depan, wajah dia akan muncul, seolah-olah masih ada peluang yang tertunda.

Haruskah Diperjuangkan atau Dilepaskan?

Jawabannya tergantung. Kalau memang kalian bisa saling menunggu dengan sehat tanpa mengorbankan kebahagiaan pribadi, mungkin ada peluang di masa depan. Tapi kalau menunggu berarti menahan diri dari tumbuh, lebih baik merelakan.

Merelakan bukan berarti menghapus rasa, tapi menerima bahwa cinta yang tepat di waktu yang salah tetap punya arti, meskipun nggak berakhir dengan “dan mereka hidup bahagia selamanya”.

Pesan untuk Urbie’s yang Lagi Mengalaminya

Kalau kamu sedang ada di fase ini, ingatlah satu hal: hidup itu nggak selalu memberi apa yang kita mau, tapi memberi apa yang kita butuhkan untuk tumbuh. Kadang, right person, wrong time bukan akhir cerita, tapi babak pembuka menuju versi terbaik dari dirimu.

Siapa tahu, nanti ketika waktu sudah tepat, kalian bertemu lagi, bukan sebagai dua orang yang mencoba, tapi dua orang yang siap. Dan kalau nggak, setidaknya kamu pernah merasakan cinta yang begitu tulus sampai waktu pun cemburu.

Novotel Gajah Mada

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here