Home Highlight Bukan Skandinavia, Tapi Indonesia yang Paling Bahagia di Dunia! Ini Rahasianya, Urbie’s!

Bukan Skandinavia, Tapi Indonesia yang Paling Bahagia di Dunia! Ini Rahasianya, Urbie’s!

50
0
Indonesia negara paling bahagia di dunia Global Flourishing Study Harvard - sumber foto Freepik
Indonesia negara paling bahagia di dunia Global Flourishing Study Harvard - sumber foto Freepik
Mercure

Hi Urbie’s! Ada kabar membanggakan sekaligus menghangatkan hati yang datang dari dunia akademik global. Sebuah studi internasional bertajuk Global Flourishing Study, hasil kolaborasi antara Harvard University dan Gallup, baru saja merilis hasil riset tentang negara paling bahagia di dunia. Dan coba tebak siapa yang ada di posisi teratas? Indonesia!

Yup, bukan Denmark, bukan Finlandia, bukan juga Selandia Baru yang sering jadi langganan daftar “happiest countries”. Tahun ini, dunia sepakat bahwa masyarakat Indonesia adalah yang paling bahagia. Sebuah pencapaian yang bikin bangga—dan juga bikin penasaran, kan, Urbie’s?

Dari Harvard ke Hati Orang Indonesia

Global Flourishing Study sendiri bukan survei biasa. Ia adalah salah satu studi kesejahteraan paling komprehensif di dunia, melibatkan lebih dari 207.000 responden dari 23 negara di enam benua. Penelitiannya berfokus bukan hanya pada faktor ekonomi, tapi juga aspek-aspek mendalam tentang makna hidup dan kesejahteraan spiritual manusia.

Pertanyaannya sederhana namun sangat fundamental: “Apa yang membuat manusia merasa bahagia dan hidupnya bermakna?”

Dan ketika jawaban-jawaban itu dikumpulkan, hasilnya mencengangkan—Indonesia unggul di hampir semua aspek: tujuan hidup, relasi keluarga, kehidupan sosial, cinta terhadap orang terdekat, dan spiritualitas.

Rahasia Kebahagiaan Versi Indonesia

Kalau dipikir-pikir, Indonesia memang punya banyak hal yang mungkin tidak dimiliki negara maju.
Mulai dari budaya gotong royong, kebiasaan saling menyapa bahkan dengan orang asing, sampai nilai religius dan kekeluargaan yang masih kuat, semuanya menjadi “bahan bakar” bagi rasa bahagia yang autentik.

Di tengah tekanan hidup modern, orang Indonesia masih bisa menemukan makna dari hal-hal kecil—seperti nongkrong bareng teman sambil ngopi, membantu tetangga tanpa pamrih, atau tertawa bersama keluarga di meja makan.

Bagi banyak masyarakat kita, kebahagiaan tidak datang dari kemewahan, tapi dari rasa cukup dan rasa syukur.
Dan inilah yang membuat Indonesia menonjol dalam riset yang bahkan dilakukan oleh universitas paling prestisius di dunia.

Bahagia Itu Soal Koneksi, Bukan Kompetisi

Salah satu temuan menarik dari studi Harvard ini adalah:
negara-negara dengan tingkat koneksi sosial dan spiritual tinggi cenderung lebih bahagia dibanding yang materialistis atau terlalu kompetitif.

Baca Juga:

Di Indonesia, kita tumbuh dengan budaya “silaturahmi”—sebuah konsep yang mungkin tidak bisa diterjemahkan utuh ke bahasa Inggris.
Silaturahmi bukan cuma tentang bertemu, tapi tentang mempererat hubungan, berbagi, dan saling mendoakan.

Ketika dunia sibuk mengejar achievement, kita masih punya waktu untuk bertanya, “Sudah makan belum?” kepada orang lain.
Dan, mungkin tanpa kita sadari, itu adalah bentuk kasih sayang yang sederhana tapi berdampak besar bagi kebahagiaan.

Spiritualitas yang Menguatkan

Dari sisi spiritualitas, Indonesia juga menonjol.
Bukan hanya karena mayoritas masyarakatnya beragama, tapi karena nilai-nilai keimanan itu diterjemahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Orang Indonesia punya cara khas untuk bersyukur—mulai dari doa bersama sebelum makan, ucapan “Alhamdulillah” setelah selamat dari macet, hingga refleksi diri setiap malam sebelum tidur.

Nilai-nilai ini ternyata memperkuat sense of purpose (tujuan hidup), yang oleh Harvard disebut sebagai salah satu indikator tertinggi kebahagiaan manusia.

Bahagia, Tapi Tetap Realistis

Bukan berarti hidup di Indonesia tanpa tantangan.
Masih banyak urusan ekonomi, sosial, dan lingkungan yang jadi PR besar.
Namun, justru dalam kondisi itulah, kebahagiaan orang Indonesia terasa makin “tulen”.

Karena bahagia bukan berarti hidup tanpa masalah—tapi bagaimana kita bisa menemukan cahaya kecil di tengah badai besar.
Dan sepertinya, orang Indonesia memang jago dalam hal itu.

Dunia Belajar dari Indonesia

Kini, Harvard dan para peneliti dunia justru mengamati Indonesia sebagai contoh unik: negara berkembang dengan tingkat kebahagiaan tinggi.
Sebuah paradoks yang indah, bukan?

Mungkin, Urbie’s, inilah saatnya kita berhenti membandingkan diri dengan dunia Barat—dan mulai sadar bahwa kita punya cara sendiri untuk bahagia.

Karena ternyata, bahagia bukan tentang punya segalanya.
Tapi tentang merasakan cukup dengan yang ada, mencintai yang dekat, dan percaya bahwa setiap hari adalah berkah.

Novotel Gajah Mada

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here