Home Highlight Fenomena Kidult: Antara Nostalgia Masa Muda dan Dinamika Psikologi Tak Tercapai Waktu...

Fenomena Kidult: Antara Nostalgia Masa Muda dan Dinamika Psikologi Tak Tercapai Waktu Masa Muda

70
0
ilustrasi Fenomena Kidult - sumber foto FREEPIK
ilustrasi Fenomena Kidult - sumber foto FREEPIK
Urban Vibes

Hi Urbie’s! Di sebuah sudut kafe kecil di tengah kota, seorang pria muda berusia 20-an dengan serius merakit modelkit Gundam. Di meja lain, seorang wanita berusia 30-an tertawa pelan sambil memainkan Nintendo Switch, dengan sebuah plush Pikachu bertengger di atas tasnya. Fenomena ini mungkin terlihat seperti pemandangan biasa di zaman sekarang, tetapi bagi sebagian orang memunculkan pertanyaan, mengapa orang dewasa begitu tertarik pada hal-hal yang dianggap sebagai “mainan” atau aktivitas anak-anak? apakah ini Fenomena Kidult?

Fenomena kidult, gabungan dari kata kid (anak-anak) dan adult (dewasa). Fenomena ini mencerminkan tren di mana orang dewasa menikmati kegiatan, produk, atau pengalaman yang biasanya diasosiasikan dengan anak-anak. Dalam artikel ini, kita akan menelusuri akar psikologis, sejarah, dan sosial dari fenomena ini, serta bagaimana ia mencerminkan dinamika identitas generasi muda saat ini.

Kembali ke Masa Lalu

Bagi banyak orang, daya tarik budaya kidult berakar pada nostalgia. Psikologi menjelaskan nostalgia sebagai emosi kompleks yang melibatkan rasa kerinduan akan masa lalu, sering kali dikaitkan dengan kenangan bahagia dari masa kanak-kanak. Nostalgia memberikan rasa aman dan kenyamanan, terutama di tengah ketidakpastian atau tekanan kehidupan dewasa.

Menurut penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Personality and Social Psychology, nostalgia dapat meningkatkan suasana hati dan memberikan perasaan makna hidup. Ketika seseorang memegang mainan favorit dari masa kecilnya atau menonton ulang film animasi seperti Toy Story atau Lion King, mereka bukan hanya mengingat momen tertentu, tetapi juga mengalami kembali rasa kebebasan, kegembiraan, dan hubungan emosional yang sering kali terabaikan dalam kehidupan dewasa.

Produk-produk kidult adalah portal ke masa lalu. Dalam era di mana hidup bergerak cepat dan tekanan sosial semakin meningkat, orang-orang membutuhkan momen pelarian yang mengingatkan mereka pada saat-saat yang lebih sederhana.

Peran Revolusi Industri dan Budaya Konsumerisme

Fenomena kidult tidak muncul dalam ruang hampa. Dari perspektif sejarah, perubahan besar dalam ekonomi dan masyarakat setelah Revolusi Industri turut membentuk bagaimana masa kanak-kanak dipandang. Sebelum abad ke-19, konsep masa kecil seperti yang kita kenal sekarang belum sepenuhnya ada. Anak-anak sering dianggap sebagai “orang dewasa kecil” yang diharapkan segera berkontribusi pada ekonomi keluarga.

Namun, dengan munculnya revolusi ini, produksi massal memungkinkan terciptanya produk-produk khusus untuk anak-anak, seperti mainan dan buku cerita. Masa kanak-kanak kemudian dipandang sebagai fase kehidupan yang unik dan perlu dirayakan. Dari sinilah nostalgia terhadap masa kecil mulai terbentuk.

Pada era modern, budaya konsumerisme semakin memperkuat fenomena kidult. Perusahaan menyadari potensi pasar dari orang dewasa yang bersedia menghabiskan uang untuk barang-barang yang mengingatkan mereka pada masa kecil. Disney misalnya, telah menjadi salah satu pelopor dalam menciptakan produk yang menarik bagi generasi kidult, dari taman hiburan hingga merchandise eksklusif. Dalam banyak kasus, nostalgia ini bukan hanya tentang barang fisik, tetapi juga pengalaman emosional yang dihadirkan kembali.

Baca juga:

Mengapa Kidult Begitu Relevan?

