“Maaf ya, aku lagi sibuk banget”, kalimat ini terdengar wajar, tapi sering jadi tameng paling ampuh untuk menunda, menghindar, atau bahkan mengabaikan. Apalagi di era serba cepat seperti sekarang, kata “sibuk” sudah berubah jadi semacam identitas keren, seakan sibuk itu tanda sukses. Padahal, kalau mau jujur, sering kali bukan soal sibuk atau tidak, tapi soal prioritas.
Bayangkan kamu lagi nunggu balasan chat dari seseorang yang bilang dia “lagi repot kerja”. Tapi beberapa jam kemudian, dia update story Instagram tentang nongkrong di kafe atau maraton drama Korea. Bukan berarti dia tidak bekerja, tapi jelas-jelas ada hal yang dia pilih untuk dikerjakan duluan.
Fenomena “Sibuk” di Generasi Muda
Buat anak muda, kesan sibuk sering jadi semacam branding. Jadwal padat, deadline numpuk, dan aktivitas tanpa jeda terlihat produktif, padahal tidak selalu begitu. Bahkan menurut psikolog, banyak orang menggunakan kata “sibuk” untuk menghindari komitmen atau interaksi yang dianggap kurang penting.
Baca Juga:
- Belum Tayang Season 2, Netflix Resmi Umumkan ‘One Piece’ Lanjut ke Season 3
- TasteAtlas Nobatkan Bubur Ayam Indonesia sebagai Porridge Terbaik di Dunia 2025
- Friendzone atau Bestie? Bisakah Cowok dan Cewek Temenan Tanpa Baper
Fenomena ini semakin diperkuat media sosial. Ada kebanggaan tersendiri saat memamerkan kesibukan di story atau feed. Tapi di balik layar, realitanya sering berbeda. Kesibukan bukan berarti produktif, dan produktif bukan berarti bahagia.
Sibuk vs Prioritas: Apa Bedanya?
Kesibukan itu seperti gelas air yang terus diisi tanpa henti. Kalau tidak diatur, bakal tumpah dan bikin kita kewalahan. Sedangkan prioritas itu memilih air mana yang perlu diisi terlebih dahulu.
Contoh sederhana, kalau kamu rela begadang untuk nonton konser idola, tapi tidak punya waktu 10 menit untuk balas pesan teman yang lagi butuh bantuan, itu bukan soal “enggak sempat”, namun itu soal apa yang kamu anggap penting.
Hal ini juga berlaku di dunia kerja atau kuliah. Ada orang yang bilang tidak bisa ikut rapat karena “lagi sibuk laporan”, tapi bisa meluangkan waktu sejam buat scroll TikTok. Lagi-lagi, prioritas yang menentukan, bukan jam di kalender.
Kenapa Kita Sering Pakai Alibi “Sibuk”?
Takut Menolak Secara Langsung
Mengaku sibuk terdengar lebih sopan ketimbang bilang “aku enggak mau”.
Menghindari Konflik
Kata sibuk jarang diperdebatkan. Jarang orang yang mau tanya, “Sibuk apa?”.
Pencitraan Produktif
Terlihat sibuk sering diasosiasikan dengan sukses dan “hidup penuh tujuan”.
Belajar Memilih, Bukan Sekadar Mengisi Waktu
Kalau semua orang punya waktu 24 jam yang sama, kenapa ada yang bisa mengatur hidupnya dengan baik, sementara yang lain merasa waktu terus kurang? Jawabannya adalah manajemen prioritas.
Membuat to-do list berdasarkan urgensi dan dampak bisa jadi langkah awal. Ingat, bukan semua yang mendesak itu penting, dan tidak semua yang penting itu mendesak.
Sibuk itu bukan masalah. Yang jadi masalah adalah kalau kita menjadikan “sibuk” sebagai tameng, padahal yang sebenarnya terjadi adalah kita memilih hal lain. Prioritas menentukan arah hidup kita, dan waktu hanyalah media untuk mewujudkannya.
Jadi sebelum bilang “lagi sibuk”, coba jujur pada diri sendiri, apakah benar kamu kekurangan waktu, atau hanya memilih untuk tidak memprioritaskan hal itu? Karena pada akhirnya, hidup bukan soal berapa banyak yang kamu kerjakan, tapi apa yang kamu pilih untuk dikerjakan.