Home Lifestyle Anak Pertama Selalu Perfeksionis? Begini Dampaknya di Dunia Percintaan!

Anak Pertama Selalu Perfeksionis? Begini Dampaknya di Dunia Percintaan!

259
0
Ilustrasi Anak Pertama Selalu Perfeksionis? Begini Dampaknya di Dunia Percintaan! Foto: Freepik
Ilustrasi Anak Pertama Selalu Perfeksionis? Begini Dampaknya di Dunia Percintaan! Foto: Freepik
Urbanvibes

“Harus rapi, harus teratur, harus sesuai rencana”. Bagi banyak anak pertama, kalimat ini seperti mantra yang tak pernah lepas dari keseharian mereka. Sejak kecil, anak sulung memang sering diidentikkan dengan sosok perfeksionis, selalu ingin semua hal berjalan sesuai aturan. Namun, pernahkah kamu bertanya-tanya, kenapa anak pertama bisa jadi perfeksionis, dan bagaimana sifat itu memengaruhi kehidupan percintaannya?

Kenapa Anak Pertama Cenderung Perfeksionis?

Secara psikologis, anak pertama sering mendapat tekanan lebih tinggi dibanding adik-adiknya. Mereka adalah “eksperimen” pertama orang tua dalam membesarkan anak. Tak jarang, standar yang diberikan kepada anak sulung lebih tinggi, misal harus jadi contoh, harus pintar, harus bertanggung jawab. Dari situlah benih perfeksionisme tumbuh.

Baca Juga:

Perfeksionisme ini biasanya tercermin dalam pola pikir mereka. Mereka terbiasa mengatur, merencanakan, bahkan kadang sulit menerima kesalahan. Buat anak pertama, kegagalan bukan hanya soal mereka, tapi juga bisa dianggap mencoreng citra keluarga. Akhirnya, mereka membentuk standar tinggi pada diri sendiri dan tanpa sadar, juga pada orang lain.

Dampaknya pada Kehidupan Percintaan

Nah, kalau bicara soal percintaan, sifat perfeksionis anak pertama bisa jadi pedang bermata dua. Di satu sisi, pasangan anak pertama bisa merasa sangat beruntung karena mereka tipe yang serius, setia, dan penuh perhatian. Mereka nggak main-main soal hubungan, apalagi kalau sudah memutuskan untuk berkomitmen.

Namun di sisi lain, perfeksionisme juga bisa membawa tantangan besar. Anak pertama kadang menuntut pasangannya untuk selalu sesuai ekspektasi. Misalnya, kalau mereka sudah merencanakan kencan, sedikit perubahan bisa bikin mood rusak. Atau, ketika pasangan melakukan kesalahan kecil, anak pertama bisa jadi terlalu kritis, padahal yang mereka inginkan sebenarnya hanyalah kesempurnaan dalam hubungan.

Hal ini bisa bikin pasangan merasa tertekan. Bayangkan kalau tiap hal kecil selalu dipermasalahkan, misal terlambat 10 menit dianggap kurang serius, lupa bales chat dianggap nggak perhatian. Lama-lama, perfeksionisme ini bisa merusak keintiman yang seharusnya dibangun dengan rasa nyaman.

Belajar Melepas Kendali

Bukan berarti anak pertama nggak bisa bahagia dalam percintaan. Justru, kesadaran akan sifat perfeksionis ini bisa jadi kunci untuk memperbaiki hubungan. Anak sulung perlu belajar melepas kendali bahwa cinta bukan tentang kesempurnaan, tapi tentang menerima kekurangan satu sama lain.

Pasangan pun perlu memahami bahwa perfeksionisme anak pertama lahir bukan karena mereka ingin mengontrol, tapi karena terbiasa menanggung tanggung jawab besar sejak kecil. Dengan komunikasi yang jujur dan sabar, hubungan bisa tetap berjalan harmonis.

Perfeksionisme anak pertama memang unik, bisa jadi kekuatan, bisa juga jadi tantangan. Di dunia percintaan, sifat ini bisa membuat hubungan terasa serius dan penuh komitmen, tapi juga berpotensi menimbulkan tekanan jika tidak dikelola dengan baik. Jadi, buat kamu anak pertama, ingatlah bahwa cinta bukan soal jadi sempurna, melainkan soal jadi apa adanya.

Dan buat kamu yang punya pasangan anak pertama, bersiaplah, kamu akan punya pasangan yang serius, penuh kasih, tapi jangan lupa berikan mereka ruang untuk belajar bahwa cinta tak selalu harus sesuai rencana.

Novotel Gajah Mada

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here