Home Health Produktif Tanpa Sakit: Inilah Alasan Kesehatan Kerja Harus Diutamakan

Produktif Tanpa Sakit: Inilah Alasan Kesehatan Kerja Harus Diutamakan

46
0
Ilustrasi para pekerja kantoran. (Foto: Edmond Dantès/Pexels)
Mercure

Hi Urbie’s! Di tengah tekanan dan tuntutan dunia kerja modern, kesehatan bukan lagi urusan pribadi semata. Bagi perusahaan, kesehatan kerja di lingkungan kantor kini menjadi elemen penting yang tak bisa diabaikan. Selain berdampak langsung pada produktivitas, kesehatan yang baik juga menunjang semangat kerja, kreativitas, dan loyalitas karyawan.

Memahami pentingnya hal ini, PT Ajinomoto Indonesia menjadi salah satu perusahaan yang memperlihatkan keseriusan dalam membangun lingkungan kerja yang sehat dan aman. Hal ini dibuktikan melalui partisipasi aktifnya dalam Simposium dan Workshop Kesehatan Kerja yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Dokter Kesehatan Kerja Indonesia (IDKI) di Jakarta.

Acara yang dihadiri oleh dokter perusahaan, praktisi HRD, hingga profesional HSE ini fokus pada penguatan kapasitas tenaga medis perusahaan dalam menghadapi tantangan kesehatan kerja modern. IDKI sebagai organisasi profesi di bawah naungan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) berperan penting dalam memperluas layanan preventif, kuratif, dan rehabilitatif, sekaligus menjembatani kolaborasi lintas sektor agar dunia kerja lebih adaptif terhadap dinamika zaman.

Fokus pada Gaya Hidup Sehat di Tempat Kerja

Beberapa perusahaan menunjukkan komitmen kuat dalam menciptakan budaya kerja yang sehat dan berkelanjutan. Salah satu contoh konkret yang inspiratif adalah program internal Ajinomoto, “Health Provider Badges” yang menyasar perubahan gaya hidup karyawan, baik dari sisi edukasi maupun aktivitas fisik.

Program Health Provider Badges, bertujuan meningkatkan literasi gizi dan kesadaran kesehatan di lingkungan kerja. Program ini mendorong karyawan untuk mengadopsi kebiasaan sehat melalui kombinasi edukasi, exercise, hingga tantangan berat badan seperti lose weight challenge.

Menurut Indra Nurcahyo, Head of Human Resources Department PT Ajinomoto Indonesia, pendekatan seperti ini terbukti mampu membawa dampak positif. “Kami melihat peningkatan health age dari hasil Medical Check-Up (MCU) karyawan setiap tahun, serta perubahan nyata dalam pola makan yang lebih seimbang,” ungkapnya.

dr. Yohan Samudra, SpGK, AIFO-K di Simposium dan Workshop Kesehatan Kerja yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Dokter Kesehatan Kerja Indonesia (IDKI) bekerjasama dengan PT ajinomoto Indonesia di Jakarta. (Foto: Dok. Ajinomoto)

Edukasi yang Konsisten Membawa Perubahan Nyata

Efektivitas program kesehatan kerja ini juga diamini oleh dr. Rafael Nanda R, MKK, Wakil Sekretaris Pengurus Pusat IDKI. Dalam sesi bertajuk “Nutrition Related Diseases Program at Work”, ia menyampaikan bahwa edukasi berkelanjutan di lingkungan kerja mampu mendorong perubahan perilaku sehat yang signifikan.

“Setelah mengikuti program edukatif ini, hasil MCU karyawan menunjukkan perbaikan yang sangat positif. Ini membuktikan bahwa perusahaan bisa menjadi agen perubahan gaya hidup sehat jika dilakukan dengan pendekatan yang terstruktur,” jelasnya.

dr. Rafael Nanda R, MKK di Simposium dan Workshop Kesehatan Kerja yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Dokter Kesehatan Kerja Indonesia (IDKI) bekerjasama dengan PT ajinomoto Indonesia di Jakarta. (Foto: Dok. Ajinomoto)

Waspadai Penyakit Degeneratif, Mulai dari Pola Makan

Salah satu ancaman terbesar bagi kesehatan kerja adalah penyakit degeneratif, yang sering kali muncul tanpa gejala. Dalam sesi “Be Wise in Using Salt”, dr. Yohan Samudra, SpGK, AIFO-K, spesialis gizi klinik RS Premier Bintaro, menjelaskan bahwa penyakit seperti hipertensi dan diabetes kerap berawal dari gaya hidup tidak sehat—terutama konsumsi garam berlebih.

Baca Juga:

Faktanya, rata-rata orang Indonesia mengonsumsi garam dua kali lebih banyak dari rekomendasi WHO, yakni maksimal 5 gram per hari. Untuk mengatasi hal ini, pendekatan edukatif seperti kampanye Bijak Garam menjadi solusi praktis dan realistis.

Menariknya, konsumsi natrium dapat ditekan tanpa mengorbankan cita rasa makanan dengan menambahkan monosodium glutamate (MSG) secara tepat. MSG mengandung hanya sepertiga natrium dari garam dapur biasa. Kombinasi 1 sendok teh garam dan ½ sendok teh MSG untuk setiap liter masakan bisa menjadi langkah awal menuju pola makan yang lebih sehat.

Lingkungan Kerja Sehat, Produktivitas Meningkat

Kesehatan kerja bukan sekadar program tambahan, melainkan investasi jangka panjang. Ketika perusahaan memberikan ruang dan dukungan untuk gaya hidup sehat, karyawan cenderung memiliki tingkat stres lebih rendah, absen lebih sedikit, dan motivasi kerja yang lebih tinggi.

Inisiatif seperti edukasi gizi, cek kesehatan rutin, dan aktivitas fisik terbukti menciptakan budaya kerja yang lebih seimbang. Lingkungan yang sehat mendorong kolaborasi, meningkatkan produktivitas, dan pada akhirnya berkontribusi pada kesuksesan bisnis secara menyeluruh.

Kesehatan Kerja adalah Tanggung Jawab Bersama

Di era kerja modern yang penuh tekanan, menjaga kesehatan di tempat kerja bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga komitmen kolektif perusahaan. Melalui program terintegrasi, edukasi gizi, dan kebiasaan sehat, dunia kerja dapat menjadi ruang yang mendukung kualitas hidup karyawan secara menyeluruh.

Karena pada akhirnya, produktivitas tanpa sakit bukan sekadar harapan—tapi tujuan nyata yang bisa diwujudkan bersama.

Novotel Gajah Mada

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here