Hi Urbie’s! Ada satu kebiasaan yang sering kita lakukan tanpa sadar saat jatuh cinta, yaitu menaruh seseorang di balik lirik lagu favorit. Rasanya indah, seolah tiap bait adalah cerminan perasaan kita. Namun, pernahkah terpikir apa yang terjadi kalau hubungan itu berakhir?
Bayangkan lagu yang dulunya membuat senyum terkembang, tiba-tiba berubah jadi pedang bermata dua. Lirik yang dulu terasa manis kini jadi luka yang terus menganga.
Lagu Favorit yang Berubah Rasa
Musik punya kekuatan ajaib. Ia bisa mengembalikan ingatan hanya dalam hitungan detik. Ketika kita menyematkan sosok spesial ke dalam sebuah lagu, lagu itu bukan sekadar melodi, namun menjadi memori hidup.
Coba ingat, berapa banyak lagu yang kamu skip setelah putus cinta karena terlalu berat mendengarnya? Ini karena otak kita mengaitkan emosi dengan nada dan lirik. Begitu melodinya mengalun, kita seolah dilempar kembali ke momen-momen bersama si dia.
Baca juga:
- Lebaran di Ladang Minyak: Kisah Para Pekerja Hulu Migas yang Mengabdi Tanpa Libur
- BPOM Klarifikasi Isu Penutupan Pabrik Skincare PT. Ratansha Purnama Abadi
- Nvidia Perkenalkan Groot N1: AI Canggih untuk Robot Humanoid
Menurut psikolog klinis, musik memang punya koneksi langsung ke pusat emosi di otak kita. Itulah kenapa musik bisa membuat kita bahagia, sedih, atau bahkan marah. Masalahnya, ketika seseorang melekat terlalu kuat di balik lagu, kita secara tak langsung menyerahkan kendali emosi kita pada lagu itu atau lebih tepatnya, pada kenangan tentang dia.
Efek Jangka Panjang: Sulit Move On
Generasi muda, terutama di usia 18-25 tahun, adalah fase di mana emosi sedang meledak-ledak. Musik menjadi pelarian, teman, bahkan tempat bersembunyi dari kenyataan. Tapi, ketika kita menjadikan lagu sebagai “monumen” untuk seseorang, kita sebenarnya menciptakan jebakan emosional.
Lagu yang harusnya jadi mood booster malah berubah jadi trigger. Proses move on jadi lebih sulit, karena setiap kali lagu itu diputar, entah di kafe, mall, atau TikTok, kita dipaksa mengingat dia lagi dan lagi.
Padahal, hidup terus berjalan. Kita butuh lagu yang membangkitkan semangat, bukan lagu yang mengungkit luka.
Biarkan Lagu Tetap Milikmu, Bukan Milik Dia
Bukan berarti kamu nggak boleh punya lagu romantis atau menyukai lagu karena teringat seseorang. Namun, cobalah menjaga jarak emosional. Biarkan lagu tetap jadi milikmu, bukan milik kenangan tentang dia. Caranya?
- Pilih lagu karena kamu suka, bukan karena cocok dengan hubungan kalian.
- Buat playlist yang menggambarkan dirimu sendiri, bukan hanya perasaan terhadap dia.
- Kalau terlanjur ada “lagu kenangan”, jangan buru-buru buang. Hadapi perlahan sampai lagu itu kembali netral di hatimu.
Ingat, musik adalah ekspresi jiwa kita. Jangan biarkan kenangan yang gagal merampas lagu-lagu favoritmu. Biarkan setiap nada tetap punya makna yang membangun, bukan menghancurkan.
Jadi, siap bikin playlist baru yang lebih sehat buat hatimu?