Hi Urbie’s! Indonesia segera membangun Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL) pertama di tanah air dengan kapasitas total 40 megawatt (MW). Proyek ini akan dikembangkan di dua lokasi strategis, masing-masing 20 MW di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan 20 MW di Nusa Tenggara Barat (NTB). Menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), nilai investasi yang dibutuhkan mencapai USD 220 juta atau setara dengan Rp 3,56 triliun, dengan target mulai beroperasi pada tahun 2028.
Bayangkan energi listrik masa depan tidak lagi bergantung pada batu bara atau minyak bumi, tapi datang dari arus laut yang terus bergerak tanpa henti. Yup, bukan lagi sekadar angin atau matahari, kini giliran laut Indonesia yang akan ‘menyetrum’ masa depan energi kita.
Proyek pembangunan PLTAL ini menjadi terobosan dalam peta transisi energi nasional, sekaligus langkah nyata memanfaatkan kekayaan alam maritim kita yang luar biasa. Dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia dan wilayah kelautan yang sangat luas, Indonesia punya potensi energi arus laut yang belum banyak dimanfaatkan. Nah, proyek ini jadi bukti bahwa potensi itu mulai digarap serius dan dikembangkan secara berkelanjutan.
Yang bikin makin keren, PLTAL ini bukan proyek tunggal dalam negeri saja. Ini adalah hasil kerja sama lintas negara dan lintas sektor, melibatkan beberapa pemain penting seperti:
SBS Indonesia
Tidal Bridge dari Belanda
Nova Innovation dari Skotlandia
dan PT Pertamina Power Indonesia
Perpaduan antara teknologi kelistrikan dari Skotlandia dan Belanda dengan potensi kelautan Indonesia diharapkan bisa menciptakan energi hijau berbasis arus laut yang efisien, stabil, dan tahan lama. Teknologi yang akan digunakan berasal dari pengalaman global dalam pengembangan turbin bawah laut, sistem kontrol otomatis, hingga jaringan transmisi yang ramah lingkungan.
Menurut Kementerian ESDM, proyek ini bukan cuma tentang energi semata, tapi juga soal ketahanan dan kemandirian energi nasional. Kita nggak bisa terus-terusan bergantung pada sumber energi fosil, apalagi saat dunia sedang bergerak cepat ke arah dekarbonisasi dan energi bersih. Maka dari itu, pembangunan PLTAL di NTT dan NTB ini merupakan langkah strategis menuju masa depan yang lebih hijau, mandiri, dan berkelanjutan.
Baca Juga
- Kolaborasi Manis! Oreo x Selena Gomez Hadirkan Rasa Horchata Cinnamon yang Bisa Nyanyi!
- Hot But Make It Mysterious: Kenapa Sex Appeal Jadi Magnet di Era Digital?
- Peneliti Ungkap Jamur Kuno ‘Aspergillus flavus’ Yang Tumbuh di Makam Tutankhamun Punya Potensi Obati Leukimia
Selain mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil, PLTAL juga diperkirakan akan:
- Meningkatkan pasokan listrik di kawasan timur Indonesia
- Mengurangi emisi karbon dalam jangka panjang
- Membuka lapangan kerja baru di bidang teknik kelautan dan energi terbarukan
- Menjadi pusat riset dan pengembangan energi laut di Asia Tenggara
Dan Urbie’s, jangan salah, ini bukan proyek coba-coba! Nova Innovation, misalnya, sudah sukses menjalankan pembangkit serupa di Skotlandia, yang selama ini jadi salah satu negara pionir dalam energi laut. Dengan kolaborasi semacam ini, Indonesia jelas nggak main-main dalam membawa teknologi masa depan ke wilayahnya sendiri.
Tak kalah penting, pemilihan lokasi di NTT dan NTB juga mempertimbangkan arus laut yang kuat dan konsisten, sekaligus memastikan proyek ini tidak merusak ekosistem laut yang sensitif. Proyek ini akan dilengkapi studi lingkungan, sistem monitoring digital, serta pendekatan partisipatif bersama masyarakat pesisir agar manfaatnya bisa dirasakan langsung.
Menteri ESDM juga menyampaikan bahwa PLTAL ini akan menjadi model awal yang bisa direplikasi di daerah lain seperti Maluku, Sulawesi, dan Papua, yang sama-sama memiliki potensi arus laut besar. Jika berjalan sukses, ini bisa jadi revolusi energi laut terbesar di Asia Tenggara.
Jadi, Urbie’s, siap-siap menyambut masa depan di mana listrik kamu berasal dari gelombang dan arus laut Indonesia. Karena teknologi dan alam bisa berdampingan, menghasilkan solusi hijau yang bukan hanya menyala di rumah, tapi juga menginspirasi dunia.
Dan yang paling penting, proyek ini membawa pesan penting:
Energi masa depan Indonesia, tidak harus selalu datang dari atas tanah. Tapi bisa juga dari dalam laut yang terus bergerak.
 pertama di tanah air dengan kapasitas total 40 megawatt (MW).){kind=link}