Home Entertainment Ghost Train (2025): Ketika Perburuan Konten Berakhir di Rel Kereta Berhantu”

Ghost Train (2025): Ketika Perburuan Konten Berakhir di Rel Kereta Berhantu”

559
0
Film Ghost Train 2025.
Urbanvibes

Hi Urbie’s! Di era di mana horor menjadi konten andalan demi viralitas, film Korea terbaru Ghost Train (2025) hadir sebagai pengingat bahwa rasa penasaran bisa jadi tiket satu arah menuju teror yang nyata. Dengan latar stasiun bawah tanah yang sunyi dan suasana mencekam, film ini menyuguhkan kisah YouTuber horor yang harus menghadapi konsekuensi dari obsesinya pada cerita mistis yang ternyata lebih dari sekadar urban legend.

Review Film Ghost Train (2025)

Kalau kamu pikir jadi YouTuber cuma butuh lighting kece dan judul clickbait, coba tonton Ghost Train (2025) — kamu mungkin akan pikir dua kali. Film horor Korea terbaru garapan Tak Se Woong ini membawa penonton menyusuri lorong-lorong sunyi stasiun bawah tanah dengan atmosfer yang sukses bikin bulu kuduk berdiri.

Alih-alih sekadar parade jumpscare, Ghost Train menawarkan horor yang lebih gelap dan reflektif. Ada kisah, ada misteri, dan tentu saja, ada hantu. Tapi di balik semua itu, film ini menyimpan pesan yang cukup dalam tentang bahaya konten digital dan hilangnya batas antara realitas dan rekayasa demi view dan viralitas.

Plot: Ketika Dunia Konten Bertemu Dunia Lain

Cerita berpusat pada Da Gyeong (Joo Hyun Young), seorang YouTuber muda dengan niche konten horor. Demi menaikkan jumlah views, ia memburu cerita urban legend tentang kereta bawah tanah berhantu yang sedang ramai di jagat maya.

Investigasinya membawa Da Gyeong bertemu kepala stasiun misterius (Jeon Bae Soo) yang tampaknya tahu lebih banyak daripada yang ia ungkapkan. Dari sinilah, kamera Da Gyeong mulai merekam hal-hal yang tak bisa dijelaskan — mulai dari jeritan tanpa sumber, kereta datang tanpa masinis, hingga penumpang yang hilang begitu saja.

Semakin dalam ia menyelami misteri, semakin kabur batas antara realitas dan dunia gaib. Apakah ini masih konten, atau Da Gyeong benar-benar terseret ke dalam kutukan?

Atmosfer: Kegelapan Stasiun yang Mencekam

Salah satu kekuatan utama Ghost Train ada pada visual dan atmosfernya. Tak Se Woong memaksimalkan ruang sempit stasiun bawah tanah Korea — rel, terowongan, dan peron sepi di malam hari — menjadi arena teror yang penuh tekanan psikologis.

Pencahayaan minim dan desain suara yang imersif membuat penonton merasa ikut terjebak bersama Da Gyeong. Bunyi langkah, suara kereta yang mendekat, dan bisikan samar menjadi senjata ampuh yang lebih menyeramkan daripada hantu bermuka seram.

Baca Juga:

Pemeran: Dinamika Tegang di Balik Lensa

Joo Hyun Young berhasil menghidupkan karakter Da Gyeong dengan natural. Ia tampil sebagai sosok ambisius tapi tetap rapuh secara emosional — sebuah kombinasi yang membuat penonton mudah bersimpati.

Jeon Bae Soo mencuri perhatian dengan peran kepala stasiun yang misterius. Karakternya ambigu, tak mudah ditebak apakah ia penyelamat atau justru bagian dari tragedi itu sendiri. Interaksinya dengan Da Gyeong terasa dingin, tenang, tapi mengintimidasi — sebuah chemistry yang tidak meledak-ledak tapi sangat efektif.

Karakter pendukung seperti Choi Bo Min, Kim Ji In, dan Kim Woo-kyum turut memperkaya lapisan cerita dengan latar belakang mereka yang ternyata punya benang merah dengan masa lalu stasiun.

Pesan Moral: Ketika Horor Tak Lagi Hiburan

Di balik nuansa supranatural, Ghost Train menyisipkan kritik terhadap budaya konsumsi horor sebagai komoditas digital. Film ini mengingatkan bahwa di balik setiap kisah seram, bisa jadi ada tragedi nyata yang belum selesai.

Ending-nya — tanpa spoiler — mengajak penonton merenung: siapa sebenarnya yang menghantui siapa? Apakah kita masih bisa membedakan mana kisah dan mana kenyataan?

Layak Ditontonkah?

Ghost Train (2025) bukan film horor biasa. Ia berhasil memadukan atmosfer mencekam, cerita misteri yang berlapis, serta pesan sosial yang relevan di era digital.

Untuk kamu yang bosan dengan horor penuh klise dan ingin tontonan yang bisa membuat berpikir, Ghost Train adalah pilihan yang tepat. Tiketnya memang menuju stasiun terakhir, tapi pengalaman menontonnya akan terus terngiang jauh setelah kredit akhir.

Novotel Gajah Mada

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here