Hi Urbie’s! Alexa, play “The Time Is Now” by John Cena. Begitu musik ikonik itu mengalun dan sorakan memekakkan telinga memenuhi stadion, satu hal jadi jelas: momen ini bukan sekadar nostalgia. Ini sejarah. Pada malam penuh gemuruh di WrestleMania 41, The Champ kembali, dan ia tidak main-main.
John Cena resmi menorehkan namanya sebagai pegulat profesional paling berprestasi sepanjang masa setelah meraih gelar juara dunia ke-17, mengungguli rekor sebelumnya milik Ric Flair yang legendaris. Ia mengalahkan Cody Rhodes di laga utama WrestleMania 41, sekaligus merebut sabuk Undisputed WWE Championship—dan menempatkan namanya di puncak dunia gulat.
Lebih dari Sekadar Kemenangan
Buat penggemar WWE sejati, nama John Cena bukan sekadar karakter di ring. Ia adalah simbol loyalitas, kerja keras, dan tekad pantang menyerah. Dengan tagline legendarisnya, “Never Give Up”, Cena tumbuh dari sosok underdog menjadi superhero generasi milenial.
Kemenangan ini terasa lebih emosional karena datang di tengah ketidakpastian kariernya sebagai pegulat. Beberapa tahun terakhir, Cena lebih banyak tampil sebagai aktor Hollywood, tampil di film-film besar seperti Fast & Furious dan Peacemaker. Banyak yang mengira ia sudah gantung sepatu. Tapi WrestleMania 41 membuktikan: sekali juara, tetap juara.
Momen Penuh Drama
Laga melawan Cody Rhodes bukan sekadar pertandingan biasa. Ini adalah drama klasik tentang warisan, pembuktian, dan determinasi. Cody sendiri datang sebagai juara bertahan, anak dari mendiang “The American Dream” Dusty Rhodes, dengan misi melanjutkan legacy sang ayah.
Namun di tengah duel keras yang penuh reversals, near-falls, dan emosi yang mendidih, Cena menunjukkan pengalaman dan teknik yang tak bisa ditandingi. Suara tiga hitungan wasit menjadi klimaks dari perjalanan dua dekade yang luar biasa—dan penanda sejarah baru.
Baca juga:
- Warner Bross Umumkan Siap Garap Beetlejuice 3 dan Minecraft 2!
- Kopi Kenangan Resmi Hadir di Sydney, Tembus Pasar Australia dan Rayakan Gerai ke-1000 di…
- Google Ciptakan DolphinGemma, AI Canggih yang Bisa Terjemahin Suara Lumba-Lumba!
John Cena, Sang Ikon Lintas Generasi
Sejak debutnya di WWE pada 2002 dengan jeans pendek dan gaya rapper wannabe, Cena telah mengalami transformasi luar biasa. Dari “Doctor of Thuganomics” hingga menjadi wajah utama WWE, ia tak hanya memegang sabuk juara, tapi juga hati para penggemar.
Ia telah melawan nama-nama besar seperti The Rock, Randy Orton, Triple H, hingga Roman Reigns. Ia menjadi bintang yang menjembatani generasi attitude era dan PG era. Bahkan saat popularitasnya naik-turun, Cena tetap berdiri tegak—dan tetap disegani.
Bahkan yang dulunya bersorak “Cena Sucks!”, kini tak bisa menahan haru melihat sosok ini berdiri di puncak kembali.
John Cena Legacy yang Tak Tergantikan
Dengan 17 gelar juara dunia, Cena telah resmi melampaui Ric Flair, yang sejak lama dianggap sebagai GOAT (Greatest of All Time). Tapi seperti yang selalu dikatakan Cena dalam berbagai wawancara, “Saya tak pernah ingin menjadi Flair berikutnya. Saya ingin menjadi Cena pertama.”
Dan kini, misinya tuntas. Ia bukan hanya entertainer. Ia adalah bagian dari sejarah budaya pop. Nama Cena kini sejajar dengan legenda seperti Hulk Hogan, Stone Cold Steve Austin, dan The Undertaker—bahkan melampaui mereka dalam hal pencapaian resmi.
What’s Next for The Champ?
Apakah ini akan jadi pertarungan terakhir Cena di WWE? Bisa jadi. Tapi yang pasti, ia telah memberi generasi baru pegulat satu pesan penting: konsistensi, kerja keras, dan integritas tetap relevan dalam industri secepat dan sebrutal apapun.
Dan buat kita, para Urbie’s yang tumbuh besar melihat Cena mengangkat sabuk, mengibarkan handuk bertuliskan Never Give Up, dan mengejutkan dunia dengan “You Can’t See Me”—malam ini adalah hadiah nostalgia terbaik.
Dunia mungkin terus berubah, tapi satu hal tetap sama: ketika musik John Cena diputar dan arena meledak, kita tahu bahwa The Time is Now. So, are you ready to see greatness?
