
Hi Urbie’s! Meningkatnya harga beras di Jepang memaksa pemerintah mengambil langkah tak biasa: mengedarkan stok lama beras yang berasal dari tahun 2021. Disebut sebagai “kokokomai” atau nasi tua tiga kali, kebijakan ini dimaksudkan untuk menekan krisis pangan dan menjaga ketersediaan beras nasional. Meski telah melalui serangkaian uji kualitas dan bahkan dicicipi langsung oleh Menteri Pertanian Shinjiro Koizumi, publik Jepang masih meragukan rasa nasi yang dianggap telah melewati masa emasnya ini.
Nasi Bukan Sekadar Karbohidrat, Tapi Soal Reputasi
Hi Urbie’s! Kamu tahu nggak sih, di Jepang, nasi bukan sekadar makanan pokok. Bagi banyak orang Jepang, nasi adalah jiwa rasa dalam setiap hidangan. Jadi wajar kalau publik begitu sensitif saat pemerintah menyarankan nasi dari tiga tahun lalu sebagai alternatif. Rasa ragu dan skeptis pun tak terelakkan, hingga muncullah satu nama yang disebut-sebut mampu menenangkan kekhawatiran nasional: Gackt.
Siapa Gackt, dan Kenapa Lidahnya Dianggap Suci?
Yup, Gackt—penyanyi rock legendaris sekaligus ikon budaya populer Jepang—mendadak viral karena publik meminta lidah tajamnya untuk menilai kokokomai. Apa istimewanya Gackt dalam urusan mencicipi makanan?
Ternyata, Gackt dikenal luas di Jepang karena konsistensinya dalam acara Geinojin Kakuzuke Check!, semacam quiz show yang menguji kepekaan para selebritas dalam membedakan produk premium dan biasa. Selama bertahun-tahun tampil, Gackt tak pernah salah. Ia selalu bisa membedakan daging wagyu A5 dari yang biasa, membedakan teh hijau berkualitas tinggi dari yang murah, bahkan tahu mana speaker audio yang seharga jutaan dan mana yang imitasi.
Yang membuat semuanya makin menarik: Gackt sendiri sudah lama tidak makan nasi. Ia menghindari karbohidrat demi menjaga bentuk tubuh dan performa panggung. Tapi justru karena alasan itu, banyak orang percaya bahwa jika Gackt sampai bilang “nasi ini enak,” maka enaklah dia!
Baca Juga:
- Panji Tengkorak Bangkit! Adaptasi Komik Legendaris Ini Hadir dalam Wujud Animasi
- Destinasi Serbaguna Tepi Pantai Nusa Dua: Dari Kuliner, Meeting, hingga Festival Musik
- ‘Karate Kid: Legends’ Hadirkan Jackie Chan dan Generasi Baru, Ben Wang Siap Jadi Penerus
Tagar Viral dan Harapan Netizen
Permintaan agar Gackt dijadikan tester kokokomai membanjiri media sosial Jepang. Bahkan tagar #GacktRiceCheck sempat trending di Twitter Jepang beberapa waktu lalu. Netizen berargumen bahwa kepekaan rasa Gackt tak tertandingi, dan hanya dia yang mampu memberi vonis akhir pada polemik rasa nasi tua ini.
Namun, di balik kehebohan itu, ada sisi yang cukup ironis. Beberapa orang menyadari bahwa standar Gackt mungkin terlalu tinggi untuk lidah orang biasa. Apa yang bagi Gackt terasa “kurang” bisa jadi sudah sangat enak bagi warga biasa. Tapi justru karena itulah publik merasa yakin—kalau nasi tua bisa lolos dari penghakiman rasa Gackt, maka ia benar-benar layak untuk disantap.
Kokokomai Antara Krisis Pangan dan Budaya Pop
Fenomena ini juga membuka percakapan menarik tentang bagaimana budaya pop dan kepercayaan publik bisa membentuk persepsi terhadap kebijakan negara. Di tengah keraguan terhadap otoritas dan kualitas produk pemerintah, masyarakat lebih percaya pada selebritas yang mereka anggap punya integritas rasa—seperti Gackt.
Di sisi lain, langkah pemerintah Jepang ini sebenarnya cukup masuk akal secara logistik. Jepang dikenal memiliki sistem penyimpanan pangan nasional yang ketat. Beras yang disimpan sejak 2021 tetap dalam kondisi baik karena diatur dalam suhu dan kelembaban khusus. Namun, soal rasa? Di situlah tantangannya.
Masa Depan Kokokomai di Tangan Gackt?
Dari sisi industri kuliner, para chef profesional mengatakan bahwa nasi lama cenderung kehilangan aroma khas dan memiliki tekstur yang sedikit lebih keras. Tapi untuk nasi goreng atau donburi yang menggunakan banyak saus, hal ini mungkin tidak terlalu terasa. Namun, jika dikonsumsi sebagai nasi putih hangat polos—seperti kebiasaan orang Jepang—maka kualitas rasa akan sangat terlihat.
Kini, semua mata tertuju pada apakah pemerintah Jepang akan benar-benar meminta Gackt mencicipi nasi tersebut, atau hanya menjadikan usulan ini sebagai wacana publik belaka. Satu hal yang pasti, lidah Gackt telah menjadi simbol kepercayaan di tengah krisis rasa yang menguji bangsa pecinta nasi ini.
Kalau kamu, Urbie’s, percaya sama lidah Gackt?