Greenland, salah satu wilayah paling dingin dan terpencil di dunia, baru saja mencatat peristiwa mencengangkan yang memicu kekhawatiran para ilmuwan iklim: lapisan es di wilayah Greenland mencair 17 kali lebih cepat dari rata-rata hanya dalam satu bulan. Fakta ini terungkap dalam laporan terbaru yang dirilis oleh World Weather Attribution (WWA) pada 11 Juni 2025.
Cuaca Ekstrem Jadi Pemicu Utama
Pada bulan Mei, Greenland mengalami lonjakan suhu yang tidak biasa. Di bagian tenggara, suhu tercatat mencapai 26 derajat Celsius pada 15 Mei, yang menjadi suhu tertinggi yang pernah tercatat di kawasan subarktik itu untuk bulan tersebut. Sementara di Greenland bagian timur, suhu maksimum naik sekitar 3,9 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri.
Suhu panas yang ekstrem ini tidak hanya mencetak rekor, tapi juga mendorong laju pencairan es yang sangat cepat. Menurut Associate Professor Friederike Otto, ilmuwan iklim dari Imperial College London dan salah satu penulis laporan WWA, “Analisis awal menunjukkan bahwa laju pencairan lapisan es Greenland terjadi 17 kali lebih cepat dari rata-rata tahunan sebelumnya.”
Baca Juga:
- Panji Tengkorak Bangkit! Adaptasi Komik Legendaris Ini Hadir dalam Wujud Animasi
- Destinasi Serbaguna Tepi Pantai Nusa Dua: Dari Kuliner, Meeting, hingga Festival Musik
- ‘Karate Kid: Legends’ Hadirkan Jackie Chan dan Generasi Baru, Ben Wang Siap Jadi Penerus
Dampak Langsung bagi Warga Lokal
Perubahan iklim bukan hanya soal data dan grafik. Bagi masyarakat adat Greenland, mencairnya es ini berdampak langsung pada kehidupan mereka. Salah satu aspek paling terdampak adalah perburuan di atas es, tradisi penting sekaligus sumber penghidupan utama bagi banyak penduduk lokal.
Saat es mencair lebih cepat, perburuan menjadi lebih sulit dan berbahaya. Mobil salju dan anjing penarik kereta tidak bisa beroperasi seperti biasa. Kondisi ini mengancam pendapatan dan kelangsungan budaya mereka yang sudah berusia ratusan tahun.
Alarm untuk Dunia
Pencairan lapisan es Greenland bukan hanya masalah lokal. Lapisan es ini menyimpan cukup air untuk meningkatkan permukaan laut secara global hingga beberapa meter jika mencair seluruhnya. Artinya, apa yang terjadi di Greenland berpotensi mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia, terutama yang tinggal di wilayah pesisir.
Fenomena yang terjadi bulan Mei lalu memperkuat bukti bahwa perubahan iklim bukan lagi ancaman masa depan, melainkan krisis yang sudah hadir di depan mata. Para ilmuwan mengingatkan bahwa kejadian seperti ini akan semakin sering terjadi jika emisi gas rumah kaca tidak segera ditekan secara drastis.
Perlu Aksi Nyata, Bukan Sekadar Wacana
Laporan WWA ini menjadi pengingat serius bahwa dunia butuh aksi nyata, cepat, dan berkelanjutan untuk mengurangi dampak pemanasan global. Pengurangan emisi karbon, transisi ke energi terbarukan, dan pelestarian lingkungan harus menjadi prioritas bersama.
Jika tidak, bukan hanya Greenland yang mencair, tapi juga masa depan planet ini yang akan hancur perlahan.