Home Highlight Pemkab Sabu Raijua dan GEF SGP Indonesia Tanam 1.000 Bibit Mangrove

Pemkab Sabu Raijua dan GEF SGP Indonesia Tanam 1.000 Bibit Mangrove

340
0
Pemkab Sabu Raijua dan GEF SGP Indonesia Tanam 1.000 Bibit Mangrove
Urbanvibes"

Hi Urbie’s!
Pemandangan pesisir Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur, berubah menjadi lebih hijau dan penuh harapan pada Rabu, 23 Juli 2025. Dalam rangka memperingati Hari Mangrove Sedunia yang jatuh pada 26 Juli, Hari Anak Nasional, dan HUT ke-80 Kemerdekaan RI, Pemkab Sabu Raijua berkolaborasi dengan GEF SGP Indonesia untuk menanam 1.000 bibit mangrove di Kawasan Wisata Mangrove Tulaika, Kelurahan Mebba, Kecamatan Sabu Barat.

Acara ini bukan sekadar seremoni, tapi simbol nyata komitmen untuk menjaga lingkungan hidup bersama-sama. Hadir dalam kegiatan ini Wakil Bupati Sabu Raijua Thobias Uly, eks Dirjen Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan KLHK Bambang Supriyanto, hingga Laksmi Dhewanthi, Inspektorat Jenderal KLH/BPLH 2025. Pelajar SMP 3 Sabu Raijua, aktivis lingkungan, hingga OPD setempat juga turut andil dalam aksi penanaman ini.

Wakil Bupati Thobias Uly mengingatkan, inisiatif seperti ini sangat krusial bagi masa depan pulau Sabu Raijua yang rawan kekeringan saat musim kemarau. “Kita bukan cuma menanam untuk sekarang, tapi untuk anak cucu kita nanti. Kita ingin meninggalkan warisan alam yang hijau dan lestari,” tegas Thobias.

Baca Juga:

Ia juga menambahkan bahwa komitmen menjaga lingkungan tak cukup hanya dengan menanam. Perawatan pohon secara rutin menjadi kunci keberhasilan gerakan ini. “Sabu Raijua harus kita rawat bersama-sama, dari akar hingga daun, agar jadi tempat tinggal yang lebih nyaman dan rindang untuk semua,” sambungnya.

Hal senada diungkapkan Laksmi Dhewanthi, yang juga merupakan Focal Point GEF SGP Indonesia. Ia menekankan pentingnya edukasi lingkungan sejak dini. “Anak-anak harus kita libatkan, karena mereka yang akan melanjutkan perjuangan kita nanti. Penanaman mangrove seperti ini adalah sarana pembelajaran hidup yang sangat berharga,” kata Laksmi.

Namun, tantangan ekologis di Sabu Raijua tidak kecil. Laksmi menyebutkan bahwa sebagai wilayah kepulauan kecil, ekosistem Sabu sangat rentan. Bibit mangrove muda sering mati karena cuaca ekstrem yang tidak menentu—kadang terlalu kering, kadang terlalu tergenang air. Maka, perawatan dan penanaman ulang menjadi bagian penting dari proses.

Tak hanya itu, isu pengerukan pasir turut menjadi sorotan. Rowi Kakamone, enumerator dari Dinas Kelautan dan Perikanan, menyampaikan bahwa aktivitas ini berdampak langsung pada kehidupan masyarakat, terutama karena menyebabkan air sumur menjadi payau. “Pembangunan harus berlanjut, tapi kita juga tak boleh lupa menjaga lingkungan. Mangrove adalah benteng alami kita,” jelasnya.

Rowi juga mengakui bahwa salah satu kendala besar dalam penanaman mangrove di Sabu Raijua adalah keterbatasan bibit. Oleh karena itu, ia mengajak pihak luar untuk turut berkontribusi. “Kami terus bangun jaringan agar bibit bisa kami dapatkan dari berbagai pihak. Kalau ada yang peduli, ayo bergabung bersama kami.”

Urbie’s, penanaman 1.000 bibit mangrove ini bukan hanya tentang menanam pohon, tapi juga menanam kesadaran, harapan, dan semangat kolaborasi. Di tengah tantangan perubahan iklim dan tekanan pembangunan, aksi kolektif seperti ini adalah napas baru bagi masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Yuk, kita dukung langkah Sabu Raijua menjaga pesisirnya! Siapa tahu, jejak langkah kecil hari ini bisa jadi warisan besar untuk generasi yang akan datang.

Novotel Gajah Mada

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here