Milenial dan Gen Z sering kali disebut sebagai generasi kidult. Mengapa demikian? Pertama, mereka tumbuh di tengah perkembangan teknologi dan media yang pesat. Dari kartun Sabtu pagi hingga video game seperti Super Mario Bros dan The Sims, banyak dari mereka memiliki akses ke dunia hiburan yang kaya dan beragam selama masa kecil mereka.

Namun di sisi lain, generasi ini juga menghadapi tantangan unik dalam kehidupan dewasa. Biaya hidup yang meningkat, ketidakstabilan ekonomi, serta tekanan sosial untuk terus produktif sering kali membuat kehidupan dewasa terasa berat. Dalam konteks ini, aktivitas kidult menjadi semacam pelarian.

Ketika hidup terasa tidak terkendali, bermain video game atau mengoleksi Funko Pop mungkin dapat memberikan rasa pencapaian yang instan. Aktivitas ini memberikan kontrol dan struktur, meskipun hanya sementara.

Kritik dan Dilema Fenomena Kidult

Namun, tidak semua orang melihat fenomena kidult dengan pandangan positif. Beberapa mengkritik tren ini sebagai tanda ketidakmatangan emosional atau ketidakmampuan untuk menghadapi tanggung jawab dewasa. Jean Twenge, dalam bukunya yang berjudul Generation Me, mengangkat kekhawatiran bahwa budaya yang terlalu terobsesi dengan kenikmatan dan pelarian dapat menghambat perkembangan pribadi.

Meski demikian, penting untuk memahami bahwa fenomena kidult bukan berarti penolakan terhadap kedewasaan. Sebaliknya, banyak orang melihatnya sebagai cara untuk menyeimbangkan tuntutan kehidupan. Dengan mengintegrasikan elemen kebahagiaan masa kecil ke dalam kehidupan dewasa, seseorang dapat menemukan harmoni antara tanggung jawab dan kegembiraan.

Mencari Makna dalam Permainan

Dalam filsafat, permainan memiliki tempat penting dalam pemahaman manusia. Johan Huizinga, dalam bukunya Homo Ludens, berpendapat bahwa permainan adalah bagian esensial dari kebudayaan manusia. Melalui permainan, manusia tidak hanya menghibur diri, tetapi juga menciptakan dunia simbolik yang memberi makna pada pengalaman mereka.

Fenomena kidult dalam konteks ini, dapat dilihat sebagai upaya untuk mempertahankan elemen permainan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika dunia semakin dipenuhi tekanan dan kompetisi, kemampuan untuk bermain memberikan ruang untuk refleksi dan kreativitas.

Tren yang Akan Terus Berkembang?

Dengan semakin populernya fenomena ini, banyak yang bertanya apakah budaya kidult hanya tren sementara atau sesuatu yang akan terus berkembang. Melihat data dari industri hiburan dan mainan, tampaknya fenomena ini akan bertahan lama. Penjualan mainan untuk orang dewasa, misalnya, terus meningkat secara global. Bahkan, beberapa perusahaan seperti LEGO dan Hasbro secara khusus merancang produk untuk pasar dewasa.

Namun, lebih dari sekadar tren konsumsi, kidult mencerminkan bagaimana generasi muda mencari cara untuk tetap terhubung dengan aspek-aspek yang membuat hidup terasa bermakna. Dalam dunia yang sering kali dingin dan tidak pasti, kemampuan untuk menemukan kegembiraan dalam hal-hal sederhana menjadi bentuk perlawanan terhadap tekanan sosial.

Menghormati Masa Kecil, Merayakan Kedewasaan

Pada akhirnya, kidult bukan sekadar tentang mengoleksi action figure atau menonton film animasi. Fenomena ini adalah cara bagi generasi muda untuk merangkul diri mereka melalui perpaduan antara tanggung jawab dewasa dan kebebasan masa kecil. Melalui kidult, mereka tidak hanya mengingat masa lalu, tetapi juga menciptakan masa kini yang lebih penuh warna.

Jadi, jika lain kali Anda melihat seseorang dengan antusias memainkan Rubik’s Cube di tengah kafe, jangan buru-buru menghakimi. Mungkin, mereka hanya menemukan cara unik untuk merayakan kehidupan.

Urban Vibes

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here