Setelah sukses mencuri perhatian lewat debut single “Mau Tak Mau” yang hingga kini telah mengumpulkan lebih dari empat juta streams, Tsaqib kembali menghadirkan karya terbaru yang tak kalah menyentuh berjudul “Sudahkah Aku?”. Lagu ini dirilis pada momen yang sangat personal, yakni di hari ulang tahun sang kekasih, Zara Adhisty, yang juga turut ambil bagian sebagai co-writer. Dengan nuansa pop-folk yang tenang dan melodi yang mengalir lembut, Tsaqib membawa pendengarnya menyelami ruang batin yang penuh pertanyaan tentang hubungan dan makna cinta yang sejati.
Berbeda dengan karya sebelumnya yang lebih lugas, “Sudahkah Aku?” terasa jauh lebih reflektif. Di balik lirik yang sederhana namun penuh makna, tersimpan pergulatan batin yang akrab dengan banyak orang: “Apakah kehadiran kita cukup bagi pasangan?” atau “Apakah cinta ini benar-benar berjalan dua arah?” Pertanyaan-pertanyaan itu lahir dari momen sunyi yang penuh perenungan, dan diramu Tsaqib menjadi sebuah lagu yang sangat jujur secara emosional.
“Lagu ini kupersembahkan untuk pasanganku, atas rasa apresiasiku karena sudah mendukung sebegitu besarnya dari awal aku berkarya,” ungkap Tsaqib. Meski liriknya terdengar seperti keraguan, Tsaqib justru melihatnya sebagai bentuk komunikasi dan introspeksi—bukan kelemahan. “Yang aku butuhkan sebenarnya semacam feedback, tentang sudah atau belumnya aku menjadi pasangan yang baik untuk dia.”
Baca Juga:
- Matamiyu, B-Girl Cilik Asal Indonesia yang Unjuk Gigi di Panggung Internasional Bersama Mega Crew Orlando
- Mengenal Ampo, Camilan Tanah Liat Diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda
- Meta X Oakley Rilis Kacamata Pintar HSTN dengan Fitur AI dan Kamera 3K
Secara musikal, “Sudahkah Aku?” tetap berada dalam jalur pop-folk seperti “Mau Tak Mau”, namun dengan pendekatan yang lebih mendalam. Aransemen minimalis menjadi kekuatan lagu ini, mengizinkan lirik dan emosi Tsaqib tampil lebih dominan. Setiap bait terdengar seperti percakapan lirih dalam hati, menjadikan lagu ini sangat cocok didengarkan dalam kesendirian atau saat bersama orang terdekat.
Dalam proses kreatifnya, Tsaqib menyadari bahwa justru kesederhanaan bisa menjadi tantangan tersendiri. “Lagu ini kutulis sesingkat dan se-personal mungkin, tanpa terlalu banyak orang lain yang terlibat. Jadi, kesulitannya mungkin pada saat menyelaraskan perasaanku agar tidak terlarut,” jelasnya. Tak seperti beberapa karya sebelumnya yang terinspirasi dari cerita orang lain, kali ini Tsaqib menulis sepenuhnya dari pengalaman cintanya sendiri.
Tsaqib juga membagikan bahwa inspirasi lagu ini datang dari hal-hal kecil yang seringkali kita abaikan. “Lagu ini datang dari momen-momen kecil yang mungkin kelihatannya biasa saja, tapi ternyata nyangkut. Pada saat ngobrol atau diam bareng, muncul pikiran: aku ini bikin dia senang nggak, ya? Atau jangan-jangan justru bikin capek?” katanya. Menurut Tsaqib, perasaan semacam ini sangat wajar muncul, terutama di fase-fase awal hubungan yang masih mencari ritme dan keseimbangan.
Nama Tsaqib mulai dikenal luas di skena musik Indonesia berkat kejujuran lirik dan ketenangan yang ia suguhkan dalam setiap karyanya. Lewat “Sudahkah Aku?”, ia menunjukkan pertumbuhan sebagai musisi dan penulis lagu—lebih dewasa, lebih peka, dan tetap otentik. Lagu ini bukan hanya soal cinta romantis, tapi juga tentang kejujuran dalam mencintai dan keberanian untuk bertanya pada diri sendiri.
Dengan dirilisnya “Sudahkah Aku?” di seluruh platform digital mulai hari ini, Tsaqib berharap lagu ini bisa menjadi ruang refleksi bagi siapa pun yang tengah berjuang memahami cinta dan dirinya sendiri. “Harapanku melalui single ini, semoga teman-teman pendengarku paham bahwa rasa kurang atau insecurity yang kita miliki tentang suatu hubungan itu bukanlah kelemahan, selama kita komunikatif dan introspektif tentang itu.”
“Sudahkah Aku?” bukan hanya sebuah lagu, melainkan sebuah pelukan emosional yang hangat dan menenangkan. Sebuah pengingat bahwa dalam cinta, bertanya bukan berarti ragu—melainkan bentuk dari perhatian yang mendalam.
