Home Highlight Geger! Happy Meal Pokémon McDonald’s Jepang Tuai Kritik, Anak-Anak Pulang Tanpa Mainan

Geger! Happy Meal Pokémon McDonald’s Jepang Tuai Kritik, Anak-Anak Pulang Tanpa Mainan

406
0
McDonald's Jepang Happy Meal Pokémon - sumber foto X/ Twitter
McDonald's Jepang Happy Meal Pokémon - sumber foto X/ Twitter
Urbanvibes

Hi Urbie’s! Ada kabar heboh dari Jepang. Kampanye Happy Meal bertema Pokémon di McDonald’s Jepang, khususnya di Distrik Shinjuku, Tokyo, menuai kritik keras dari publik. Kolumnis Takashi Kimura bahkan menilai bahwa pihak McDonald’s gagal memanfaatkan pelajaran dari kasus kolaborasi Chiikawa pada Mei lalu, sehingga kekacauan pun kembali terulang.

Pada 11 Agustus 2025, McDonald’s Jepang mengunggah permintaan maaf resmi di situs mereka. Mereka mengakui bahwa kampanye ini memicu pembelian massal untuk dijual kembali, keributan di dalam toko, serta banyak makanan yang terbuang. Perusahaan berjanji mengambil langkah pencegahan seperti membatasi pembelian hingga lima set per orang dan bekerja sama dengan platform jual-beli online. Namun, kebijakan ini dianggap terlalu longgar, sehingga publik menilai permintaan maaf tersebut tidak cukup tegas.

Mengapa McDonald’s Dikritik?

Respons McDonald’s dinilai terlalu pasif karena hanya mengandalkan imbauan “tolong jangan membeli untuk dijual kembali” tanpa mekanisme yang ketat. Akibatnya, para calo tetap bisa membeli berkali-kali, sementara anak-anak yang menjadi target utama Happy Meal justru tidak mendapatkan mainan Pokémon yang mereka inginkan.

Bahkan, ada laporan bahwa anak-anak pulang sambil menangis setelah mengantre sejak pagi, karena mainan sudah habis. McDonald’s pun dinilai melewatkan peluang untuk membuat sistem penjualan yang memprioritaskan keluarga dengan anak, demi mencegah penimbunan.

Filosofi Happy Meal yang Tergeser

Secara filosofi, Happy Meal diciptakan untuk membawa keceriaan, mendukung kreativitas, dan menginspirasi anak-anak melalui buku dan mainan. Namun, dalam kasus ini, banyak mainan justru diborong orang dewasa untuk dijual kembali. Selain itu, menu Happy Meal yang terbatas pada porsi anak-anak membuat makanan sering dibuang oleh pembeli yang hanya mengincar mainannya.

Hal ini menimbulkan kritik karena bertentangan dengan komitmen McDonald’s terhadap pengurangan limbah makanan dan keberlanjutan.

Perbandingan dengan Nintendo

Banyak pihak membandingkan McDonald’s dengan Nintendo. Saat meluncurkan Switch 2, Nintendo berhasil mencegah pembelian massal oleh calo melalui sistem undian dan paket bundling, sehingga pembeli asli tetap bisa mendapatkan produk dengan harga wajar. Pendekatan yang proaktif ini membuat Nintendo menuai pujian, sedangkan McDonald’s justru mendapat kritik karena dinilai kurang tegas.

Baca Juga:

Beban di Lapangan

Kekacauan ini tidak hanya dirasakan pelanggan, tetapi juga kru di lapangan. Mereka harus menghadapi antrean panjang, keluhan, hingga komentar kasar dari pembeli yang kecewa. Bahkan, beberapa kru mengaku sudah memprediksi masalah ini, namun masukan mereka tidak diakomodasi oleh kantor pusat.

Dengan enam jenis kartu Pokémon yang totalnya hampir tiga juta unit, persediaan tetap tidak cukup untuk menghindari kelangkaan. Mengingat popularitas global Pokémon, hal ini sebenarnya sudah dapat diperkirakan sejak awal.

Untuk memperbaiki citra, McDonald’s perlu mengambil langkah yang lebih tegas, seperti penjualan eksklusif untuk keluarga dengan anak, sistem pre-order, atau opsi menu lebih variatif bagi pembeli dewasa. Tujuannya jelas: mengurangi pemborosan makanan sekaligus mengembalikan Happy Meal kepada target utamanya, yaitu anak-anak.

Kejadian ini membuktikan bahwa kampanye promosi besar tanpa aturan yang jelas bisa menjadi bumerang. Happy Meal seharusnya membawa senyum bagi anak-anak, bukan menambah keuntungan bagi calo atau menciptakan beban bagi kru.

Novotel Gajah Mada

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here