Hi Urbie’s! Pernah nggak sih, kamu duduk di meja kerja, staring at the screen, sambil nanya ke diri sendiri: “Aku beneran benci kerja, atau cuma capek sama dramanya?” Pertanyaan itu sering muncul di kepala anak muda zaman sekarang. Bukan karena mereka malas, tapi karena energi mereka terkuras bukan oleh tugas, melainkan oleh hal-hal yang terjadi di luar pekerjaan, seperti gosip kantor, politik internal, atau ekspektasi berlebihan dari atasan.
Fenomena ini semakin sering muncul di kalangan generasi muda, terutama yang sedang menapaki karier pertama mereka. Mereka bukan tidak siap bekerja keras, tapi mereka menolak untuk terjebak dalam lingkungan kerja yang toxic dan penuh drama.
Kamu Masih Semangat Kalau Nggak Ada “Orang Itu”
Pernah merasa hari kamu lancar banget ketika si rekan kerja yang suka nyinyir itu cuti? Nah, itu tandanya kamu nggak benci kerjaannya, kamu cuma capek sama vibes-nya. Banyak anak muda bilang, “Kerja tuh nggak masalah, tapi lingkungannya yang bikin pengap”. Jadi bukan workload-nya yang bikin burnout, tapi atmosfer sosial yang penuh tekanan.
Baca Juga:
- Rock Udah Nggak ‘Rock’ Lagi? Noel Gallagher Bilang, Sekarang Dunia Musik Dikuasai Anak Sultan
- Dari Thread Haru ke Layar Lebar! Kisah Viral “Waluh Kukus” dan Sosok Yati yang Bikin Warganet Nggak Sabar, Urbie’s!
- Chat Tiap Malam, Tapi Nggak Pernah Jelas: Tanda Kamu Cuma Jadi ‘Bahan Gabut’ di…
Menurut psikolog organisasi, kelelahan emosional justru lebih sering muncul dari interaksi sosial yang negatif ketimbang beban kerja berat. Jadi, kalau kamu masih enjoy ngerjain proyek seru tapi mulai malas datang ke kantor karena drama manusia, itu valid banget.
Kamu Nggak Insecure Sama Pekerjaan, Tapi Canggung Sama Politiknya
Anak muda sekarang tumbuh di era transparansi dan kolaborasi, bukan kompetisi diam-diam. Tapi di dunia kerja, masih banyak yang bermain dengan “politik kantor”. Siapa dekat dengan siapa, siapa yang disukai atasan dan siapa yang harus disalahkan kalau proyek gagal.
Kamu mulai merasa canggung bukan karena nggak bisa kerja, tapi karena merasa harus bersandiwara untuk diterima. Padahal, kamu cuma ingin profesional tanpa harus jadi “pemain” dalam drama itu.
Kamu Masih Punya Ide, Tapi Nggak Punya Ruang
Banyak anak muda penuh ide, tapi sering dipatahkan oleh kalimat klasik: “Kita dari dulu juga udah begini”.
Rasa lelah bukan karena kehabisan semangat, tapi karena semangatmu ditolak mentah-mentah. Kamu bukan benci kerja, kamu cuma kecewa karena kreativitasmu nggak dikasih tempat.
Generasi muda ingin tempat kerja yang terbuka, di mana ide segar dihargai, bukan dianggap ancaman. Ketika ide-idemu terus diabaikan, kamu mulai merasa mati rasa. Bukan benci, cuma lelah berusaha didengar.
Kamu Masih Mau Produktif, Asal Dikasih Ruang Napas
Bagi banyak anak muda, produktivitas bukan berarti lembur tanpa henti. Mereka menghargai keseimbangan. Tapi di banyak tempat kerja, budaya “siapa paling sibuk dia paling hebat” masih merajalela.
Kalau kamu sering ngerasa burnout padahal belum sebulan kerja, itu bukan salahmu. Kamu cuma kelelahan emosional, bukan karena kerjaannya berat, tapi karena ritme dan ekspektasi yang nggak realistis.
Kamu Masih Punya Harapan, Tapi Butuh Lingkungan Sehat
Pada akhirnya, anak muda masa kini bukan menolak kerja keras. Mereka cuma ingin kerja di tempat yang nggak menguras energi mental. Tempat yang manusiawi, di mana kamu bisa tumbuh tanpa harus pura-pura kuat.
Jadi, kalau akhir-akhir ini kamu mulai lesu bukan karena kerjaannya, tapi karena atmosfer di sekitarnya, mungkin kamu bukan benci kerja, kamu cuma lelah jadi karakter tambahan dalam drama kantor yang nggak pernah selesai.
Dan kamu tahu apa? Itu bukan salahmu. Kadang, yang kita butuhkan bukan resign, tapi healing dari lingkungan kerja yang bikin kita kehilangan diri sendiri.






















































