Hi Urbie’s! Wacana libur sekolah selama Ramadan kembali mencuri perhatian publik. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti menyampaikan bahwa ada tiga opsi yang sedang dipertimbangkan terkait kebijakan ini. Namun, seperti halnya kebijakan lain yang menyangkut pendidikan, topik ini menuai pro dan kontra dari berbagai pihak.
Tiga Opsi Libur Ramadan
Menurut Abdul Mu’ti, pemerintah saat ini masih memantau berbagai masukan dari masyarakat sebelum membuat keputusan final. Berikut tiga opsi yang berkembang:
- Libur penuh selama Ramadan Siswa akan libur sebulan penuh dan diharapkan tetap mengikuti kegiatan keagamaan di masyarakat.
- Libur di awal dan menjelang Idul Fitri Libur hanya diberikan selama tiga hari di awal Ramadan dan beberapa hari sebelum hari raya.
- Sekolah tetap berjalan penuh selama Ramadan Kegiatan belajar mengajar berlangsung seperti biasa, tanpa perubahan jadwal.
Hingga kini, belum ada keputusan resmi yang diambil oleh pemerintah, tetapi masing-masing opsi ini memiliki pendukung dan penentangnya sendiri.
Pro dan Kontra Libur Sebulan Penuh
Wacana liburan penuh selama Ramadan mendapat dukungan dari beberapa pihak. Salah satunya adalah Ketua PP Muhammadiyah, Anwar Abbas, yang berpendapat bahwa anak-anak tetap dapat belajar meskipun tidak masuk sekolah. Menurutnya, momen Ramadan adalah kesempatan emas untuk memperdalam ilmu agama dan membangun spiritualitas anak.
Namun, tidak semua pihak sependapat. Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Muhaimin Iskandar, menilai bahwa libur panjang tidak diperlukan. “Puasa bukan alasan untuk menghentikan aktivitas sehari-hari,” tegasnya. Ia menambahkan bahwa anak-anak perlu belajar menghadapi tantangan puasa sambil tetap melaksanakan kewajiban belajar.
Baca juga:
- Lewat Curhat Instagram, Rose BLACKPINK Siap Taklukkan 2025!
- Awaji Island, Destinasi Unik untuk Pecinta Bawang Manis
- Patrick Kluivert dan Strateginya untuk Membawa Timnas Indonesia ke Piala Dunia 2026
Dampak Libur Panjang pada Pendidikan
Jika liburan penuh selama Ramadan diterapkan, dampaknya tentu akan signifikan, baik bagi siswa, guru, maupun orang tua. Ada kekhawatiran bahwa libur panjang dapat mengganggu ritme belajar siswa dan menurunkan produktivitas akademik. Di sisi lain, ada peluang untuk menanamkan nilai-nilai religius secara lebih intensif selama libur Ramadan.
Sementara itu, opsi kedua dan ketiga dinilai lebih moderat, memungkinkan siswa tetap bersekolah sembari menyesuaikan jadwal dengan kebutuhan Ramadan. Kebijakan seperti ini dianggap lebih realistis oleh sebagian kalangan, terutama mereka yang khawatir akan ketertinggalan materi pelajaran.
Hingga saat ini, keputusan akhir belum diambil. Pemerintah akan terus mengkaji berbagai masukan dari masyarakat, akademisi, dan praktisi pendidikan. Ramadan memang menjadi momen yang istimewa, tetapi kebijakan pendidikan yang diterapkan harus mempertimbangkan dampaknya secara jangka panjang.
Apapun keputusannya nanti, pemerintah diharapkan mampu menyeimbangkan antara kebutuhan spiritual dan akademik siswa. Apakah Anda setuju dengan libur penuh selama Ramadan, atau lebih mendukung opsi lainnya? Mari kita tunggu perkembangan selanjutnya dan tetap berpartisipasi dalam memberikan masukan untuk kebijakan ini!