Home News Digagas GEF SGP Indonesia, Diskusi soal Iklim dan Ekonomi di Sabu Raijua...

Digagas GEF SGP Indonesia, Diskusi soal Iklim dan Ekonomi di Sabu Raijua Berbuah Inovasi

278
0
Digagas GEF SGP Indonesia, Diskusi soal Iklim dan Ekonomi di Sabu Raijua Berbuah Inovasi
Digagas GEF SGP Indonesia, Diskusi soal Iklim dan Ekonomi di Sabu Raijua Berbuah Inovasi
Mercure

Hi Urbie’s!
Dari ujung timur Indonesia, sebuah gerakan besar lahir dari pulau kecil: Sabu Raijua. Pada Kamis, 24 Juli 2025, GEF SGP Indonesia bersama Yayasan Pikul menyelenggarakan diskusi tematik yang membahas ketahanan iklim dan ekonomi lokal. Bertempat di aula rapat Pemerintah Kabupaten Sabu Raijua, diskusi ini menjadi panggung bagi berbagai gagasan segar yang mengakar langsung pada kehidupan masyarakat.

Wakil Bupati Sabu Raijua, Thobias Uly, membuka acara dengan menyuarakan keresahan warganya. Ia menyoroti kondisi cuaca ekstrem, dari hujan yang tak menentu hingga kekeringan berkepanjangan. Ancaman perubahan iklim terasa nyata, memaksa masyarakat untuk memperkuat kemandirian dan membangun kolaborasi demi keberlangsungan hidup.

GEF SGP Indonesia mendapat apresiasi karena langsung menyentuh persoalan di tingkat akar rumput, seperti pemberdayaan petani, pengelolaan air, hingga penguatan peran masyarakat adat. “Jangan hanya jadi proyek sesaat. Ini harus menjadi gerakan berkelanjutan yang bisa direplikasi di daerah lain,” pesan Thobias.

Diskusi ini juga menghadirkan Laksmi Dhewanthi, Inspektur Utama BPLH dan Focal Point Panitia Pengarah Nasional GEF SGP Indonesia. Ia memaparkan data yang mencengangkan: suhu global telah naik lebih dari 1,1 derajat celcius, menjadikan tahun ini sebagai tahun terpanas. Di sisi lain, BNPB mencatat 3.472 bencana di Indonesia selama 2023, dengan 80% di antaranya terkait perubahan iklim.

Bambang Supriyanto, mantan Dirjen PSKL KLHK, memaparkan peluang perhutanan sosial sebagai solusi legal untuk masyarakat sekitar hutan. Ia menyebut ada 80.000 hektar lahan di Nusa Tenggara Timur yang dialokasikan untuk skema ini, namun baru sekitar 30.000 hektar yang terealisasi. Produk unggulan seperti lontar dan kemiri dapat dikembangkan sebagai sumber ekonomi berkelanjutan.

Baca Juga:

Salah satu konsep menarik yang diperkenalkan adalah Payment for Ecosystem Services (PES) atau Pembayaran Jasa Lingkungan. Disampaikan oleh Sidi Rana Menggala dari GEF SGP Indonesia, konsep ini menawarkan insentif finansial bagi warga yang menjaga ekosistem, seperti tidak menebang pohon atau melestarikan sungai. Ini bukan sekadar program, tapi cerminan dari ekonomi sirkular yang menyatukan ekologi dan kesejahteraan masyarakat.

Urbie’s, diskusi ini juga menyoroti potensi gula lontar Sabu yang mendunia. Viringga Kusuma dari Amati Indonesia mengenalkan konsep Clean Label—label transparan dan higienis yang memastikan kualitas produk. Melalui GEF SGP, gula lontar Sabu bahkan sempat tampil di Indonesian House of Amsterdam, Belanda. Sertifikasi organik dan halal menjadi nilai tambah yang mengangkat reputasi produk lokal di pasar internasional.

Tak kalah penting, Radityo Putro Handrito dari Universitas Brawijaya mendorong UMK di Sabu Raijua untuk membangun narasi yang kuat dalam menjual produk. Ia menekankan pentingnya pemanfaatan sumber daya lokal secara bijaksana, branding yang kuat, dan pemanfaatan teknologi digital untuk pemasaran.

Solusi konkret pun bermunculan: dari reforma agraria dan perhutanan sosial, pengembangan alat masak gula bertenaga surya oleh Yayasan Cemara, hingga pemasaran produk yang berbasis nilai dan dampak. Semua ini menjadi jalan keluar dari ketergantungan ekonomi yang rapuh dan ekosistem yang terancam.

Salah satu inovasi yang menarik perhatian adalah alat masak gula tenaga surya. Alat ini tak hanya efisien dan ramah lingkungan, tetapi juga menjaga kualitas gula lontar agar tetap higienis dan berstandar tinggi. Produksi pun menjadi lebih cepat dan hemat energi.

Melalui kolaborasi antara pemerintah, akademisi, swasta, dan masyarakat, Sabu Raijua tidak lagi menjadi titik terpencil di peta. Ia menjelma menjadi contoh nyata bagaimana pulau kecil bisa memimpin dalam adaptasi iklim dan inovasi ekonomi lokal. Inisiatif ini menjadi pijakan awal bagi gerakan yang lebih luas—sebuah upaya kolektif untuk membentuk masa depan yang lebih tangguh, lestari, dan berdaya.

Novotel Gajah Mada

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here