Home Health Oxford dan Cambridge Pimpin Proyek 5 Tahun Ciptakan DNA Manusia Sintesis

Oxford dan Cambridge Pimpin Proyek 5 Tahun Ciptakan DNA Manusia Sintesis

347
0
Inggris Mulai Langkah Berani untuk “Menciptakan” DNA Manusia: Harapan Besar di Balik Proyek Genetik Oxford dan Cambridge
Foto ilustrasi: freepik
Mercure

Apakah mungkin bagi manusia untuk menciptakan kehidupan dari nol—bukan sekadar menciptakan bayi, tapi menyusun cetakan biologisnya sejak awal? Pertanyaan itu kini bukan lagi fiksi ilmiah. Inggris sedang bersiap menulis ulang sejarah bioteknologi dengan memulai proyek besar bernama Synthetic Human Genome (SynHG)—sebuah upaya ambisius untuk menciptakan DNA manusia secara sintetis dalam waktu lima tahun.

Proyek ini digawangi oleh kolaborasi dari beberapa universitas paling prestisius di dunia: Universitas Cambridge, Universitas Oxford, Universitas Manchester, Universitas Kent, dan Imperial College London. Mereka tak hanya sekadar meneliti, tapi benar-benar akan “menulis ulang” urutan dasar gen manusia menggunakan pendekatan sintetik. Ini artinya, ilmuwan tidak hanya membaca DNA, tapi membangunnya dari nol—mirip seperti merakit komputer dari chip dan kabel, namun jauh lebih kompleks.

Dipimpin oleh Dr. Jason Chin dari Medical Research Council Laboratory of Molecular Biology di Universitas Cambridge, proyek ini mendapatkan suntikan dana sebesar £10 juta dari lembaga amal sains ternama, Wellcome Trust. Tujuannya? Menguak misteri paling mendasar dari kehidupan manusia dan membuka pintu ke arah pengobatan penyakit-penyakit yang selama ini belum bisa disembuhkan—dari kanker agresif, kelainan genetik langka, hingga potensi memperpanjang usia sel manusia.

Namun, di balik semangat ilmiah itu, suara-suara kritis pun bermunculan. Bidang genomik sintetis bukan tanpa kontroversi. Salah satu kekhawatiran terbesar adalah kemunculan istilah “bayi rancangan” atau designer babies, di mana manusia bisa memilih karakteristik genetik calon anaknya: warna mata, kecerdasan, bahkan tinggi badan. Bagi sebagian orang, ini adalah terobosan. Tapi bagi yang lain, ini adalah pintu ke dunia penuh ketimpangan dan potensi penyalahgunaan sains.

Baca Juga

Belum lagi soal etika penciptaan kehidupan—bisakah kita menyusun DNA lalu menyebutnya “manusia”? Apakah entitas tersebut akan memiliki hak yang sama? Siapa yang bertanggung jawab jika ada kesalahan dalam struktur DNA sintetis yang berdampak pada kehidupan?

Meski begitu, para pendukung proyek SynHG punya pandangan yang berbeda. Mereka meyakini bahwa membuat DNA dari nol bukan soal menciptakan manusia super, tapi memahami apa yang membuat kita “hidup”. Dengan meniru struktur DNA yang kompleks dan mencoba membangun kembali dari awal, ilmuwan bisa memahami bagian mana yang penting, bagian mana yang rentan rusak, dan bagaimana cara memperbaikinya. Ini bisa menjadi kunci dari banyak misteri biologis yang selama ini tak terpecahkan.

Bayangkan saja jika kita bisa membuat sel yang tahan terhadap penyakit, atau bahkan mengedit DNA untuk memperbaiki kecacatan genetik sebelum bayi lahir. Dunia kedokteran akan berubah drastis. Tak lagi hanya menyembuhkan, tapi bisa mencegah bahkan menghapus kemungkinan penyakit tertentu.

Proyek ini memang baru mulai, tapi lima tahun ke depan akan menjadi babak penting dalam sejarah sains dan bioetika dunia. Akankah kita menyaksikan lahirnya “manusia sintetis”? Atau justru ini akan jadi pengingat bahwa kemajuan teknologi harus selalu berjalan beriringan dengan kebijaksanaan moral?

Yang jelas, sejarah sedang ditulis—dan bukan di atas kertas, melainkan di dalam rantai heliks DNA yang menjadi dasar kehidupan kita semua.

Novotel Gajah Mada

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here